Pada kenyataannya sehat memiliki cakupan makna yang luas, ia tidak sekedar menyangkut fisik, melainkan juga mental kejiwaan, emosi, finansial, hubungan sosial, hingga sepiritual. Hidup seseorang dikatakan paripurna apabila semua aspek kehidupannya berada dalam keadaan sehat. Kurang optimalnya satu atau dua aspek kehidupan sedikit banyak akan memengaruhi kehidupan kita secara keseluruhan. Sehat finansual menjadi kurang berarti apabila fisik didera beragam penyakit. Finansialnya sehat, fisiknya sehat, akal, emosi, dan hubungan sosialnya sehat, tetepi spiritualnya bermasalah, itu pun akan mengganggu kehidupan. Dengan demikian, setiap orang harus mengupayakan agar dirinya mampu mencapai derajat sehat dalam semua aspek kehidupannya.
Lalu, apa hubungan antara kesehatan dan berbusana muslim, sebagaimana pembahasan yang kita fokuskan disini? Kedunya memiliki hubungan erat. Busana adalah salah satu perangkat penting untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia, khususnya kesehatan fisik, psikologis, dan spiritual. Tentu saja tidak semua pakaian bisa menjadikan pemakaian lebih sehat. Ada peasyarat tertentu yang harus ada dalam sebuah pakaian sehingga ia dapat berfungsi optimal. Sebab, salah berpakaian alih-alih menyehatkan, malah dapat membawa penyakit atau minimal ketidaknyamanan bagi yang mengenakan atau melihatnya.
KETIKA BUSANA MEMBAWA PENYAKIT
Sebelum membahaas cara bagaimana menjadi sehat busana, kita harus mengerahui terlebih dahulu tentang " menjhadi sakit karena busana". Dengan mamahami bahya pakaian terhadap kesehatan, kita dapat lebih bijak ketika memilih dan mengenakan sebuah pakaian sehingga resiko terkena penyakit, baik fisik maupun psikologis, dapat dihindari atau setidaknya diminimalisasi. Lalau, penyakit apa saja yang dapat ditimbulkan oleh pakaian?
Pertama : penyakit setres. Secara psikologis disebabkan karena keridaknyamanan dalam berpakaian. Kondisi ini biasanya menimpa orang-orang yang harus memakai pakaian kerja yang tidak disukainya. Boleh jadi nkarena bahannya tidak nyaman dipakai, dasainnya "norak" atau tidak seseuai selera, tidak sesuai dengan faktor lingkungan, pergantian musim, atau tingkat kelembapan, misalnya harus memakai pakaian tebal di lingkungan kerja yang panas atau bisa juga tidak sesuai dengan nilai yang nilai yang diyakininya. Sebagai contoh, seorang wanita yang berjilbab diharuskan mengenakan seragam yang " terbuka ". Karena terpaksa, ia pun bersediamengenakan seragam tersebut walaupun hatinya tertekan. Ketidaksukaan, ketidaknyamanan, atau rasa tertekan ni apabila terus berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan tekanan psikologis yang kronis. Tekanan ini kana merubahg profil hormonal seseorang. Perubahan profil hormonal dapat menimbulkan gangguan pada sistem pertahanan tubuh. Ketika sistem pertahanan tubuh terganggu, penyakit pun akan mudah datang. Pada tahap minimal, tekanan psikologi dapat memicu naiknya kadar kortisol dalam tubuh yang menyababkan seseorang mudah lelah dan setres
Kedua, penyakit yang ditimbulkan secara langsung oleh bahan pakaian yang dipakai, misalnya alergi pada kulit. Ada bahan-bahan pakaian teretentu yang dapat memicu iritasi dan alergi, semacam produk sintetis atau yang berasal dari bahan alam. Misalnya, wol, bulu-bulu halusnya dapat terhisap sehingga menimbulkan reaksi alergi, semacam bersin, flu, hingga sesak napas. Ada pula bahan-bahan pakaian yang dapat menjadi media tumbuh kembang bakteriu jamuir, atau virus. Hal ini dapat meningkatkan resiko terjadinya sakit.
Ketiga, penyakit yang ditimbulkan oleh pakaian yang tidak adaptif terhadap kebutuhan fisiologi tubuh, misalnya bahan pakaian yang tidak bisa menyerap keringat atau tidak bisa melepas panas tubuh secara optimal. Akibatnya, tubuh menjadi sakit karena panas tidak terkonveksi secara baik. Pada tahap yang kritis, kondisi ini dapat melebarkan pembuluh darah. Apabila dibiarkan akan meningkatkan risiko penyakit jantung. Bahan pkaian yang tidak melepaskan panas secara optimal pun dapat menyebabkan terperangkapnya keringat sehingga kelembapan permukaan tubuj pada gilirannya akan mengubah koloni-koloni bakteriu atau jamur menjadi tubuh subur. Oleh karana itu, di negara tropis seperti indonesia, pakaian yang tidak melepaskan panas secara optimal, semacam pakaian ketat atau pakaian yang terlalu tebal, harus dihindari. Jika dipaksakan untuk dipakai, kilit akan kekurangan ruang untuk "bernafas", sementara cairan yang keuar daru tubuh cukup banyak. Akibatnya, permukaan kulit menjadi lembap. Jika tidak diimbangi dengan busana yang tepat, jamur akan lebih mudah beranak pinak. Jenis jamur yang banyak ditemui adalah jamur panu (bercak putih, cokelat, atau kemerahan), jamur kurap yang basah dan gatal.
Keempat, penyakit yang ditimbulkan oleh pakaian- pakaian baru atau bekas yang tidak bersih dicuci. Sekarang ini, khususnya saat buku ini ditulis, di sejumlah kota besar sedang marak penjualan baju-baju bekas dari luar negeri, khususnya dari Jepang, Korea, China, Singapura, dan Malaysia. Walaupun Kementeriaan Perdagangan dan Industri sudah memberlakukan larangan, penjualan baju- baju bekas ini tetap marak karena banyak peminatnya. Faktor harga yang murah, model yang menarik, bahan berkualitas, bahkan banyak yang bermerek, menjadikan baju-baju bekas ini banyak peminatnya. Padahal, baju-baju bekas ini berisiko tinggi mengandung aneka bibit penyakit, mulai dari bakteri, jamur, hingga virus, terlebih lagi kalau pengguna baju tersebut mengidap penyakit kulit atau penyakit menular yang berbahaya. Perendaman dengan air panas atau pencucian berulang-ulang, tidak menjamin bersihnya pakaian tersebut dari kuman penyakit, apalagi kalau proses pencuciannya tidak bersih.
Sebetulnya tidak hanya pakaian bekas yang berisiko menjadi sarana penularan penyakit, pakaian baru pun memiliki risiko yang sama walaupun tidak seberisiko pakaian bekas. Sebuah penelitian yang dilakukan Dr. Phillip Tierno dan timnya dari Departement of Microbiology and Immunology, Universitas New York, menemukan adanya jejak partikel ragi, feses, bekas ludah, bakteri kulit, dan bakteri vagina melekat pada baju-baju baru, khususnya di daerah ketiak dan pangkal paha.
Dengan melihat penyakit-penyakit yang disebabkan karena salah memilih pakaian, seyoginya kita dapat lebih efektif dalam memilih atau memakai pakaian. jadi, jangan asal terlihat keren, beken, modern, atau murah meriah, kita jadi mengorbankan kesehatan.