Dalam diri kita ada esensi Ilahi, jiwa,
dan intisari spiritual-inilah diri kita yang sesungguhnya. Anak
kecil merupakan saluran yang
lebih mumi daripada ungkapan ini sebab mereka belum banyak
menggunakan saringan seperti kita, yang telah hidup
lebih lama dan mengumpulkan pengalaman lebih banyak. Saringan-saringan ini,
misalnya ketakutan, kecurigaan, kemarahan, rasa
bersalah, dan kebiasaan lama, menghalangi potensi mumi
kita untuk mewujud sebagai pengalaman kita.
Marilah kita tetap waspada terhadap kepercayaan-kepercayaan yang
membelenggu, yang mungkin kita tularkan kepada anak-anak kita. Pernahkah mereka
mendengar Anda berkata, "Aku sedang sial saja", "Penderitaan itu ada hikmahnya, bagaimanapun
juga", "Keadaan fisikku memang lemah", "Kamu suka angin-anginan
seperti Paman Anton saja", "Memperhatikan diri sendiri sih nggak
bagus", "Kita kan nggak
mungkin mendapatkan segalanya?"
Ketika anak Anda tumbuh semakin besar, ingatkan dia bahwa dia
diciptakan sesuai dengan citra Tuhan, lalu bicarakan tentang apakah citra
itu-kegembiraan mumi, kelimpahan, kesehatan yang prima, kepuasan, kedamaian.
Itukah pengalaman yang didapatkannya dalam hidup? Jika tidak, berarti dia
seperti kebanyakan kita, yang hidup dengan hanya menggunakan separuh kecepatan.
Seperti juga komputer dengan daya kemampuan tinggi yang ada di atas meja kita,
kita hanya menggunakan sebagian dari kapasitas kita yang luar biasa besarnya.
Mulailah mengenali saringan-saringan yang mungkin telah Anda
kumpulkan, lalu canangkan tekad untuk menyingkirkannya. Ini akan menciptakan
celah bagi diri Anda yang sesungguhnya sangat elok untuk memancarkan sinar dan
mukjizat, kejadian kebetulan, dan keberuntungan pun akan muncul.
Buang pikiran-pikiran yang membelenggu dan penghalang-penghalang
yang tak berguna ke
Kotak Sampah
sebagaimana Anda secara rutin membersihkan data
yang sudah tidak terpakai dari hard disk komputer
Anda.
Disadur dari buku SQ untuk Ibu,
Penulis: Mimi Doe, Penerbit KAIFA