Dulu, orang menganggap kepintaran intelektual (IQ) adalah
segalanya. Dapat menjamin kehidupan manusia menjadi lebih maju, makmur, dan
tenteram. Namun, kenyataannya, kepintaran ini tidak cukup untuk membuat
seseorang sukses menjalankan fungsinya sebagai makhluk sosial.
Fakta di atas diperkuat oleh Daniel Goleman, dalam
bukunya Emotional Intelligence (1995). Goleman mengatakan bahwa
IQ tinggi tidak dapat digunakan
secara efektif tanpa adanya kepintaran
emosional (EQ). Yaitu, kepintaran yang memberi kesadaran mengenai perasaan diri
sendiri dan perasaan orang lain.
Kepintaran ini memunculkan empati,
cinta, motivasi, dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan
secara tepat. Menurut Goleman, EQ merupakan persyaratan dasar agar seseorang
dapat menggunakan IQ secara efektif
Benarkah demikian? Finalkah
hipotesis Goleman itu? Ternyata tidak. Muncul lagi pendapat lain. Kali ini dari sepasang suami-istri
bergelar doktor psikologi dan teologi dari Harvard dan Oxford
University, Ian Marshall dan Danah Zohar. Di tahun 2000 mereka menerbitkan buku Spiritual Intelligence: The Ultimate Intelligence.
Keduanya berpandangan, IQ dan EQ saja masih kurang. IQ
dan EQ-secara tunggal maupun ganda-temyata tak
cukup dapat menjelaskan
kompleksitas kepintaran manusia, juga kekayaan jiwa serta imajinasinya.
Keduanya mengatakan diluar dua kepintaran itu, ada kepintaran lain yang tidak ‘linier’ (IQ), atau
‘menyesuaikan diri dengan orang lain’ (EQ)", serta berdiri menentang arus. Ini adalah
kepintaran yang mencari jalan untuk menemukan arti dan nilai-nilai dalam
kehidupan.
Caranya dengan mencari dan
menciptakan visi serta tujuan hidup, dengan melakukan perubahan-perubahan
kreatif. Mereka menjuluki "Q" ketiga ini sebagai SQ (Spiritual Intelligence) atau kepintaran spiritual.
SQ = Kepintaran Jiwa
Marshall dan Zohar mendefinisikan kepintaran spiritual sebagai "kepintaran
yang bertumpu pada bagian dalam diri seseorang, yang berhubungan dengan
kearifan di luar ego atau jiwa sadar." Inilah kepintaran yang dapat digunakan
anak bukan hanya untuk meresapi nilai-nilai yang ada, tapi juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
Kepintaran spiritual adalah
kemampuan anak dapat menempatkan tindakan dan hidup dalam konteks yang lebih
luas, dan lebih dinamis. Kelak, kepintaran ini, dapat membuat anak Anda dapat
menilai bahwa suatu tindakan atau jalan hidup tertentu lebih berarti dibanding
yang lain.
Seperti kata Cynthia R. Davis, yang menyatakan
kepintaran spiritual adalah tingkatan tertinggi dari semua kepintaran.
Kepintaran ini dapat digunakan untuk memvisikan berbagai kemungkinan yang belum
terwujud dan mentransformasikan cara hidup yang metodis. Anak dengan kepintaran
ini konon menjadikan kesadaran jiwa sebagai dasar keberadaan atau kekuatan
kreatif. Pendeknya, kepintaran spiritual merupakan kepintaran jiwa.
Metafisik, Dasar Pintar Spiritual
Di dalam bukunya The Power of Spiritual Intelligence, Toni Buzan-penulis mengenai otak dan
pembelajaran-menyebutkan bahwa untuk mengembangkan kepintaran spiritual, kita
terlebih dulu harus menggali sifat dasar spiritualitas. Yakni segala sesuatu
yang ‘bukan fisik’, melainkan emosi dan karakter.
Spiritualitas juga mengarahkan
manusia pada pencarian hakikat kemanusiaannya, mencari sesuatu di luar sana
yang tidak diketahui (something out there that are unknown). Termasuk di sini adalah
energi, semangat, keberanian
dan
tekad. Jadi,
menumbuhkan kepintaran ini sama artinya mengembangkan kualitas di atas.
Spiritualitas, kata Buzan, ada
dalam hati dan pikiran
setiap manusia
di manapun mereka
berada. Baik hati dan pikiran
yang berbasis agama maupun tidak.
Karena ia adal ih ‘area kesadaran tertinggi,’ maka semua orang punya
spiritualitas.
Namun, seperti halnya emosi,
spiritualitas mempunyai derajat bervariasi, baik kedalaman maupun
perwujudannya. Spiritualitas dapat hadir dalam berbagai dimensi; disadari atau
tidak disadari, dikembangkan atau tidak dikembangkan, sehat atau sakit. canggih
atau sederhana, bermanfaat atau justru berbahaya.
Seringkah orang mendefinisikan
spiritualitas dalam konteks ketuhanan, individu / tokoh panutan, atau alam.
Padahal pintar spiritual tidak selalu terkait dengan hal tersebut. Bisa saja
orang yang tak beragama tapi memiliki kepintaran spiritual tinggi. Sedangkan
yang lebih religius justru sebaliknya. Inilah yang kadang memberi tantangan
tersendiri dalam mengembangkan kepintaran spiritual.
Jadi, bagaimana gambaran orang
yang pintar secara spiritual? Anak yang santun, pandai menghargai orang lain, mampu berterimakasih, rendah hati,
welas asih, cinta sesama, dan dapat mengontrol keadaan sesuai nilai-nilai yang
dipercayainya menunjukkan tingginya spiritualitas seseorang. Inginkah buah hati
Anda demikian?
IQ, EQ, dan SQ
Ada sebuah contoh sederhana mengenai
kaitan IQ,
EQ, dan SQ, dan
alasan kenapa manusia perlu SQ. Komputer, misalnya, memiliki IQ tinggi karena
mengetahui aturan dan melakukan sesuatu tanpa salah.
Sementara, banyak hewan yang punya
EQ tinggi karena mereka mampu mengenali situasi yang ditempatinya dan tahu cara
menanggapi situasi tersebut dengan tepat. Namun baik komputer maupun hewan
tidak pernah bertanya ‘mengapa’ mereka dapat seperti itu. Komputer dan hewan
hanya bekerja ‘di dalam batasan’ yang sudah dibuat.
Pada manusia :
Pintar Spiritual memungkinkan
manusia ‘bermain dengan batasan’ untuk memainkan ‘permainan tanpa batas’.
Pintar Spiritual memberi manusia moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang
kaku diikuti pemahaman dan cinta. Kemampuan untuk melihat kapan cinta dan
pemahaman itu tiba pada batasannya.
Pintar Spiritual, memiliki daya ubah ‘saya yang mengarahkan situasi.` Berbeda dengan pintar emosional yang berpandangan ; ‘situasi mengarahkan saya.`
Pintar Spiritual, dapat membuat
orang mengajukan pertanyaan- pertanyaan; "Siapakah saya?", "Mengapa saya di
sini?", "Apa yang paling berarti dalam hidup ini buat saya?"
Pintar Spiritual juga dapat bisa
membantu seseorang menemukan hikmah tersembunyi dari cinta, kegembiraan, stres,
dan pasang surut kehidupan sehari-hari.
Pintar spiritual menciptakan
kesadaran terhadap Tuhan, kepada sesama, kepada alam, dan kehidupan.
Kepintaran spiritual membuka hati, menyinari pikiran, dan menginspirasikan
jiwa, menghubungkan psikologi manusia kepada yang mendasari kehidupan. ■
Kepintaran spiritual adalah
kepmtaran yang bertumpu pada bagian dalam diri seseorang, yang berhubungan dengan
kearifan di luar ego atau jiwa sadar.
Disadur dari buku Pintar Spiritual
-
editor Deni Karsana - Wyeth Nutritionals