Uang, Uang, Uang

Selasa, 27 Desember 2011 00:00 WIB | 4.107 kali
Uang, Uang, Uang Belum lama ini, sebuah penelitian dilakukan oleh Universitas Michigan. Mereka ingin mengetahui pengaruh uang pada kehidupan orang. Tiga dari penemuan mereka: Apa yang paling membuat orang khawatir? Uang! Apa yang membuat orang paling bahagia? Uang! Apa yang membuat orang paling sedih? Uang!

Perasaan kita mengenai uang dan kekayaan sangat jelas, mendalam, kuat, dan sering tidak dapat dipahami.

Seorang ayah tiga anak harus berjuang melawan setan-setan batinnya sendiri dalam masalah uang-setan-setan yang diwariskan kepadanya oleh ayahnya. Saat dia berusia tiga belas tahun, ayahnya bangkrut dan kehilangan tanah pertanian yang telah dimiliki keluarganya selama beberapa generasi. Sejalan dengan pertumbuhannya, dia terus merasakan kekhawatiran mengenai uang dan menghindari risiko apa pun. Seorang wanita yang mengasuh dua putrinya dibesarkan oleh neneknya sebab ibunya sendiri yang menjanda tidak mampu membiayai mereka. Sepanjang hidupnya dia selalu ketakutan akan kehilangan kedua putrinya akibat penghasilannya yang tidak pasti.

Kita mungkin tidak mewarisi uang, tetapi kita sesun gguhnya mewarisi sikap terhadap uang dari keluarga kita. Mari kita ambil tanggungjawab atas kesadaran kita menyangkut kekayaan, mentalitas kita dalam kaitan dengan uang, agar kita dapat menghancurkan tembokyang menjauhkan kita dari kesejahteraan. Jika kita sadar akan pengaturan keuangan kita sebelumnya, kita dapat melakukan koreksi sekarang. Tidak hanya anak-anak kita akan mendapatkan contoh yang lebih sehat, tetapi dengan menyadari peranan uang pada masa kanak-kanak kita, kita akan dapat mengatasi berbagai bayangan negatif dan ketakutan. Mari kita mulai membulatkan hati, hari ini, untuk menerima keadaan keuangan yang bagaimanapun.

Saya berusia dua puluhan ketika seorang kawan menyampaikan gagasan bahwa kita bisa mendapatkan semua yang kita harapkan dan kita terima. Apa pun yang Anda bayangkan dapat terjadi dalam hidup Anda; jika percaya, Anda dapat meraihnya. Itu merupakan kesadaran yang menyenangkan bagi saya dan selalu menjadi keyakinan saya. Inilah kebenaran yang saya inginkan untuk menjadi pegangan hidup anak-anak saya. Saya telah melihat sendiri betapa lancarnya hidup saya jika saya dengan sabar dan konsisten berfokus pada impian dan bayangan saya. Sa/a ingin, anak-anak saya me­ngalami hal itu pula, dalam hubungan mereka dengan kekayaan dan dalam segala segi kehidupan mereka.

Uang hanyalah energi. Jika kita berani membayangkan kekayaan bagi diri kita sendiri dan membimbing anak-anak kita menjalankan kebiasaan mental yang sama ini, kita dapat mengarahkan hidup menuju impian kita. Kita dapat merancang sendiri keadaan keuangan keluarga dan menerima kekayaan dengan penuh kegembiraan.

Biarkan energi uang mengalir dalam diri Anda dan selanjutnya mengalir kembali dengan penuh kasih sayang ke dunia. Anak-anak Anda belajar dari mengamati Anda.

 

Disadur dari buku SQ untuk Ibu, Penulis: Mimi Doe, Penerbit KAIFA



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Anak Marah, Atasi dengan Cara Ini
Selasa, 01 November 2016 16:27 WIB
Mengenalkan Allah pada Anak dengan Cara Sederhana
Selasa, 11 Oktober 2016 10:50 WIB
Ukhti Mau Mahar Apa?
Senin, 10 Oktober 2016 11:18 WIB