Ingin Berjilbab Hati Dulu !

abatasa | Rabu, 29 Januari 2014 04:46 WIB | 8.684 kali
Ingin Berjilbab Hati Dulu !

Terlalu lancang rasanya jika tulisan ini saya katakan dibuat untuk mengubah pandangan hidup seseorang. Ya, harapan utama saya memanglah itu. Kalau kata rasul itu, sampaikanlah ilmu walau satu ayat. Tapi saya sadar, hidayah datangnya mutlak dari Allah, kita hanya sebagai perantara saja. Saya usahakan sebesar-besarnya untuk menyentuh hati-hati lembut diluar sana yang masih mau mendengar sentuhan lembut ini. Dan saya doakan setulus-tulusnya untuk mereka diluar sana yang sudah terlanjur beku hatinya agar dilembutkan oleh Allah kembali melalui hidayahnya. Aamiin.

 

Mungkin untuk syarat-syarat jilbab, kita semua sudah rata-rata mengetahui tentang hal itu. Namun jikapun belum, bolehlah kita intip sejenak kedalam lembaran-lembaran surat cinta yang diturunkan oleh Allah untuk menjadi pedoman bagi kita, umat manusia.

 

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang .” (TQS. Al Ahzab : 59)

 

“Katakanlah kepada para wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung”.” ( TQS.An-Nur : 31)

 

Cukup jelas rasanya perintah Allah SWT dalam menyuruh kita untuk menutup aurat, yakni dengan cara mengulurkan jilbab ke seluruh tubuh dan menggunakan kerudung menutupi dada. Namun timbul lagi pertanyaan, kenapa jilbabnya yang diulurin ke seluruh tubuh? Bukannya jilbab itu yang kita pake sebagai penutup kepala? Nggak salah ketik tuh? Insyaallah tidak, karna demikianlah adanya.

 

Di era sekarang, banyak sekali kesalahan dalam memaknai kata yang menjadikan makna asli dari suatu kata itu terbias. Contoh konkretnya ya jilbab dan kerudung tadi. Tapi sudahlah, bukan itu kan yang ingin kita fokuskan. Namun jika bisa membantu, ini ada sedikit penjelasan berupa gambar yang saya dapatkan saat searching di oom google mengenai jilbab dan khimar (kerudung).

 

 

 

 

Apresiasi terbaik mari kita berikan kepada sang creator gambar tersebut. Semoga gambar itu dapat sedikit membantu dalam menyamakan presepsi kita kedepannya.

 

Lanjut ya? Nah, perintah menutup aurat itu kan udah benar-benar jelas tuh, tapi kenapa masih banyak yang melanggarnya? Mungkinkah mereka belum tahu? Maka tugas kita adalah memberi tahu. Namun bagaimana jika memang mereka tidak mau tahu? Wallahu’alam untuk yang satu ini. Allah Yang Maha Kuasa. Tugas kita adalah mengusahakan dan mendakwahkan kebaikan, urusan hidayah mutlak milik Allah.

 

Dalih utama mereka yang paling sering digunakan untuk menunda-nunda menutup aurat adalah “ingin jilbabin hati dulu.

Ukhti, ukhti.. Sekarang coba buka pikiran antum. Kematian itu tidak menunggu antum untuk menutup aurat dulu baru datang. Tidak. Ia bisa datang dimana saja dan kapan saja, tentunya kepada siapa saja yang telah ditentukan Allah kematian atasnya. Tidak bisa maju, mundur, ataupun main petak umpet.

 

Coba bayangkan, bagaimana jika ceritanya antum sedang pulang dari diskotik, dari party, dari mall, atau dari mana sajalah yang ada dibayangan ukhti. Lalu jgeeerrr.... mobil yang sedang melaju dari arah tak diduga-duga datang menghampiri.. Bukan tidak mungkin, nyawa kita melayang saat itu, dengan kondisi tubuh yang belum menutup aurat. Lalu, bagaimana mau mengharap surganya Allah, sedangkan menutup aurat saja kita enggan.

 

“Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat laki-laki yang bukan mahramnya” (HR. Bukhari & Muslim)

 

Dalih kedua, ketika di protes tentang gaya berjilbab yang seperti membungkus kue lemper, serbaaa ketat, olehnya malah disebut mendingan.”Mending gini kok mbak, daripada mereka yang buka-bukaan pamer kepala, pundak, lutut dan kaki.” Kok saya jadi inget lagu SKJ waktu zaman saya SD ya?

 

Ukhti ukhti, membandingkan kok diantara dua kejelekan. Ya janganlah. Membandingkan hal-hal yang berhubungan dengan agama itu harus dengan yang lebih tinggi, agar kita senantiasa terpacu untuk terus memperbaiki diri. Lagipula, apa untungnya sih pake baju kayak bungkus lemper gitu? Toh hakikatnya sama aja kayak telanjang kan? Inget ukhti, perintahnya menutup aurat, BUKAN membungkus aurat.

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: [1] Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128)

 

Tuh, antum mau jadi nggak bisa mencium surga, bahkan hanya baunya sekalipun?

Dalih ketiga, “Aah, buat apa menutup aurat secara sempurna, kalau akhlaknya juga belum bagus.”

 

Hmm, akhlak.. Ya, benar, akhlak itu penting. Orang yang menutup aurat secara sempurna berarti mentaati perintah Allah. Walau karakternya menurut kita terbilang buruk, setidaknya ia berusaha untuk mentaati penciptanya. Nah yang kagak bejilbab itu, gimana ceritanya? Udah ngelanggar perintah Allah, ditambah lagi ngejelek-jelekin sesamanya dengan ngejudge seperti itu. Gimana kabar tuh dosanya?

 

Udah, berhenti deh mengulur-ulur waktu untuk berhijab lagi. Berhijab itu ndak ada ruginya. Ibarat kue nih ya, kita yang menutup aurat itu terbungkus rapi dan tidak sembarangan orang dapat menyentuh kita. Kita juga di jualnya pada taraf pasaran yang berkelas, minimal di toko penjualan kue khusus. Nggak kayak kue yang bebas tanpa bungkus, yang sering berkeliaran di jalan-jalan. Tapi inget loh ya, bukan juga kue bungkus lemper yang dijadiin acuan buat menutup aurat.

 

Saya sedikit memahami, bahwa memulai suatu kebaikan itu tidaklah semudah memulai suatu kemunkaran. Saya juga begitu dulu, di awal fase-fase menutup aurat. Sering juga saya lontarkan dalih dalih yang saya paparkan diatas, dengan harap agar setidaknya saya dapat mengulur waktu untuk berhijab. Namun saya ngeri, ketika mendengar dua hadist yang saya paparkan juga pada dalih pertama dan dalih kedua. Saya takut akan murkanya Allah. Dan saya tidak kuasa menanggung perihnya siksa api neraka.

 

Awal saya berhijab memang penuh dengan banyak sekali tantangan. Dari mulai keluarga hingga tetangga sekitar. Tanggapannya pun beragam, terlebih masalah kaos kaki yang masih sedikit “asing” dimata masyarakan pada umumnya. Tapi saya yakin, ketika Allah memerintahkan sesuatu, pasti itu yang terbaik bagi umatnya. Mungkin awalnya sulit, dan kita memang perlu sedikit penyesuaian dengan gaya hidup sebelumnya. Tapi it’s ok aja kok selama kita ikhlas dan percaya pada Allah. Masa mau kalah sih dengan perilaku wanita-wanita pemberani di dalam hadist dibawah ini? Ketika mereka mendengar seruan untuk menutup aurat, mereka langsung mengerjakannya. Kalo kita?

 

“Tatkala ayat di atas turun, para wanita Anshar pun bila keluar rumah seakan-akan di atas kepala mereka terdapat burung-burung gagak karena pakaian (jilbab hitam) yang mereka kenakan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud (11:182) dengan sanad shahih. Hadits ini disebutkan pula di dalam kitab Ad-Dur(V:221) berdasarkan riwayat Abdurrazzaq, Abd bin Humaid, Abu Dawud, Ibnu Al-Mundzir, Ibnu Abi Hatim, dan Ibnu Mardawaih dari Ummu Salamah dengan lafazh: "..lantaran pakaian (jilbab) hitam yang mereka kenakan." )

 

Hayo, tunggu apa lagi. Inget perkataan Allah yang ini,

“ Dan, tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak( pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan yang lain tentang urusan mereka. Dan, barang siapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (TSQ. Al Ahzab : 36 )

 

“Hanya ucapan orang-orang mukmin, yang apabila mereka diajak kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul memutuskan perkara dia antara mereka , mereka berkata “kami mendengar, dan kami taat” dan itulah orang-orang yang beruntung.” (TSQ. An-Nur : 51)

 

Harapan terakhir saya masih sama dengan harapan pertama saya, semoga tulisan yang penuh dengan kekhilafan ini dapat menjadi sedikit penerangan bagi yang membacanya. Dan semoga niat saya itu masih dijaga Allah untuk tetap lurus hingga akhir nanti. Aamiin.

 

Dan mengakhiri celotehan saya kali ini, saya berikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para wanita yang tengah menghadapi berbagai macam cobaan dari Allah untuk menguji keistiqomahan kalian dalam menutup aurat. Semoga Allah selalu melimpahkan kekuatan dan ketabahan dalam menjalani terjalnya batu kehidupan ini. Kebenaran datangnya murni dari Allah, dan kesalahan datangnya murni dari saya. Afwan jiddan atas segala kesalahan kata yang mungkin menyakiti, tiada maksud untuk menggurui, kepada Allah saya mohon ampun. Wabillahi taufik wal hidayah, Wassalamu’alaikum wr wb.



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Anak Marah, Atasi dengan Cara Ini
Selasa, 01 November 2016 16:27 WIB
Mengenalkan Allah pada Anak dengan Cara Sederhana
Selasa, 11 Oktober 2016 10:50 WIB
Ukhti Mau Mahar Apa?
Senin, 10 Oktober 2016 11:18 WIB