Pada suatu hari kerja yang melelahkan dan
membosankan, bersama seorang rekan kerja yang juga lagi jenuh, tiba-tiba
seorang penyiar wanita radio Delta FM Jakarta membacakan salah satu tulisan
saya yang berjudul `Tuhan Tidak Pernah Benar`. Tulisan ini bertutur tentang kehidupan saya yang miskin dari rasa syukur. Sehingga,
meletakkan Tuhan dalam posisi salah selalu. Sebagaimana sudah sering saya
ungkapkan, tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Semua kejadian yang lewat
di depar mata setiap harinya, membawa pesan-pesan Tuhan. Bingkai berpikir
seperti ini juga yang saya gunakan ketika Tuhan `mengingatkan`saya melalui suara penyiar Delta FM.
Dalam frekuensi yang sangat sering, ada banyak
orang yang bertanya, kenapa mengubah diri demikian sulit dan lama. Hari ini mendengarkan seminar saya, dua minggu
kemudian sudah lupa. Minggu ini membaca buku-buku kebijakan, bulan berikutnya
kembali lagi ke perilaku asal. Bulan ini dicuci otak melalui pelatihan yang
mencerahkan, tidak lama kemudian muncul kembali kebiasaan lama yang menjengkelkan.
Detik ini juga sangat terang dalam pikiran, kalau kebaikan bisa menghasilkan
keajaiban-keajaiban, tidak lama setelah itu, ada saja godaan yang membuat kita
lupa.
Anda yang
mengalami pengalaman seperti ini, sebenarnya tidak perlu berkecil hati. Sebab,
ini terjadi di hampir setiap orang-termasuk diri saya sendiri. Bila boleh
diandaikan jiwa dan badan ini dengan bangunan, setiap orang dewasa telah
memiliki bangunan badan dan jiwa yang tinggi dan kokoh. Untuk menggantinya
dengan bangunan baru, kita perlu merobohkan bangunan lama terlebih dulu, baru
kemudian bisa membangun bangunan baru. Sebagaimana bangunan yang sebenarnya,
tidak hanya membangun bangunan baru yang menuntut kehati-hatian. Merobohkan
bangunan lama pun memerlukan kehati-hatian dan kesabaran. Keduanya sama-sama
menuntut kesabaran waktu yang lama.
Betapa
lama pun waktunya, betapa besar pun pengorbanannya, kita wajib merobohkan
bangunan lama dan menggantinya dengan bangunan baru. Dalam bentuknya
yang esensial, misi hidup semua orang adalah membuat bangunan baru di atas
fondamen-fondamen badan dan Jiwa yang lama. Saya menilai
kinerja hidup saya, dalam bentuk seberapa banyak bangunan lama itu runtuh, dan
seberapa banyak bangunan baru yang terbangun di atas tanah (baca: badan) yang
sama.
Sulit,
tidak mudah, dan kadang menderita memang. Namun, ada hal-hal yang membuat
kegiatan ini menjadi agak lebih mudah. Kegiatan terakhir bernama rasa hormat kita pada diri
sendiri dan orang lain. Mari kita mulai dengan rasa hormat yang pertama.
Dalam
kesusahan dan kesulitan memperbaiki sang hidup. bagaimana pun tubuh dan jiwa
ini adalah kekayaan paling berguna yang diberikan Tuhan kepada kita. Lihat
semua bentuk luarnya, bukankah bentuk seperti ini hanya milik kita sendiri?
Rasakan juga isi di dalamnya, ini juga hanya spesifik milik kita saja.
Ukuran-ukuran kesempurnaan memang mungkin bisa menarik kita ke tempat yang lebih tinggi. Namun, ukuran-ukuran perbaikan yang terjadi setiap hari dalam diri, adalah rajutan kain yang mempercantik diri.Ini tidak kalah daya tariknya dengan
ukuran-ukuran kesempurnaan yang diimpikan banyak orang.
Wajah saya memang tidak ada apa-apanya dibandingkan wajah Brad Pitt yang superganteng, Tinggi badan saya juga jauh lebih pendek. Apa lagi rambut saya sudah mengenal kamus
kerontokan. Rezeki saya memang sangat dan sangat jauh di bawah rezeki Bill Gates yang kesohor itu. Demikian juga perusahaan yang saya pimpin.
Dibandingkan dengan Microsoft, ia tidak bisa dibandingkan. Kualitas hidup dan
kepemimpinan saya mirip dengan bumi langit, jika dibandingkan hidup dan
kepemimpinan Mahatma Gandhi misalnya.
Namun, dengan seluruh kekurangan ini, saya mensyukuri sekali seluruh perbaikan
yang telah terjadi. Dulu, kerap diterka berumur sekurang-kurangnya sepuluh
tahun lebih tua dibandingkan dengan umur asli. Sekarang, orang yang menerka demikian sudah jauh berkurang. Bahkan, sudah ada yang
menerka lebih muda dari umur sebenarnya. Bukankah ini patut disyukuri?
Serupa dengan rasa hormat kepada diri sendiri yang menghasilkan wajah fisik dan
wajah kehidupan yang lebih muda, rasa hormat kepada orang lain juga tidak kalah ajaibnya. Dalam kadar yang tepat, ia bahkan
bisa berfungsi sebagai mantera yang menaklukkan banyak orang. Lebih hebat
lagi, orang yang kita taklukkan merasa dirinya dimenangkan. Sehingga, ini bisa
menjadi fundamen kemajuan yang sangat sustainable. Kalau boleh jujur, kebanyakan hal yang saya raih dalam
kehidupan, berasal dari `mantera` jenis terakhir.
Dalam totalitas, rasa hormat kepada diri sendiri dan orang lain-keduanya dalam kadar yang tepat-bisa mengubah hidup banyak
orang seperti bait lagu anak-anak `disini senang,
di sana senang, di mana-mana hatiku senang. Bagaimana tidak disambut kesenangan di mana-mana Menoleh ke diri
sendiri, bertemu wajah tersenyum penuh rasa syukur, tambah awet muda, dan menarik simpati banyak orang.
Menengok ke orang lain, mereka pun tersenyum penuh dengan rasa hormat. Sebagian bahkan tersenyum sambil meletakkan rezeki ke
tangan kita yang tengadah. Mohon
ditunjukkan kepada saya, adakah orang yang tidak suka dengan bait lagu anak-anak itu?
*Penulis: Gede Prama, Penerbit: PT Elex Media
Komputindo