Plus Minus Membina `Rumah Terpisah` (bag. 3)

Selasa, 18 September 2007 11:01 WIB | 4.169 kali
Plus Minus Membina `Rumah Terpisah` (bag. 3) Single Parents


Sadarkah Anda, saat meninggalkan pasangan Anda bersama anak-anak berarti Anda menjadikan pasangan tercinta Anda sebagai orang tua tunggal dalam jangka waktu tertentu? Meski ada pramuwisma atau babysiter yang siap membantu, peluh dan suasana hati pasangan Anda yang mengemban amanah sendiri dengan si buah hati adalah hal yang tidak bisa Anda pantau setiap saat. Anda sulit untuk mengulurkan tangan untuk jemari mungil buah hati setiap saat, atau menjadikan bahu Anda untuk bersandar.

Kemunculan salah satu dari orang tuanya yang sesekali, membuat anak merindukan sosok tersebut. Dalam lima tahun pertama usia anak, ia banyak membutuhkan sosok yang ia jadikan teladan. Ada proses refleksi dan identifikasi. Anak banyak meniru dan memaknai diri melalui sekitarnya. Pada usia remaja kebutuhan anak akan itensitas tersebut berkurang, karena masa itu anak lebih membutuhkan Anda sebagai sahabat.


Kemandirian


Bisa jadi, saat tinggal terpisah seorang suami akan lebih mandiri dengan urusan domestik. Begitupun tugas-tugas rumah yang menuntut kekuatan dan keberanian mampu digarap secara mandiri oleh isteri. Bagaimana dengan kemandirian anak?

Pendidikan kemandirian adalah pendidikan yang memberi anak kebebasan penuh untuk beraktivitas. Pestalozzi menuturkan, “Percayalah akan manfaat pendidikan kemandirian. Jangan lakukan kekerasan, karena itu akan menghasilkan “buah yang berlubang” dalam segala pekerjaanmu”. Namun jangan sekali-kali mengajari anak dengan perkataan ketika mereka mampu mengerjakan sendiri. Kelak orang tua akan melihat bahwa alam dan kemandirian mendidiknya lebih baik daripada manusia.

Prinsip terpenting dalam pendidikan kemandirian menurut Mahmud Mahdi Al-Istanbuli ialah tidak mengabaikan satu segipun dari diri anak, baik segi jasmani, segi akhlak, segi akal maupun segi intuisinya. Pendidikan kemandirian melihat bahwa tujuan dan kewajiban utama orang tua adalah menyiapkan manusia sempurna dalam segala segi,” tegas Mahmud.

Mandiri, tidak berarti melepas anak begitu saja. Nah, mampukah pasangan Anda memikul tugas berat sebagai pemain utama dalam menjadikan buah hati sesuai dengan prinsip tersebut? Sedangkan Anda menjadi pemain dengan peran pendukung, yang muncul sesekali.

Anda boleh berpikir-pikir lagi. Terus tinggal terpisah, mencari solusi lain, atau perlahan berencana untuk mengambil langkah kebersamaan yang seutuhnya? (tamat..)



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Anak Marah, Atasi dengan Cara Ini
Selasa, 01 November 2016 16:27 WIB
Mengenalkan Allah pada Anak dengan Cara Sederhana
Selasa, 11 Oktober 2016 10:50 WIB
Ukhti Mau Mahar Apa?
Senin, 10 Oktober 2016 11:18 WIB