Rahasia Wanita Pedagang ( Bag 2 )

abatasa | Kamis, 16 Januari 2014 05:06 WIB | 5.806 kali
Rahasia Wanita Pedagang ( Bag 2 ) Hari terus berlalu. Namun hari-hari dan malam-malamnya penuh dengan sengatan dan kobaran aib serta tuduhan palsu. Dia seolah-olah disetrika di setiap inci tubuhnya dan di setiap titik jiwanya.

Dia mencoba meyakinkan suaminya bahwa dia tidak pernah mengkhianatinya dan mungkin ini faktor gen saja karena gen itu ibarat ular. Namun penjelasannya itu semakin membuat sang suami menjauh.

Dia bersumpah di hadapan sang suami bahwa dia bebas dari tuduhan-tuduhan miring itu. Hanya saja ketika dia memandang kepada bayinya yang putih, dia tidak tahu bagaimana datangnya. Bahkan, kadang-kadang dia meragukan dirinya. Semua orang di sekitarnya memandangnya dengan pandangan ragu dan bimbang.

Beberapa malam kemudian. Setelah beberapa malam yang penuh dengan kepedihan dan sesak dengan siksaan. Wanita itu menyendiri, menjauh dari khalayak dan tinggal di mihrabnya saja. Dia berdoa kepada Allah dan merendahkan diri di hadapan- Nya, memohon agar Allah menampakkan ketidak bersalahan-nya.

Dia sering mengulang-ulang firman Allah,
"... Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku.... " (Yusuf [12]: 86)
Dia berharap tidak pernah ada di dunia ini. Dia selalu mengucapkan kalimat Maryam, sang perawan suci,
. .Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan, (Maryam [19]: 23)
Setelah lama menderita, kondisinya memburuk dan tubuhnya ringkih. Lalu wanita itu meninggal. Ya, dia mati tersiksa dan teraniaya. Dia meninggal membawa duka dan nestapa, kekecewaan dan penasaran.

Semoga Allah merahmatinya dengan luapan rahmat-Nya yang luas. Sebab dia meninggal, sebelum hatinya tenang menyaksikan reputasinya membaik.
Beberapa tahun kemudian, sang anak pun besar. Dia bermain dengan anak-anak lain dengan bebas. Dia tidak tahu sedikitpun tentang ibunya dan rahasia kematiannya.

Suatu hari. Desa mereka kedatangan pedagang (wanita) keliling, dia menjual pakaian dan mainan. Dia mendengar cerita tentang wanita itu dan diberitahu penderitaannya.

Di berhenti sejenak, memutar kembali rekaman memorinya karena dia sudah tua sehingga ingatannya kurang kuat. Kemudian pedagang itu meminta bertemu dengan suami wanita yang meninggal itu.

Setelah bertemu, dia berkata kepada si suami, "Aku mempunyai berita yang meyakinkan. Aku ingat, aku pernah lewat di desa Anu. Di sana aku diberitahu bahwa mereka mengalami kejadian pilu seperti kalian. Singkatnya... salah satu keluarga melahirkan anak pada waktu dan di rumah sakit yang sama dengan kalian. Kulit anak itu cokelat, padahal ibunya berkulit putih. Semua orang meragukan harga diri dan kesuciannya. Mereka menuduhnya selingkuh. Dia hidup di dunia ini dengan jasadnya saja. Adapun hatinya, sudah pergi meninggalkannya menuju kuburan kematian."
Mendengar berita itu, beberapa orang dari desa itu bertamu ke desa yang diceritakan penjual itu. Mereka menemui dokter resmi di salah satu rumah sakit. Dengan mencocokkan DNA, gen, dan tes, terbukti keduanya tertukar disebabkan kesalahan manusiawi di rumah sakit tempat mereka dilahirkan.

Dengan ini, kesucian dua wanita itu terbukti. Tapi sudah terlambat. Wanita pertama sudah tidak hidup lagi untuk mengenyam kebahagiaan pulihnya reputasi yang tercemar, sebagaimana dia dulu menderita oleh gunjingan orang-orang tentang harga dirinya.
Dia sudah meninggal dan tidak bisa menyaksikan kejadian itu.

Semoga Allah merahmatinya dan mengganti penderitaannya dengan nikmat di taman surga. Dan, semoga Allah menampakkan kesuciannya di Padang Mahsyar di hadapan semua makhluk. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Anak Marah, Atasi dengan Cara Ini
Selasa, 01 November 2016 16:27 WIB
Mengenalkan Allah pada Anak dengan Cara Sederhana
Selasa, 11 Oktober 2016 10:50 WIB
Ukhti Mau Mahar Apa?
Senin, 10 Oktober 2016 11:18 WIB