Mari kita perhatikan anak dengan kepintaran
linguistik. Hampir semua orang suka pada anak yang pandai bicara. Anak selalu
menjadi ‘bintang’ di mana pun ia berada. Namun, memiliki buah hati yang
demikian tergantung pada pola asuh lingkungan terdekatnya.
Manusia adalah
makhluk sosial. Salah satu bentuk untuk menciptakan hubungan sosialnya adalah
lewat komunikasi verbal atau kemampuan berbahasa. Kemampuan ini sudah
ditunjukkan anak sejak masih bayi. Mula-mula ia menangis untuk menunjukkan
keinginannya. Kemudian mulai babbling (meraban/mengoceh), saat bayi kecil memperdengarkan
suara-suara tertentu. Lambat laun, seiring dengan pertambahan usianya, bayi
bisa mengerti bahkan merespon lingkungannya.
Kemampuan berbahasa,
memahami bahasa, serta merespon, merupakan potensi yang dimiliki setiap anak
manusia. Anak pun tak begitu saja mencapai kemampuan tersebut. Potensi
berbahasa akan berkembang melalui proses belajar berbahasa
(berbicara). Karena itu, jika lingkungan terdekat anak (baca: orangtua), tidak
memberi suasana yang mendukung, maka potensi tinggal potensi. Anak akan tumbuh
jadi anak ‘pendiam’ lantaran kemampuan berbahasanya kurang, sehingga sulit bagi
anak untuk mengungkapkan dirinya dalam bentuk kata-kata.
Pola asuhlah yang
sangat berperan meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Misalnya, pola asuh yang
tidak memberi ruang anak untuk bebas berbicara, atau serba mengkritik bicara
anak, sering menganggap anak salah, akan mematikan potensi berbahasa anak.
Demikian sebaliknya. Pola asuh yang mendukung anak untuk berbicara, maka
potensi anak pun akan tumbuh subur, melahirkan anak dengan kepintaran
linguistik.
Bagaimana menstimulus
anak agar memiliki kepintaran berbahasa? Tekni-teknik ini membantu Anda
mengasah si kecil sesuai usianya:
1.
Usia 6 bulan -
2 tahun
Mulai usia 6 tahunan anak mulai mengoceh, 1 tahunan
bisa memahami namun belum bisa
merespon dengan baik. Sering
mengajaknya berbincang-bincang akan membantu
meningkatkan kemampuannya, juga:
Bicara dengan bayi
menggunakan kata yang sebenarnya. Misalnya "susu" bukan "cucu", "minum" bukan
"num" atau "botol" bukan "otong",dan sebagainya. Menggunakan kata seperti cara
bicara anak, tidak mengajarkan anak berbicara yang benar. Ingat, anak belajar
mengikuti suara dan intonasi Anda.
Perkenalkan kata-kata
baru setiap hari dengan menunjukkan barang dan menyebutkan namanya.
Saat berbicara dengan
bayi, dekatkan wajah Anda dengannya (jarak sekitar 20 -25 cm.) agar ia bisa
melihat wajah Anda dan meresponnya sesuai penglihatannya. Berikan pula tatapan
mata dan senyum, karena bayi pun akan belajar menghargai dari kasih sayang yang
Anda berikan.
Lakukan stimulus
dalam bentuk komunikasi lainnya seperti, pelukan, merespon tangisnya,
menyanyikan lagu nina bobo, juga omelan atau keluhan.
2. Usia 2-3 tahun
Pada usia ini anak
mulai mengumpulkan perbendaharaan kata. Kemampuan bicaranya maju pesat.
Rata-rata anak usia 2 tahun menguasai 200-500 kata dengan kemampuan mengucapkan
dua tiga kata. Anak 3 tahunan menguasai 1200-an kata. Memang, pada beberapa
balita lainnya, masih ada yang mempunyai kesulitan dalam mengucapkan kata-kata
atau intonasi. Bahkan, ada juga yang tidak mau mengucapkannya sama sekali.
Berbagai rangsangan
diperlukan guna mengoptimalkan kemampuan berbahasanya:
Mengembangkan
kata-kata anak dengan mengenalkan konsep-konsep sederhana. Misalnya, ketika
anak berkata "rumah besar", tambahkanlah "Itu rumah yang besar, itu rumah yang
tinggi, dan itu rumah kecil. Atau konsep besar-kecil, atas-bawah, basah-
memahami namun belum bisa merespon dengan baik. Sering
mengajaknya berbincang-bincang akan membantu
meningkatkan kemampuannya, juga:
Bicara dengan bayi
menggunakan kata yang sebenarnya. Misalnya "susu" bukan "cucu", "minum" bukan
"num" atau "botol" bukan "otong",dan sebagainya. Menggunakan kata
seperti cara bicara anak, tidak mengajarkan anak berbicara yang benar. Ingat,
anak belajar mengikuti suara dan intonasi Anda.
Perkenalkan kata-kata
baru setiap hari dengan menunjukkan barang dan menyebutkan namanya.
Saat berbicara dengan
bayi, dekatkan wajah Anda dengannya (jarak sekitar 20 -25 cm.) agar ia bisa
melihat wajah Anda dan meresponnya sesuai penglihatannya. Berikan pula tatapan
mata dan senyum, karena bayi pun akan belajar menghargai dari kasih sayang yang
Anda berikan.
Lakukan stimulus
dalam bentuk komunikasi lainnya seperti, pelukan, merespon tangisnya,
menyanyikan lagu nina bobo, juga omelan atau keluhan.
2.
Usia 2-3 tahun
Pada usia ini anak
mulai mengumpulkan perbendaharaan kata. Kemampuan bicaranya maju pesat. Rata-rata
anak usia 2 tahun menguasai 200-500 kata dengan kemampuan mengucapkan dua tiga
kata. Anak 3 tahunan menguasai 1200-an kata. Memang, pada beberapa balita
lainnya, masih ada yang mempunyai kesulitan dalam mengucapkan kata-kata atau
intonasi. Bahkan, ada juga yang tidak mau mengucapkannya sama sekali.
Berbagai rangsangan
diperlukan guna mengoptimalkan kemampuan berbahasanya:
Mengembangkan
kata-kata anak dengan mengenalkan konsep-konsep sederhana. Misalnya, ketika
anak berkata "rumah besar", tambahkanlah "Itu rumah yang besar, itu rumah yang
tinggi, dan itu rumah kecil. Atau konsep besar-kecil, atas-bawah, basah- kering, dan lainnya. Lanjutkan dengan buku-buku seperti buku cerita binatang dan buku tentang berbagai bentuk.
Berbicara dengan
spesifik dan dengan penjelasan. Utarakan pengamatan sejelas mungkin, misal ada
seekor kucing memanjat pohon, jangan hanya berkata "lihat kucing itu," tapi
"lihat, seekor kucing berwarna putih memanjat pohon. Mungkin dia sedang
mengejar burung, ya." Atau, " itu seekor anjing dengan bulu lebat dan ikat
leher berwarna merah."
Perumit sedikit.
Menggunakan kalimat sederhana dan singkat untuk batita memang bijaksana. Namun,
ada saatnya si kecil mendapat tantangan dengan mendengar kata-kata agak rumit.
Tetapi, Anda harus bicara jelas, dan mau mengulang apa yang tak ditangkap anak
dengan j elas.
Terus bertanya.
Memberikan pertanyaan dapat membangun kemampuan verbalnya. Ajukan pertanyaan
menantang perbendahaan kata anak, namun jangan membuatnya frustasi (karena tak
tahu cara menjawabnya.). Misalnya, jika ia bertanya "Apa itu?" jawablah
"menurutmu itu apa ya?"
Bermain kata-kata.
Mungkin masih terlalu dini tetapi ada peraturan sederhana. Yakni, saat
membacakan buku cerita, sesekali berhentilah, dan tanyakan nama benda-benda
yang ada di buku.
Perkenalkan alfabet.
Pengenalan alfabet penting agar anak tak merasa asing saat pelajaran membaca
dimulai. Pengenalan bisa dengan nyanyian atau lewat buku.
3.Usia 3-5 Tahun
Usia ini merupakan
tahapan pembelajaran bahasa yang paling kuat perkembangannya -
di banding usia-usia lain. Mereka
mulai banyak menggunakan kata-kata yang bukan sebenarnya atau pun kata-kata
‘kotor’ yang ia terima dari lingkungannya. Namun, sebetulnya si kecil belum
benar-benar mengerti arti kata-kata yang diucapkannya. Untuk meningkatkan
kemampuannya:
Ajak bermain
merangkai kata menggunakan gambar, permainan lego, atau menciptakan gambar
sendiri. Caranya, gunting dua gambar yang sama. Tempelkan
6-8 gambar berbeda pada karton besar, dan gambar kecil di
karton kecil. Tunjukkan pada anak, minta anak menunjukkan gambar yang sama dari
dua tempat (karton besar dan kecil) yang berbeda. Anak yang memiliki kepintaran
linguistik umumnya suka bermain kata-kata menggunakan gambar.
Mencari jawaban. Jika anak bertanya dan Anda tak
tahu jawabannya katakan, "bunda belum tahu jawabannya. Yuk kita cari tahu di
buku." Mengajak anak mencari jawaban dari buku membantu mereka belajar
mengembangkan bahasa.
Minta anak menceritakan kembali. Karena sudah
menguasai banyak kata, anak dapat menceritakan kembali apa yang mereka ketahui.
Mintalah anak bercerita kegiatannya di sekolah, atau bersama teman-temannya. ■
Disadur dari buku Pintar
Pintar Linguistik
- editor Deni Karsana - Wyeth Nutritionals