Sekarang abatasa melanjutkan artikel kemarin dengan Judul
Wanita Wanita yang dikagumi Oleh Rasulullah
Wanita yang Juga Penyair
Khansa binti Khidzam memeluk Islam di Madinah bersama beberapa orang dari kaumnya. Ia adalah salah seorang penyair yang dikagumi oleh Rasulullah SAW. Ia mempunyai empat orang anak lelaki yang kesemuanya ikut memeluk Islam dan berhijrah bersama Nabi Muhammad SAW.
Ketika terjadi Perang Qadisiyah pada tahun 16 H, pada masa khalifah Umar bin Khaththab, ia memotivasi anak-anaknya untuk turut serta dalam perang tersebut. Keahliannya bersyair digunakannya untuk mempengaruhi dan memberikan semangat jihad pada mereka. Diingatkannya tentang kemuliaan berjuang di jalan Allah, serta keteguhan ayah dan paman-paman mereka dalam membela agama Allah. Sampai akhirnya ia berkata, "Jika besok kalian bangun dalam keadaan sehat, berjihadlah kalian dengan penuh keberanian dan dengan mengharap pertolongan Allah. Majulah dengan semangat juang yang tinggi, dan masuklah dalam pertempuran, lawaniah para pemimpin orang-orang kafir itu, Insya Allah kalian akan masuk surga dengan penuh kemuliaan dan kehormatan."
Ucapan-ucapannya tersebut dirangkaikannya dalam sebuah syair indah, yang amat membekas di hati putra-putranya sehingga semangat mereka begitu menggelora untuk segera terjun dalam pertempuran tersebut. Keesokan harinya, mereka berempat berjuang dengan perkasa melawan pasukan Persia. Mereka bertempur sambil membaca syair-syair ibunya, sampai akhirnya satu persatu mereka menemui syahidnya.
Ketika berita ini disampaikan kepada Khansa, sang ibu yang kehilangan empat putranya tersebut sama sekali tidak bersedih, tetapi justru ia bersyukur dan berkata, "Alhamdulillah, syukur kepada Allah, semoga dengan syahidnya mereka, dosa-dosa saya akan diampuni oleh Allah, dan saya berharap dengan rahmat- Nya, agar bisa dikumpulkan dengan mereka di surga-Nya."
Lubabah al-Kubra
Nama lengkapnya Lubabah binti al-Haris bin Huzn bin Bajir bin Hilaliyah. Beliau adalah Lubabah al-Kubra, ia dikenal dengan kuniyahnya (Ummu Fadhl) dan juga dengan namanya mereka kenal. Ibu dari Lubabah adalah Khaulah binti Auf al-Qurasyiyah. Ummu Fadhl adalah salah satu dari empat wanita yang dinyatakan keimanannya oleh Rasulullah SAW. Adapun tiga lainnya adalah Maimunah, Asma, dan Salma.
Maimunah adalah Ummul Mukminin, saudara kandung dari Ummu Fadhl. Sementara Asma dan Salma adalah kedua saudari dari jalan ayahnya sebab keduanya adalah putri dari Umais. Ummu Fadhl r.ha adalah istri dari Abbas, yakni paman Rasulullah SAW. Dia adalah ibu dari enam orang yang mulia, pandai, dan belum ada seorang wanita pun yang melahirkan laki-laki semisal mereka. Mereka adalah Fadhl, Abdullah al-Faqih, -Ubaidullah al-Faqih, Mabad, Qatsam, dan Abdurrahman.
Tentang Ummu Fadhl ini Abdullah bin Yazid berkata, Tiada seorang pun yang melahirkan orang-orang yang terkemuka yang aku lihat sebagaimana enam putra Ummu Fadhl. Putra dari dua orang tua yang mulia. Pamannya Nabiyul Musthafa yang mulia. Penutup para Rasul dan sebaik-baik Rasul."
Ummu Fadhl r.ha masuk Islam sebelum hijrah. Beliau adalah wanita pertama yang masuk Islam setelah Khadijah (Ummul Mukminin r.ha) sebagaimana yang dituturkan oleh putra beliau Abdullah bin Abbas, "Aku dan Ibuku adalah termasuk orang- orang yang tertindas dari wanita dan anak-anak."
Ummu Fadhl termasuk wanita yang berkedudukan tinggi dan mulia di kalangan para wanita. Rasulullah SAW kadang-kadang mengunjunginya, bahkan adakalanya tidur siang di rumahnya. Ummu Fadhl adalah seorang wanita yang pemberani dan beriman, yang memerangi Abu Lahab si musuh Allah dan membunuhnya. Diriwayatkan oleh Ibnu Ishak dari Ikrimah berkata, "Abu Rafi budak Rasulullah SAW berkata, Aku pernah menjadi budak Abbas, ketika Islam datang maka Abbas masuk Islam disusul oleh Ummu Fadhl, namun Abbas masih disegani oleh kaumnya.
Abu Lahab tidak dapat menyertai Perang Badar dan mewakilkannya kepada Ash bin Hisyam bin Mughirah. Begitulah kebiasaan mereka manakala tidak mengikuti suatu peperangan, maka ia mewakilkan kepada orang lain. Tatkala datang kabar tentang musibah yang menimpa orang-orang Quraisy pada Perang Badar, yang mana Allah telah menghinakan dan merendahkan Abu Lahab, maka sebaliknya kami merasakan adanya kekuatan dan izzah pada diri kami. Aku adalah seorang laki-laki yang lemah, aku bekerja membuat gelas yang aku pahat di bebatuan sekitar zam-zam, demi Allah suatu ketika aku duduk sedangkan di dekatku ada Ummu Fadhl yang sedang duduk, sebelumnya kami berjalan, namun tidak ada kebaikan yang sampai kepada kami, tiba-tiba datanglah Abu Lahab dengan berlari kemudian duduk, tatkala dia duduk tiba-tiba orang-orang berkata, "Ini dia Abu Sufyan bin Harits telah datang dari Badar. Abu Lahab berkata, "Datanglah kemari sungguh aku menanti beritamu.
Kemudian duduklah Abu Jahal dan orang-orang berdiri mengerumuni sekitarnya. Berkatalah Abu Lahab, "Wahai putra saudaraku, beritakanlah bagaimana keadaan manusia (dalam Perang Badar).?" Abu Sufyan berkata, "Demi Allah tatkala kami menjumpai mereka, tiba-tiba mereka tidak henti-hentinya menyerang pasukan kami, mereka memerangi kami sesuka mereka dan mereka menawan kami sesuka hati mereka. Demi Allah, sekalipun demikian tatkala aku menghimpun pasukan, kami melihat ada sekelompok laki-laki yang berkuda hitam putih berada di tengah-tengah manusia, demi Allah mereka tidak menginjakkan kakinya di tanah."
Abu Rafi berkata, "Aku mengangkat batu yang berada di tanganku, kemudian berkata, Demi Allah itu adalah malaikat. Tiba-tiba Abu Lahab mengepalkan tangannya dan memukul aku dengan pukulan yang keras, maka aku telah membuatnya marah, kemudian dia menarikku dan membantingku ke tanah; selanjutnya dia dudukkan aku dan memukuliku, sedangkan aku adalah laki-laki yang lemah. Tiba-tiba berdirilah Ummu Fadhl mengambil sebuah tiang dari batu, kemudian beliau pukulkan dengan keras mengenai kepala Abu Lahab sehingga melukainya dengan parah. Ummu Fadhl berkata, Saya telah melemahkannya sehingga jatuhlah kredibilitasnya.`
Lalu, bangunlah Abu Lahab dalam keadaan terhina. Demi Allah ia tidak hidup setelah itu melainkan hanya tujuh malam hingga Allah menimpakan kepadanya penyakit bisul yang menyebabkan kematiannya. Begitulah perlakuan seorang wanita mukminah yang pemberani terhadap musuh Allah sehingga menjadi gugurlah kesombongannya dan merosotlah kehormatannya karena ternoda. Alangkah bangganya sejarah Islam yang telah mencatat Ummu Fadhl r.ha sebagai teladan bagi para wanita yang dibina oleh Islam.
Ibnu Sad menyebutkan di dalam ath-Thabaqat al- Kubra bahwa Ummu Fadhl suatu hari bermimpi dengan suatu mimpi yang menakjubkan, sehingga ia bersegera untuk mengadukannya kepada Rasulullah SAW. Ia berkata, "Wahai Rasuiullah saya bermimpi seolah-olah sebagian dari anggota tubuhmu berada di rumahku." Rasulullah bersabda, "Mimpimu bagus, kelak Fatimah melahirkan seorang anak laki-laki yang nanti akan engkau susui dengan susu yang engkau berikan buat anakmu (Qatsam)."
Ummu Fadhl keluar dengan membawa kegembiraan karena berita tersebut. Tidak berselang lama Fatimah melahirkan Hasan bin Ali ra, yang kemudian diasuh oleh Ummu Fadhl. Ummu fadhl berkata, "Suatu ketika aku mendatangi Rasulullah dengan membawa bayi tersebut, maka Rasulullah segera menggendong dan menciuminya. Namun, tiba-tiba bayi tersebut mengencingi Rasulullah, lalu beliau bersabda, "Wahai Ummu Fadhl, peganglah anak ini karena dia telah mengencingiku."
Ummu Fadhl berkata, "Maka aku ambil bayi tersebut dan aku cubit sehingga dia menangis. Aku berkata, "Engkau telah menyusahkan Rasulullah karena engkau telah mengencinginya." Tatkala melihat bayi tersebut menangis Rasulullah bersabda, "Wahai Ummu Fadhl, justru engkau yang menyusahkanku karena telah membuat anakku menangis." Kemudian Rasulullah meminta air lalu beliau percikkan ke tempat yang terkena air kencing, lalu bersabda, "Jika bayi laki-laki maka percikilah dengan air, akan tetapi apabila bayi wanita maka cucilah."
Di dalam riwayat lain, Ummu Fadhl berkata, "Lepaslah sarung Anda dan pakailah baju yang lain agar aku dapat mencucinya." Namun, Nabi SAW bersabda, "Yang dicuci hanyalah air kencing bayi wanita dan cukuplah diperciki dengan air apabila terkena air kencing bayi laki-laki."
Di antara peristiwa yang mengesankan Lubabah binti al-Haris adalah tatkala banyak orang bertanya kepada beliau, ketika hari Arafah apakah Rasulullah shaum ataukah tidak? Maka dengan kebijakannya, beliau menghilangkan problem yang menimpa kaum Muslimin dengan cara memanggil salah seorang anaknya dan kemudian menyuruh sang anak untuk mengirimkan segelas susu tatkala beliau berada di Arafah. Tatkala dia (sang anak) menemukan Rasulullah, diserahkannya segelas susu tersebut kepada beliau. Dengan dilihat oleh semua orang, Rasulullah SAW menerima susu tersebut dan kemudian meminumnya.
Di sisi yang lain Ummu Fadhl mempelajari hadits asy-Syarif dari Rasulullah dan beliau meriwayatkan sebanyak tiga puluh hadits. Adapun yang meriwayatkan dari beliau adalah sang putra beliau, yaitu Abdullah bin Abbas, Tamam yakni budaknya, Anas bin Malik , dan yang lain-lain.
Ummu Fadhl wafat pada masa khalifah Ustman bin Affan. Beliau telah meninggalkan kepada kita contoh yang baik, yang patut ditiru sebagai ibu yang shalihah. Ya, ya. Demikianlah teladan dari Ummu Fadhl, yakni wanita yang telah melahirkan Abdullah bin Abbas yang ahli dalam hal tafsir al-Quran, Turjumanul Quran. Ummu Fadhl juga telah memberikan contoh terbaik bagi kita dalam hal kepahlawanan yang memancar dari akidah yang benar; yang muncul darinya keberanian yang mampu menjatuhkan musuh Allah yang paling keras permusuhannya.