"Aduh, Bagas ini kok enggak pernah bisa diam, ya?" Ny. Rahma (31 tahun) mengomentari anak semata wayangnya itu. Bagas (5 tahun) yang baru duduk di
TK Nol Besar itu, memang tak pernah bosan bergerak terus ke sana-ke mari. Ny. Rahma sampai kewalahan mengimbangi
aktivitas gerak anaknya itu. "Energinya seakan tak
habis-habis. Enaknya diapakan ya, anak ini?"
Lain lagi dengan Ranti (4,5 tahun) yang juga sekelas dengan
Bagas. Dengan tubuhnya yang agak gemuk, ia kelihatan lesu dan cepat lelah kalau
melakukan aktivitas fisik yang agak berat sedikit. Gerakannya pun agak kikuk dan lamban, tak sebebas anak
lainnya. "Bagaimana ya, supaya ia mau bergerak aktif, tidak lesu begitu?" keluh
ibunya, Ny. Shinta.
• •
Mengapa tidak mencoba
mengajak keduanya berolahraga, Bu? Banyak lho, manfaat berolahraga bagi anak.
Baik manfaat fisik, psikis, maupun sosial. Mulai dari menyalurkan kelebihan
energi, meningkatkan kesegaran jasmani anak, mengontrol berat badan, sampai
membangun rasa percaya diri anak. Jika dilakukan secara
berkelompok, olahraga juga dapat melatih anak bersosialisasi, memainkan peran
tertentu, belajar bekerja sama, mematuhi aturan permainan,
serta mengukur kemampuannya di antara teman- temannya.
Olahraga yang
dikenalkan sejak dini juga bisa menjadi landasan yang baik bagi aktivitas anak di masa selanjutnya.
Anak lebih bergairah, baik dalam aktivitas intelektual maupun jasmani. Juga
mempunyai postur tubuh yang baik, serta gerakan yang luwes dan terkoordinasi.
Namun tentu, untuk anak usia
pra-sekolah, olahraga bukanlah untuk menciptakan seorang atlet. Melainkan lebih sebagai sarana yang
menyenangkan untuk belajar dan bermain. Anak juga masih membutuhkan contoh dan
dorongan dari Anda supaya mau melakukan aktivitas ini. Nah, beberapa hal yang
dapat orang tua lakukan, misalnya:
1.Perhatikan Usia Anak
Anak berusia 1-3 tahun,
misalnya, belum siap untuk menerima aktivitas yang terstruktur. Dunianya lebih
banyak berhubungan dengan kedekatan dan interaksinya dengan orang yang
mengasuhnya. Olahraga yang bisa dilakukannya pun terbatas pada gerakan yang
sangat sederhana dan spontan. Misalnya menirukan gerakan tangan, berlari-lari,
atau mendorong-dorong sesuatu.
Pada usia 3-5
tahun, merupakan periode transisi anak, saat ia mulai bersentuhan dengan dunia
pra-sekolah. Proses sosialisasinya pun mulai intensif, ditambah
lagi dengan perkembangan fisik dan intelektual yang pesat. Untuk anak usia ini,
paling baik adalah melakukan 1-2 aktivitas fisik yang
sederhana dan sebaiknya menekankan pada permainan. Misalnya sore hari selama 15-30 menit berjalan keliling taman, main
perosotan, melempar-lempar atau menendang-nendang bola, dsb.
2. Arahkan Keaktifan Anak
Anak yang aktif bisa "dimanfaatkan" untuk
meningkatkan kebugaran tubuhnya. Aktif namun tidak dikembangkan, akan sulit bagi
anak mendapatkan kesehatan yang baik. Untuk itu, perlu
latihan yang teratur dan terencana. Bagi anak TK,
misalnya, mesti ada aktivitas olahraga yang teratur di sekolah. Seperti senam,
lari-lari, olahraga lain yang terjadwal. Ceklah
jadwal olahraga si kecil di sekolah dan wajibkan ia mengikutinya.
3. Buat Supaya Menyenangkan
Yang penting diingat, olahraga itu harus
menyenangkan bagi anak. Jadi, lebih condong ke permainan daripada olahraga.
Jika anak tertarik, ia akan tetap menyukainya dalam
waktu yang lama. Di lain pihak, anak dapat membenci
olahraga jika di awalnya ia sudah merasa terpaksa, atau memperoleh
pengalaman yang negatif. Misalnya olahraga itu seperti "pelatihan" atau
ternyata membuatnya cedera.
4. Bantu dan Beri Saran
Bantulah anak
menemukan hal-hal yang menyenangkan dari olahraga. Caranya, kenalkan anak pada
aktivitas olahraga yang bervariasi. Melihat pertandingan bulu tangkis, senam,
sepakbola, renang dsb., akan membuat anak lebih tertarik pada
olahraga. Anak yang cenderung kalem mungkin akan lebih tertarik pada renang
atau senam. Sedangkan yang aktif murigkin lebih suka sepak bola atau bola voli.
Namun Anda tak perlu meminta anak untuk memilih
olahraga tertentu. Lebih baik, berilah saran tentang hal-hal positif dari
tiap-tiap jenis olahraga itu.
5.Jangan Overload
Meskipun olahraga itu
menyenangkan, namun yang lebih penting lagi adalah, porsinya yang wajar saja.
Jangan sampai overload alias terlalu banyak. Jika pagi hari di sekolah anak sudah
berolahraga, sore harinya lebih baik diisi dengan bermain biasa atau
kegiatan lain. Kalau hari itu di sekolah tidak ada pelajaran
olahraga, pagi atau sore
hari si anak bisa diajak ikut senam,
jalan- jalan, atau lari-lari di taman.
6. Ikutlah Berolahraga
Si
kecil akan lebih senang lho, kalau ia bisa berolahraga bersama ayah atau ibunya. Jadi, tak hanya menyuruhnya berolahraga
bersama teman-temannya Pagi, sebelum berangkat kerja, ayah bisa senam bersama
anak di halaman rumah atau di taman, dengan iringan musik. Sore hari, ibu bisa mengajaknya main lempar-lemparan bola atau
lari-lari keliling taman. Di hari minggu, ayah dan ibu bisa mengajak si kecil
untuk bersama-sama berenang di kolam renang.
Jika ada perlombaan olahraga di lingkungan RT atau
kelurahan, ikutlah yang menyertakan seluruh anggota keluarga. Misalnya jalan
santai. Ini akan menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi si kecil.
7.
Ajarkan Hal
Penting Lain
Selain olahraga, ajarkan juga tentang hal-hal yang
mendukung kebugaran tubuh. Terutama tentang pentingnya gizi makanan, dan
bersikap tubuh yang baik. Penjelasannya cukup yang sederhana. Misalnya,
sehabis olahraga minum susu. Atau saat berjalan harus tegak, tidak boleh
membungkuk, saat duduk punggung harus lurus, dsb.
8.
Konsultasikan
Jika si kecil
kelihatan berbakat pada jenis olahraga tertentu dan Anda ingin ia memperoleh latihan yang lebih terarah, konsultasikanlah
dengan dokter anak. Bisa juga meminta saran kepada guru olahraga, atau pengasuh klub olahraga.
Dengan cara ini, anak
memperoleh dasar-dasar, latihan, serta porsi olahraga yang benar. •
Disadur dari
buku Mengendalikan Si Kecil - editor Deni Karsana - Wyeth Nutritionals