"Kevin
tidak mau! Pokoknya tidak mau! Hu...hu...hu...."
Kevin (4,5 tahun) berteriak sambil
menangis dan mengentak-entakkan kakinya ke lantai.
Tas sekolahnya yang sudah dipakai, dipelorotkan lagi. Topinya pun dibuang ke
kolong meja. Sementara sepatunya yang satu lagi entah ke mana.
Hehh, Bu Wiwit (29 tahun) sampai geregetan
melihat tingkah anaknya, Sudah beberapa kali ini Kevin rewel
setiap hendak berangkat sekolah. Kemarin ia sudah tidak masuk. Masa hari ini
tidak masuk sekolah lagi? Tangan Bu Wiwit bergerak. Hampir saja ia.... Untung
Bu Wiwit sadar. Sambil menghela napas, Bu Wiwit pun mengangkat pesawat
telepon. Mau minta izin lagi ke bu guru Kevin.
Tidak hanya Kevin yang
bermasalah. Anak-anak lain yang
baru beberapa hari bersekolah, juga sering mengalami problem yang sama.
Ekspresinya bermacam-macam. Ada yang
ngambek tidak mau
berangkat, mau sekolah asal ditemani ibu, atau
mendadak sakit perut saat mendengar bunyi mobil jemputan datang. Intinya,
mereka tidak ingin bersekolah.
Penyebabnya bisa sederhana, misalnya karena takut
terpisah dari orang tua. Namun juga bisa problem yang serius, misalnya karena
dinakali teman sekelasnya, takut pelajaran, atau karena gurunya.
Jika Ibu tahu bahwa "penyakitnya" itu bukan karena
masalah fisik, beberapa langkah berikut ini dapat Ibu lakukan agar anak tetap
mau bersekolah.
1.
Beri Gambaran Positif
Tanpa
memandang usia si kecil, Ibu mesti menerangkan mengapa
ia perlu sekolah. Jelaskanlah dalam kalimat yang sederhana.
Misalnya saat menonton iklan Aku
Anak Sekolah-nya Rano Karno atau iklan GN-OTA. "Sekolah itu
menyenangkan, lho. Tuh, lihat, anak-anak sekolah pada berlari-lari dan tersenyum
senang."
Tokoh Si Doel atau tokoh lain juga bisa dijadikan contoh. Misalnya, "Tahu nggak,
kenapa Si Doel bisa pergi ke Swiss dan naik pesawat terbang? Itu karena Si Doel
sekolah sampai jadi insinyur...."
Satu hal yang mesti selalu diingat, Ibu tidak boleh
marah padanya, hanya karena ia tidak mau sekolah. Apalagi sampai memberi
hukuman fisik.
2.
Jelaskan Konsekuensinya
Untuk anak yang sudah harus masuk SD, jelaskan bahwa
sekolah itu wajib bagi mereka. Menurut para ahli, tidak apa-apa jika Ibu
menerangkan konsekuensi buruk kepada si anak jika ia tidak mau atau mogok
sekolah. "Kalau sering mbolos,
kamu bisa ketinggalan pelajaran. Nanti nilaimu jelek. Kalau jelek, kamu bisa
tinggal kelas. Malu kan, tertinggal sama teman-teman seusiamu...."
Bisa juga memberitahukan "contoh buruk" kepada anak.
"Tuh lihat, Mandra. Waktu kecil, ia tidak mau sekolah. Akibatnya ia tidak diterima
kerja, sebab tidak bisa membaca."
3.
Kunjungi Sekolah Si Kecil
Untuk anak yang baru masuk SD atau TK, atau baru
pindah dari sekolah lain, lakukan
kunjungan pendahuluan sebelum hari pertama sekolah dimulai. Luangkan waktu
sebentar bersama anak di dalam kelas. Bicaralah juga dengan gurunya, agar si
anak tahu bahwa ayah atau ibunya akrab dengan orang asing ini, dan ia tak perlu
takut padanya. Ibu mungkin perlu melakukan ini lebih dari sekali jika si kecil
termasuk anak yang mudah cemas.
4.
Siapkan Peta
Anak bisa sangat cemas dan stres jika saat di sekolah,
ia tak segera menemukan toilet yang dicarinya. Sebelum terjadi, cobalah beri
gambar peta berwarna lokasi-lokasi yang penting bagi si kecil. Sebab bagi anak,
paham dengan seluk-beluk bangunan yang "asing" merupakan keharusan baginya.
Terangkanlah dengan cara yang mudah dipahami.
Tunjukkan dalam peta itu, misalnya, letak kantin, toilet, kamar mandi, perpustakaan,
telepon umum, dsb. Bagus lagi kalau Ibu atau guru
juga menunjukkannya langsung.
5.
Beri Dorongan
Cari tahu aktivitas menarik apa yang ada di sekolah,
dan jelaskan hal ini kepada anak. Ceritakan jenis kegiatan apa yang dilakukan
di sana, serta teman-teman yang akan ditemuinya. Carilah apa yang menarik pada
kegiatan itu, yang tidak ditemui di rumah. Barangkali saja, di sekolah ada
pelajaran melukis, baca puisi, atau bermain alat musik sederhana. (bersambung...)
Disadur dari buku Mengendalikan Si Kecil -
editor Deni Karsana - Wyeth Nutritionals