Mesin-Mesin Pembuat Manusia

Rabu, 06 Juni 2012 09:52 WIB | 6.948 kali
Mesin-Mesin Pembuat Manusia Dulu, ketika masih melanjutkan studi di Lancaster Inggris, dan mendalami sebuah bidang yang bernama the social construction of technology, banyak sahabat dan profesor yang meragukan kalau bidang ini memiliki masa depan yang meyakinkan. Entah dari mana datangnya keyakinan saat itu, saya cuek saja dengan keraguan sahabat-sahabat di atas. Sekian tahun setelah semua itu berlalu, ternyata pilihan saya tidak keliru. Di tahun-tahun terakhir, saya berhadapan dengan antrean panjang undangan menjadi nara sumber di bidang teknologi informasi (TI). Bukan karena saya seorang pakar TI, tetapi karena segi sosial dari teknologi menarik minat banyak sekali orang.

Ini juga terjadi ketika Microsoft Indonesia meluncurkan produk baru mereka dengan nama Microsoft XP awal Juni 2001. Di depan ratusan pimpinan puncak perusahaan serta manusia-manusia TI, saya harus bertutur tentang pergeseran-pergeseranperan TI dalam komunitas manusia. Sebagaimana pernah saya tulis sebelumnya,terjadi pergeseran yang amat meyakinkan, dari fungsi TI yang paling tradisional dalam bentuk supporting function kemudian menuju automating, informating, reformatting dan kemudian enlightening.

Bagi saya fungsi-fungsi supporting, automating, informating, secara meyakinkan sedang berlalu dan siap-siap untuk lenyap dari peredaran. Dan tanpa kesadaran yang meyakinkan, umat manusia sedang diformat ulang (reformatting) oleh TI. Lihat cara kita bekerja, cara kita hidup, cara anak-anak kita berpacaran, semua dirubah secara meyakinkan oleh TI.

Saya mengelola sebuah perusahaan dengan dua ribu orang karyawan di Jawa Tengah dan sebuah perusahaan konsultan di Jakarta, serta melaksanakan tugas sebagai pembicara publik di banyak kota, plus hobi harus menulis tujuh tulisan dalam sebulan. Semua itu tidak hanya berjalan relatif tanpa hambatan, tetapi bergerak dari satu kemajuan menuju kemajuan yang lain.

Di satu kesempatan harus menunaikan tugas sebagai anak yang harus menengokorang tua di kampung yang tidak dijangkau telepon di Bali Utara sana, toh semuapekerjaan dan kegiatan di atas bisa berjalan. Tidak ada dunia kiamat kalau kantor ditinggalkan seminggu lebih. Bahkan kerap tidak ada bawahan yang tahu kalau saya berada di kampung sana.

Ini baru cara kerja. Cara hidup saya berubah total oleh TI. Menelepon isteri di rumah – terutama karena hampir setiap minggu terbang meninggalkan Jakarta – hampir dilakukan setiap hari. Puteri saya kerap mengirim pesan-pesan SMS yang menyejukkan. Putera saya yang kedua kadang mengirim ‘bunga’ lewat e-mail.Sebelum pulang melakukan synchronize terhadap personal digital assistant,kemudian mengerjakan semua sisa e-mail di tengah kemacetan Jakarta. Sehinggasampai di rumah, kepala sudah kosong dengan pekerjaan, kemudian hanyamemikirkan anak-anak dan anak mertua.

Cara anak-anak kita berpacaran diformat lain lagi oleh teknologi. Dulu, ketika sayaberpacaran dengan seorang wanita yang sekarang sudah menjadi Ibunya anak-anak,setiap Sabtu malam harus datang bertamu, bercakap-cakap seperlunya dengan calon mertua, dan seterusnya. Sekarang, tidak sedikit anak-anak remaja yang berpacaran dengan cara chatting. Tidak keluar

rumah, hanya duduk di depan komputer, namun jangan pikir tidak ada resiko. Kata-kata yang digunakan, tidak sedikit kata-kata kotor yang tidak pernah digunakan orang tua mereka dulu.

Dalam totalitas, TI sudah menjadi serangkaian mesin yang sedang membuat kita. Tanpa kesiapan yang memadai, merekalah yang akan menguasai kita. Bukan tidak mungkin, kalau suatu saat TI akan menjadi pemerintah komunitas manusia. Dan celakalah kita dibuat oleh teknologi yang kita buat ini.

Oleh karena kekhawatiran inilah, kemudian saya mengajak banyak sahabat-sahabat TI untuk masuk ke enlightening function of IT. Di mana, TI tidak saja perlu kita‘nikahi’, tetapi juga digunakan sebagai sumber-sumber yang bisa mencerahkan hidup dan kehidupan. Sebut saja situs-situs internet yang mengajarkan Yoga,meditasi, atau pengetahuan-pengetahuan agama. Dan lebih dari sekadar menghadirkan pengetahuan-pengetahuan yang mencerahkan, kemanjaan-kemanjaan yang dihadirkan TI (sebagai contoh Microsoft XP yang baru diluncurkan),bisa memberi kita banyak waktu untuk beryoga, meditasi, pergi ke Mesjid, Gereja atau memberi kita lebih banyak waktu untuk melakukan refleksi.

Saya bisa melakukan meditasi setidak-tidaknya dua kali sehari, menemui anak dan isteri setiap hari dari tempat yang amat jauh sekalipun, dan bisa mengerjakan pekerjaan apapun tanpa batas ruang dan waktu yang terlalu mengganggu. Dan semua itu bisa dilakukan, karena ada dukungan-dukungan TI. Maka dari itulah, sejalan dengan Compaq yang menempatkan TI sebagai inspiration technology, saya menempatkannya sebagai enlightening technology. Sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan-tujuan hidup yang mencerahkan. Dengan semakin banyak waktuuntuk keluarga, membaca, bermeditasi, beryoga – dan ini sangat dimungkinkan oleh kehadiran TI, bukankah hidup dan kehidupan kemudian membawa kemungkinan pencerahan yang lebih tinggi?. Dan yang lebih penting lagi, dengan cara itu, kita bisa mengurangi kemungkinan dibuat ulang oleh mesin-mesin yang bernama teknologi.


*Penulis: Gede Prama, Penerbit: PT Elex Media Komputindo


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Doa yang Paling Sering Diucapkan Rasulullah
Kamis, 24 November 2016 10:25 WIB
Jika Anda Begini, Istri Anda Bakal Demen
Kamis, 13 Oktober 2016 10:52 WIB
Tinggi Ilmu Namun Rendah Hati
Rabu, 28 September 2016 10:29 WIB
Empat Amalan Surga Dalam Satu Hari
Selasa, 20 September 2016 14:21 WIB