Pakaian Sebagai Cermin Emosi

adminaba | Selasa, 18 Desember 2012 06:23 WIB | 5.980 kali
Pakaian Sebagai Cermin Emosi Selain perangkat intelektual, fisik, dan spiritual, manusia pun dikaruniai satu perangkat dahsyat yang bernama emosi, Apa itu emosi? Palam perspektif orangawam, emosi berarti marah. Adapun, menurut psikologi, emosi itu bukan hanya
marah karena marah hanyalah satu dari sekian banyak jenis emosi. Masih banyak bagian emosi lalnnya: sedih, jijik, senang, bahagia, euforia, jatuh cinta, hete, terkejut, pucat pasi, dan sebagainya, itu semua tercakup ke dalam emosi. Pada intinya, ada beragam jenis emosi dalam diri manusia dan setiap emosi memiliki dri, karakteristik, dan pengungkapan yang berbeda dengan emosi lalnnya.

Walaupun sangat mudah dideteksi, dilihat, dirasakan, dan sudah menjadi keseharian manusia, sangat sulit bagi kita untuk mengartikan atau mendefinisikan emosi. Salah satu penyebabnya adalah ada banyak jenis emosi yang dirasakan manusia sehingga perbendaharaan kata yang ada tidak cukup untuk mewakilinya. Dalam konteks ini, kita sering berkata, "Aduuh! Kok sulit banget sih ngungkapin dengan kata-kata!"

Semua itu disebabkan sulitnya mendefinisikan emosi. Di antara psikolog pun tidak ada "kata sepakat" tentang arti emosi itu. Lindsay-Hartz menganggap hal ini sebagai sebuah ironi, la mengatakan, "Ironically, we probably know more about the rings of Saturn than the emotions we experience every day!" Artinya, manusia itu lebih mengetahui seluk-beluk beragam benda luar angkasa, semacam cincin Saturnus, daripada emosi yang ada dalam dirinya dan dirasakan setiap hari.

Untuk menyiasati kesulitan tersebut-ketika membahas apa sebenarnya emosi-para psikolog hanya mengungkapkan kriteria, ciri-ciri, atau panduan yang bisa menuntun seseorang
untuk memahami apa dan bagaimana emosi itu. Setidaknya ada lima hal yang dapat memandu kita dalam memahami emosi.
pertama, emosi adalah sesuatu yang kita rasakan pada saat terjadinya, misalnya ketika marah, kita merasakan bahwa kita marah.

Kedua, emosi dikenal bersifat fisiologis dan berbasis pada perasaan emosional, artinya emosi memengaruhi tisik, misalnya jantung berdebar, berkeringat, melonjaknya hormon-hormon dalam darah, dan lainnya.
Ketiga, emosi pada saat kedatangannya menimbulkan efek pada persepsi, pemikiran, dan perilaku.
keempat, emosi menimbulkan dorongan atau motivasi pada orang yang mengalaminya. Dengan kata la i n, emosi melahirkan energi yang menjadikan seseorang "bergerak".

kelima, emosi mengacu pada cara pengekspresian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, ekspresi wajah, isyarat, tindakan tertentu, dan sebagainya.
Panduan ini seakan kembali menegaskan bahwa emosi adalah sesuatu yang khas yang hadir dalam hidup manusia. la sangat mudah dirasakan, tetapi sulit didefinisikan, la demikian luas, kompleks, dan terkadang sangat subjektif. Meskipun demikian, ia menjadikan hidup manusia jadi penuh warna dan dinamika.

Pada akhirnya, dengan kemampuan intelektual manusia bisa berpikir. Dengan kemampuan fisik, manusia bisa bergerak dan melakukan aneka pekerjaan. Dengan daya spiritual, manusia bisa mengenal dan menjalin hubungan dengan dunia metafisika atau sesuatu yang bersifat nonfisik. Dengan emosi, manusia mampu merasa, mengungkapkan apa yang dirasakannya, sekaligus memberi warna dan dinamika bagi perangkat-perangkat lainnya.

Sebaliknya, tanpa adanya emosi, manusia bukan lagi manusia, tidak ada dinamika, dramatisasi, dan canda tawa, la akan menjadi robottak berperasaan yang hanya memandang hidup secara sempit; hitam putih; benar salah. Tanpa adanya emosi-meskipun hanya sebagian-manusia bisa lebih kejam dari binatang yang paling kejam sekalipun. Lihatlah para psikopat. Mereka umumnya memiliki kecerdasan dan kecerdikan di atas rata-rata, penampilannya menawan, keahliannya menakjubkan, kata-katanya meyakinkan, pem-bawaannya menawan, tetapi sayang bagian otak yang bernama amigdala-mengatur aktivasi emosi-emosi yang tidak disukai, semacam ketakutan dan kecemasan-mengalami kerusakan sehingga mereka tidak lagi memiliki perasaan dan pemahaman terhadap moralitas yang paling dasar sekalipun. Itulah sebabnya mereka tidak memiliki rasa belas kasihan, kengerian, penyesalan, dan segala haru biru perasaan. Bagi mereka, tidak ada bedanya. antara menusuk mata boneka dan mata manusia; antara menusuk-nusuk benda mati dan mencabik - cabik tubuh makhluk bernyawa. Pertimbangan baik dan buruk hanya diefektori oleh rasio belaka atau segala sesuatu yang dapat memuaskan keinginannya.

Sejatinya, pada diri manusia normal bersemayam sejumlah emosi yang memungkinkannya untuk berekspresi dengan beragam tampilan. Para psikolog membedakan emosi-emosi tersebut ke dalam dua katagori, yaitu emosi dasar (primer) dan emosi campuran (mixed).
R. Plutchik mengungkapkan ada empat emosi dasar dalam diri manusia, yaitu kegembiraan (joy), ketakutan (fear), kesedihan (sadness), dan kemarahan (anger).

Keempat jenis emosi ini umumnya disepakati sebagai emosi dasar. Di luar keempat emosi tersebut, ada dua emosi lain yang belum disepakati sebagai emosi dasar, yaitu keterkejutan (surprise) dan rasa jijik (disgust). Walaupun belum ada kata sepakat di antara para pakar, keenam emosi dasar ini dapat ditemukan pada semua manusia normal di seluruh dunia.
Sarlito Wirawan (2000:30) mengungkapkan kesimpulan tersebut, "Para peneliti mendapatkan bukti yang sangat meyakinkan bahwa setidaknya terdapat enam bentuk emosi yang dapat diidentifikasikan di seluruh dunia, yaitu rasa gembira, takut, marah, sedih, jijik, dan terkejut."

Perpaduan di antara keenam emosi dasar tersebut atau perpaduan dengan emosi lainnya akan melahirkan emosi
jenis kedua, yaitu emosi campuran. Sebagai contoh, emosi senang (joy) yang berkombinasi dengan penerimaan (acceptance) akan melahirkan emosi cinta (love) dan emosi sedih (sadness) yang berkombinasi dengan kejutan (surprise) akan melahirkan kekecewaan yang mendalam (disappointment). Bisa pula terjadi kombinasi antara dua emosi tidak sejenis, semacam cinta (love) dan marah (anger) yang melahirkan rasa cemburu (jealousy).

Beragam jenisemosi ini-baikdasar maupun campuran- merupakan komponen penting dalam menjaga eksistensi hidup manusia selama emosi tersebut tetap terkontrol dan tnampu bersinergi dengan komponen-komponen lainnya, misalnya rasio, spiritual, dan fisik, Proses sinergi dan kontrol yang baik akan menjadikan emosi manusia mampu berjalan sesuai fitrahnya, yaitu sebagai pembangkit energi (energizer), pembawa informasi (messenger), dan sebagai media komunikasi; intra maupun interpersonal.

Emosi memerlukan beragam alat agar bisa tersalurkan sehingga kita bisa mengomunikasikan emosi dalam diri kepada orang-orang di sekitar kita meskipun seringkali tanpa sadar. Salah satu alat tersebut adalah pakaian. Dengan demikian, pakaian yang dikenakan sedikit banyak mencerminkan aspek psikologis (baca: emosi) pemakainya. Kita dapat membaca aspek psikologis seseorang dari jenis busana yang dipakai dan jenis warna yang dipilihnya. Orang yang gemar memakai pakaian berwarna gelap, misalnyaj memiliki karakter psikologis tertentu yang berbeda dengan orang yang gemar memakai pakaian berwarna cerah.

Dikutip dari : The Power of Hijabers
Penerbit : Tinta Mediana
Penulis : Tauhid Nur Azhar


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Anak Marah, Atasi dengan Cara Ini
Selasa, 01 November 2016 16:27 WIB
Mengenalkan Allah pada Anak dengan Cara Sederhana
Selasa, 11 Oktober 2016 10:50 WIB
Ukhti Mau Mahar Apa?
Senin, 10 Oktober 2016 11:18 WIB