Abatasa - Belajar Bersama

Bela diri, saat ‘Mengendus Kejahatan (bag 1)

pada Kamis, 08 November 2007 13:24 WIB

“Iiih, syeeren. Penculikan anak marak lagi” sahut Bunda Keisha merengut ketakutan.

Umu Zainab segera menyambut, ”Iya. Belum lagi narkoba marak pula mengancam anak SD”.

Bunda Keisha mengangguk. ”Mmmh, apa perlu buat anak jadi pendekar cilik?”

**

 

Maraknya kejahatan pada anak usia dini, baik berupa penculikan, penodongan, bahkan paksaan untuk mencoba narkoba maupun rokok membuat para orang tua semakin resah dalam melepas buah hati beraktivitas. Namun sebagai orang tua, tentu perlu banyak akal untuk menyiasati hal tersebut kan. Lantas, apakah ilmu bela diri efektif melindungi anak dari beragam kejahatan yang mengintai?

Konsultan, pengajar, peneliti dan pemerhati Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Drs. Bambang Sujiono M.Pd menuturkan bahwa anak usia Sekolah Dasar memang sangat rentan terhadap berbagai bentuk kejahatan. Karena itu, sangat layak bila orang tua sejak dini mengajarkan anak cara menjaga diri terhindar dari kejahatan.

”Cara termudah untuk mengajarkan anak yaitu dengan cara memberi pengertian agar mereka jangan pernah percaya kepada orang-orang yang tidak anak kenal. Hal ini penting, karena bentuk-bentuk kejahatan seperti itu sering dilakukan oleh orang yang tidak ada hubungan keluarga atau orang-orang yang tak dikenal. Maka, di luar negeri kemudian terkenal sebuah ungkapan ”Beware of the strangers” ujar Bambang.

Bambang mengingatkan bahwa cara ini dilakukan karena pada dasarnya orang tua perlu mengajarkan sikap waspada terhadap anak. Takseperti cerita fiksi yang dengan mudah menggambarkan orang jahat dengan mereka yang berwajah seram atau sebaliknya. Kenyataan memperlihatkan bahwa tak sedikit pula orang yang berniat jahat berpenampilan menyenangkan, berkelakuan baik, ramah dan pemurah. Penampilan kemudian hanya dijadikan kamuflase belaka. Dua prinsip yang harus anak pegang teguh, yaitu, jangan pernah mau untuk diajak pergi dan jangan pernah menerima pemberian seseorang yang masih asing, tanpa sepengetahuan orang tua. Tentunya, perhatian prima saat di rumah dan di sekolah menjadi keniscayaan.

Saat anak merasa terancam

Perbedaan mendasar antara anak yang belum dan sudah diberi pengarahan oleh orang tua agar waspada terhadap beragam ‘bahaya’ yang mengintai, akan sangat terlihat saat anak keluar rumah. Lusi Indiawati, S.S, seorang guru di SD Mutiara Hati, Bandung merasa lebih mudah mengingatkan murid-muridnya karena mereka sudah diberi pengertian oleh orang tua. “Bukan berarti harus angkuh, tetapi mereka harus waspada pada orang asing. Mereka bilang, ”Iya, nanti bisa diculik ya, Bu?” Lusi menuturkan.