Rahasia Wanita Pedagang ( Bag 1 )

abatasa | Rabu, 15 Januari 2014 05:49 WIB | 5.617 kali
Rahasia Wanita Pedagang ( Bag 1 )
Teriakan para bidan dan perawat berkumandang memberitahukan sang ibu tentang anak barunya.
Berita pun sampai kepada sang ayah. Wajahnya sumringah, dadanya lega dan dia menggumam dengan beberapa kata yang sulit di mengerti saking senangnya.

Dia berhak begitu karena selama beberapa tahun, dia masih belum dikaruniai momongan.
Dia bersabar dan berusaha tabah, sampai datang hari kebahagiaan. Dia melupakan segala sakit dan luka, melupakan kepenatan dan keluh kesah.

Jangan tanya kenapa? Sebab setiap orang yang dikarunia anak setelah penantian yang lama, dia pasti tidak mampu menampakkan kesenangannya, bahkan untuk mengungkapkan perasaannya pun, dia tidak mampu.

Dia meminta kepada seorang dokter untuk diperbolehkan melihat anak yang telah memberikan sinar kebahagiaan barusan.
Dia masuk ke ruang khusus anak-anak yang baru lahir. Seorang perawat memandunya kepada anaknya.

"Lihat betapa tampannya," kata sang bidan.
"Mungkin Anda salah nama. Ini bukan anakku," jawab sang ayah.

Sang perawat bersikukuh bahwa anak itu adalah putra bapak itu. Berkas-berkas resmi, DNA, dan tes laboratorium membuktikan hal itu.
Saat itu, sang ayah diam terpaku, wajahnya memerah dan sarafnya tegang. Dia tidak mampu menguasai diri. Dia berteriak dengan keras, "Mustahil.... Mustahil.... Dia bukan anakku.... Tidak mungkin hal ini terjadi."

Dia segera pergi menemui istrinya di ruang perawatan dan berteriak dia wajahnya, "Pengkhianat.... Pelacur.... Kamu aku cerai.... Cerai... dan cerai."
Lalu dia keluar dengan wajah redup.

Sang istri tidak tahu apa yang terjadi. Dia memanggil seorang perawat dan meminta untuk melihat anaknya. Ketika dia melihatnya, rona wajahnya berubah, dia gemetar, dan terguncang. Saking beratnya hantaman ini, dia tidak mampu untuk mengucapkan satu kata pun.

Ayah sang istri dipanggil oleh pihak administrasi rumah sakit dan disuruh masuk menemui putrinya, namun anaknya tidak mampu berbicara. Sang ayah meminta bertemu dokter untuk diberi tahu apa yang terjadi.

Dokter datang membawa sang bayi, "Ini cucumu," ujar sang dokter.
Sang kakek tidak percaya dan dia mengira salah alamat. Hanya saja sang dokter menegaskan kebenaran berita itu.
Sang kakek terpaku di tempatnya, kekuatannya buyar, dia tidak mampu menanggung beban ini. Para petugas membawanya pulang.

Kenapa sampai begitu? Apa rahasianya? Rahasianya adalah sang bayi lahir dengan kulit putih bersih, berbeda dengan kulit sang ibu yang cokelat.

Sang ibu keluar dari rumah sakit menuju rumah suaminya sambil menggendong anaknya. Dia hampir tidak mempercayai kejadian yang ada di sekitarnya, hanya saja dia mengerti satu hal yaitu dia akan menghadapi cobaan berat dan ujian sulit.

Dia membuka pintu rumah, dia disambut oleh sang suami dengan cacian dan hinaan. Sang suami menuduhnya menjual kehormatan, harga diri, dan kesucian.
Orang-orang ramai memperbincangkannya dan panah- panah setan semakin tepat mengena sasaran. Mereka menuduhnya selingkuh, padahal dia bersih.

Sang istri menyusui bayinya dengan air mata berderai. Dia menangis yang tidak diketahui orang sebelumnya. Tangis yang keluar dari lubuk hati dan sisa-sisa jiwa.
Dia keluar dari rumah sang suami membawa seribu satu duka dan ditemani seribu satu asa. Dia menangis karena dia suci, bersih, dan terhormat. Dia tidak pernah melakukan perbuatan keji selama hidupnya dan tidak pernah kenal dengan jalan kotor.

Dia memutuskan untuk pergi ke rumah ayahnya sebagai pelarian dari neraka ini.
Dia disambut oleh ayahnya, "Anakku. Sudah banyak gunjingan orang tentang Kamu. Dan banyak gosip mengenai dirimu. Berterus teranglah kepadaku dan bertakwalah kepada Allah. Apabila kamu benar-benar pernah melakukan kesalahan seperti yang dikatakan orang-orang, maka bertobatlah kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah menerima tobat dari hamba- hamba-Nya dan memaafkan segala kekeliruan."
Saat mendengar kalimat ini dari ayahnya, wanita itu jatuh hanyut dalam rasa sakit, pedih, dan kecewa.

Wanita itu melewati kondisi sulit nan keras yang hanya diketahui Allah. Dia tertimpa petaka yang seandainya diturunkan kepada gunung, niscaya gunung itu akan hancur dan rata.

Di lanjutkan Kisah Rahasia Pedang esok hari


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Anak Marah, Atasi dengan Cara Ini
Selasa, 01 November 2016 16:27 WIB
Mengenalkan Allah pada Anak dengan Cara Sederhana
Selasa, 11 Oktober 2016 10:50 WIB
Ukhti Mau Mahar Apa?
Senin, 10 Oktober 2016 11:18 WIB