Pakaian Sebagai Pemandu Prilaku

abatasa | Senin, 03 Maret 2014 07:25 WIB | 7.349 kali
Pakaian Sebagai Pemandu Prilaku Percaya atau tidak, pakaian dapat memengaruhi cara pandang dan perilaku orang yang memakainya. Kita dapat menebak apa yang akan dirasakan seseorang saat berpenampilan layaknya anak pesantren, misalnya memakai peci, sarung, berbaju koko bagi laki-laki atau mengenakan kerudung, jilbab, dan menenteng Al-Quran bagi perempuan. Berbanding terbalik ketika melihat anak yang berpenampilan layaknya "anak gaul": memakai jeans ketat lagi kucel dan agak melorot, t-shirt bergambar penyanyi rock atau bertuliskan Kiss Me, kacamata hitam besar, rambut ala artis Hollywood, plus rantai melilit di celana. Ketika berpenampilan seperti seorang santri, orang "terpaksa" akan berperilaku dalam batas-batas kaidah kelompok santri. la akan terkondisikan untuk tidak berbuat macam-macam, seperti mengganggu lawan jenis di jalan, nongkrong di mall, keluar masuk diskotik, dan sebagainya.

Dengan demikian, pakaian merupakan sarana yang efektif dalam mengondisikan seseorang untuk berada dalam suatu perilaku, baik atau buruk. Pakaian yang baik dapat mengondisikan orang untuk berlaku baik. Pakaian yang buruk pun dapat mengondisikan orang untuk berperilaku buruk. Dalam bahasa psikologinya, pakaian yang dipakai akan menentukan konsep diri seseorang dan juga persepsi orang lain terhadap orang tersebut. Konsep diri adalah semua yang kita pikirkan dan kita rasakan tentang diri kita. Konsep diri ini, disadari atau tidak, pada akhirnya akan memengaruhi sikap dan perilaku manusia secara keseluruhan.

Itulah sebabnya Rasulullah saw. melarang kita untuk meniru-niru pakaian orang-orang kafiratau orang-orang yang tidak seakidah. Hal ini dikhawatirkan akan menghilangkan identitas sebagai seorang muslim dan mengondisikan perilaku kita, sebagaimana perilaku kaum yang cara berpakaiannya kita tiru. Nabi Muhammad saw. pun melarang seorang laki-laki berpakaian seperti wanita dan sebaliknya melarang wanita berpakaian seperti laki-laki. Selain dapat mengaburkan identitas, cara-cara seperti itu dapat meng¬ubah kepribadian atau profil gen-gen yang kita miliki. Pada banyak kasus, seseorang menjadi kewanita-wanitaan atau kelaki-lakian, bahkan menjadi banci, seringkah diawali dari pengondisian lingkungan dan kebiasaan buruk untuk meniru perilaku atau sitat lawan jenis.


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Anak Marah, Atasi dengan Cara Ini
Selasa, 01 November 2016 16:27 WIB
Mengenalkan Allah pada Anak dengan Cara Sederhana
Selasa, 11 Oktober 2016 10:50 WIB
Ukhti Mau Mahar Apa?
Senin, 10 Oktober 2016 11:18 WIB