Bela diri, saat Mengendus Kejahatan

Selasa, 19 Februari 2008 08:53 WIB | 4.803 kali
Bela diri, saat Mengendus Kejahatan

Bambang menilai, sebenarnya tidak ada batasan yang saat memberi penjelasan tentang bentuk ataupun pelaku kejahatan. Hanya saja, jika orangtua salah memberi batasan, maka anak akan menjadi takut berlebihan yang tentu mengganggu kejiwaannya.

Sejak awal, hindari anak pergi ke suatu tempat tanpa pengawasan orang dewasa. Kedua, saat anak 'mengendus' berada dalam situasi mencekam, hal yang dapat dilakukan adalah menangis, berteriak minta tolong atau lari. Namun, tindakan kedua tetap menjadi dilema, karena kondisi ini memungkinkan penjahat menjadi marah hingga melukai. Oleh sebab itu, hal ini bukanlah menjadi pilihan yang dianjurkan terutama pada anak yang baru berusia 6 hingga 8 tahun.

Pada usia ini pula, anak masih mudah untuk ditakut‑takuti atau diancam. Itu sebab korban kejahatan sering kali tidak mau bercerita atau menyembunyikan kejahatan yang menyimpang. "Rasa takut dan ancaman yang menakutkan itu akan terus mempengaruhi mentalnya bahkan dapat menjadi trauma berkepanjangan. Maka, jika ini terjadi pada anak‑anak kita, jangan terburu‑buru menginterogasinya. Cari waktu dan orang yang tepat untuk menanyakan apa yang telah dialaminya" saran Bambang.

Perihal ancaman kejahatan dan perlindungan diri kepada anak, membuat para orangtua merasa was‑was dan melakukan inisiatif untuk memberikan pendidikan bela diri untuk anak. Menurut Bambang tindakan tersebut adalah hal yang baik. Dan lanjutnya pula, sebaiknya orangtua dapat memperkenalkan beragarn jenis olahraga bela diri kepada anak.

Banyak sekali manfaat memperkenalkan kegiatan bela diri sejak dini pada anak. Kegiatan bela diri sendiri bukan saja untuk mendapatkan kebugaran tubuh, tapi juga bermanfaat terhadap pembentukan karakter, disiplin dan kepercayaan diri. Dan yang paling penting adalah anak akan memiliki daya antisipasi awal jika ada orang‑orang yang akan berbuat jahat terhadapnya.

Khawatir sombong saat belajar ilmu bela diri?

Semua anak yang dilahirkan ke dunia awalnya tidak memiliki hati yang sombong, akan tetapi lingkungankah yang telah membentuk anak memiliki perilaku sombong. Semua ilmu bela diri memiliki filosofi yang sangat baik dalarn membentuk perilaku manusia.

Bambang sendiri mendaftarkan ketiga putranya untuk belajar wushu di Perguruan Wushu (Kungfu) Rajawali Sakti. Alasannya, berawal dari kecintaan Bambang pada ilmu bela diri tradisional Cina. "Saya dulu juga pernah belajar kungfu. jadi saya kasih motivasi dan pandangan pada anak‑anak. Wushu membuat semua anggota tubuh bergerak. Sehingga, selain anak belajar ilmu bela diri juga baik untuk kesehatan" tutur Bambang.

Disisi lain, walaupun anak telah dibekali ilmu bela diri, masih banyak orangtua yang kuatir akan kejahatan menimpa anak‑anak mereka. Untuk itu Bambang menyarankan agar orangtua membina hubungan sebaik-baiknya dengan sekolah.

Sekadar membagi saran penutup, Bambang mengingatkan kepada orangtua untuk menanamkan kepada anak bahwa hanya Allah lah yang bisa menolong kita. "Jelaskan kepada anak bahwa Allah itu memang Maha Pelindung, artinya Allah akan melindungi segenap mahluk hidup dan alam serta isinya. Namun, manusia tetap harus berikhtiar. Oleh sebab itu, konsep tentang usaha atau ikhtiar tetap harus diajarkan pada anak‑anak kita sejak dini, di samping kita tetap dengan tekun dan terus‑menerus memohon atas Lindungan‑Nya. Insya Allah SWT segala kesulitan dan kejahatan akan terhindar dari kehidupan anak‑anak kita. Aamiin" ujar Bambang.



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Anak Marah, Atasi dengan Cara Ini
Selasa, 01 November 2016 16:27 WIB
Mengenalkan Allah pada Anak dengan Cara Sederhana
Selasa, 11 Oktober 2016 10:50 WIB
Ukhti Mau Mahar Apa?
Senin, 10 Oktober 2016 11:18 WIB