Kaum Wanita 15 Abad Lalu ( bag 1 )

abatasa | Rabu, 02 April 2014 04:06 WIB | 6.240 kali
Kaum Wanita 15 Abad Lalu ( bag 1 )
Sepintas lalu, apa yang dilakukan Rasulullah saw. terkesan biasa-biasa saja dan tidak luar biasa. Apalagi kalau kita melihatnya dari sudut pandang orang-orang yang hidup di zaman modem seperti sekarang. Sesuatu hal yang lumrah apabila seorang anak gadis bebas memilih calon pasangan hidup yang diinginkannya. Bahkan, menjadi sangat ganjil apabila ada orang tua yang masih memaksa anak gadisnya untuk menikah dengan lelaki yang tidak dicintainya, sebagaimana dalam kisah Siti Nurbaya dan Datuk Ma- ringgih.

Nah, apa yang dilakukan Rasulullah saw., sebagaimana tergambar dalam kisah di atas sesungguhnya merupakan peristiwa yang sangat luar biasa, revolusioner, dan teramat berani apabila kita lihat dari sudut pandang atau jiwa zaman (zeitgeist) masa itu. Pandangan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di zaman modem ini berbeda 180 derajat dengan pandangan orang-orang di lima belas abad lalu. Pada masa itu wanita tidak ada harganya, hanya sebatas (maaf) pelengkap dan pemuas kebutuhan saja. Jangankan dimintai pendapatnya, dijamin hak-hak kehidupannya atau diberikan
penghormatan yang layak dianggap sebagai "manusia" saja susahnya setengah mati. Kondisi semacam ini tidak hanya di Mekkah, melainkan juga merata di seluruh dunia, wanita tidak lebih dari sebuah barang yang bisa diperjualbelikan.

Sebagai akibat dari tumbuh suburnya pandangan yang merendahkan derajat kaum wanita, orang-orang zaman jahiliah (zaman kebodohan) pun sangat membenci anak perempuan. Saking bencinya, mereka tega membunuhnya hidup-hidup. Mereka akan merasa ada aib yang teramat besar jika di keluarganya lahir anak perempuan (lihat QS az-Zukhruf [43]: 17), "Dan apabila salah seorang di antara mereka diberi kabar gembira dengan apa (kelahiran anak perempuan) yang dijadikan sebagai perumpamaan bagi (Allah) Yang Maha Pengasih, jadilah wajahnya hitam pekat karena menahan sedih (dan marah)."

Al-Haitsam bin Addiy menyebutkan dalam sebuah riwayat bahwa kebiasaan mengubur hidup bayi-bayi perempuan berlaku di sebagian besar kabilah Arab. Rata-rata satu di antara sepuluh kabilah melakukan hal tersebut. Di antara mereka ada pula yang menjual anak-anaknya kepada orang-orang terpandang.

Abui Hasan Ali An-Nadhawy dalam bukunya, Kerugian Apa yang Diderita DuniaAkibat Kemerosotan Kaum Muslimin (Al-Maarif, 1988) menuliskan bahwa saat Islam datang, tiga ratus anak yang hendak dikubur hidup-hidup telah diselamatkan dengan tebusan. Di antara mereka itu ada yang orang tuanya telah bernazar akan menyembelih seorang dari anaknya apabila sudah berjumlah sepuluh orang. Terkadang mereka membunuh anak perempuannya atau menguburnya hidup-hidup dengan cara yang sangat kejam. Bisa jadi pembunuhan tersebut tertunda pelaksanaannya karena sang ayah bepergian jauh. Anak tersebut baru dikuburnya setelah besar dan mulai mampu berpikir.

Sumber :
Sumber Hijabers



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Anak Marah, Atasi dengan Cara Ini
Selasa, 01 November 2016 16:27 WIB
Mengenalkan Allah pada Anak dengan Cara Sederhana
Selasa, 11 Oktober 2016 10:50 WIB
Ukhti Mau Mahar Apa?
Senin, 10 Oktober 2016 11:18 WIB