Satu-satunya waktu saya bisa menikmati diri saya sendiri sepenuhnya belakangan ini adalah saat mandi pagi. Sampai pada taraf tertentu, kewajiban pagi ini telah menjadi upacara spiritual bagi saya. Saya bernapas dalam-dalam dan membiarkan air hangat meluruhkan rasa kantuk atau kekhawatiran yang tersisa. Saya bayangkan, air yang mengucur itu menembus masuk ke dalam jiwa dan mengisi tubuh saya dengan cahaya dan energi yang saya butuhkan sepanjang hari nanti. Saya biarkan pikiran saya melembut dan terbuka menerima gagasan-gagasan yang akhirnya berkesempatan untuk didengar. Tentu saja, ini tidak dapat dijadikan ritual meditasi yang panjang sebab rutinitas pagi di dalam rumah tangga saya yang sibuk sudah mendesak minta ditangani—belum lagi air panas yang mulai berhenti mengalir. Biasanya, seseorang bergegas masuk mencari sesuatu—dan yang paling sering, sesuatu itu adalah saya!
Belum lama ini, saya mendengar bahwa mantan Gubernur Massachusetts, William Weld, mengatakan bahwa dia menulis buku pertamanya, Mackerel by Moonlight, sedikit demi sedikit setelah selesai mandi pagi. Dia akan bergegas keluar dari kamar mandi untuk mencari buku catatannya di atas lemari dan, dengan masih berbalut handuk, mencatat gagasan-gagasan yang masuk ke benaknya saat sedang mandi.
Saya kira, sebagian orang menganggap meditasi pagi ini membutuhkan teknik yang sulit. Namun, menurut saya, mandi merupakan sarana relaksasi yang dapat dilakukan di rumah sendiri. Itu bisa dijadikan kebiasaan terpuji, yang tidak membutuhkan banyak waktu, tenaga, atau keterampilan khusus. Saya memasuki kesibukan hari saya dengan penuh energi baik secara spiritual maupun fisik. Bau saya harum, pula. Oh, dan tunggulah buku saya setelah ini—Mimi by Morning Light.
Disadur dari buku SQ untuk Ibu, Penulis: Mimi Doe, Penerbit KAIFA