Soal indikator, menurut Nina berbeda untuk tiap usia. Rata-rata anak dikatakan cukup siap sekolah jika dia sudah lebih bisa mandiri dan tak terlalu menempel kepada orangtua. “Dia juga sebaiknya sudah bisa mengontrol buang airnya sehingga tak terus-terusan ngompol atau buang air besar,” jelas Nina. Menurut Nina, anak di bawah 4 tahun boleh masuk sekolah jika syarat-syarat ini terpenuhi:
Jangan memaksa! Orang tua jangan terlalu bergantung pada sekolah. Sekarang ini ada beberapa sekolah yang menerima anak kurang dari 6 bulan. Sebenarnya, anak akan lebih baik berkembang di rumah dalam masa balitanya. Jangan memaksakan anak untuk sekolah terlalu dini. Menurut banyak penelitian, anak yang terlalu muda bersekolah, mungkin saja bisa mengikuti pelajaran tapi seringkali memiliki masalah dalam perkembangan emosi dan sosialnya kelak. Jika di rumah, memang tidak ada yang bisa mengasuh secara aman dan menstimulasi anak dengan tepat, boleh-boleh saja anak bersekolah. Pilih sekolah yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan balita.
Memilih Prasekolah. Menurut Nina, sekolah terbaik itu tak ada. Yang ada adalah sekolah yang paling tepat untuk balita kita. Contohnya, sekolah harus tidak terlalu jauh dari rumah, paling jauh adalah 30 menit perjalanan (Menghitungnya bukan dari jarak tempuh namun waktu tempuh, mengingat sekarang jalanan begitu macet). Jika anak aktif, ada baiknya bersekolah di sekolah yang memiliki halaman luas dengan kurikulum yang memungkinkan balita punya berbagai kegiatan aktif. Sementara untuk anak yang cenderung pemalu, lebih baik pilih yang jumlah anak di kelasnya sedikit saja atau guru berhasil mengenalkan anak kepada beberapa teman yang minatnya sama (tentu saja baik sekali kalau guru mengenal anak secara pribadi).”
Bagi orangtua yang merasa perlu memasukkan balitanya ke prasekolah, penting untuk mengecek apakah anaknya berkembang sesuai dengan usianya atau ada keterlambatan yang harus segera dikejar,” terang Nina. Karena, tujuan sekolah di usia dini bukanlah untuk mempersiapkan diri masuk SD, tapi lebih berupa stimulasi yang tepat untuk usianya.
Faktor lain yang perlu diperhatikan untuk prasekolah terutama adalah bagaimana si guru memperhatikan dan mengasuh anak, karena guru sebetulnya adalah pengganti orangtua di sekolah. Selain itu, prasekolah sebaiknya mengutamakan anak senang sekolah, bukannya menuntut anak menguasai kurikulum tertentu. Fasilitas yang lain hanyalah tambahan.
Sumber: Ayah Bunda