Sejumlah rekan yang sempat mampir di rumah, sempati menyebutkan kalau
rumah kami tenang dan alami.
Beberapa wartawan bahkan berkomentar,
kalau rumah kami terlalu sederhana untuk ukuran saya. Berkaitan dengan rumah, saya memang tidak terlalu terpengaruh oleh komentar orang lain. Apa pun sebutan orang,
saya dan puteri saya menyebut rumah kami
sebagai
a
mother of inspiration.
Lokasinya di pinggir kali yang
airnya senantiasa mengalir, pintu dan
jendela kebanyakan sengaja dibuka, tanah yang hanya kurang dari sepertiganya digunakan untuk bangunan pohon-pohon besar dan kecil, ruang baca dan home office di belakang, semuanya ditata dalam bingkai
mother of inspiration.
Tidak sedikit orang yang bertanya
tentang filosofi di balik semua ini. Dan dalam satu
kata, semua ini dilakukan untuk satu hal: ketenangan. Ini
semua dilakukan tentu bukannya tanpa alasan. Ada fundamen
filosofis yang tersembunyi dibelakangnya. Coba perhatikan
secara lebih saksama. Adakah perbedaan antara mata, telinga, emosi dan
pikiran yang tenang dengan yang tidak tenang? Pengalaman saya bertutur,
perbedaannya sangat dan sangat jauh sekali. Mata, telinga, emosi dan pikiran sebagai sebagian reourcesh kita, bekerja secara sangat berbeda,
antara ada dan tidak ada ketenangan.
Ketika
ketenangan mengunjungi kita, semuanya terlihat lebih terang—tanpa perlu
menyilaukan. Mata yang ditemani oleh ketenangan, bisa melihat jauh melebihi
batas-batas yang pernah didefinisikan dokter mata. Bahkan karakter sekalipun,
bisa dilihat oleh mata seperti ini. Telinga yang berpelukan dengan ketenangan lain lagi. Setiap bentuk perbedaan suara, ditangkap sebagai
sinyal-sinyal tanda dan makna. Bahkan, pada tahapan tertentu, telinga yang
tenang bisa mendengar suara yang telah lama diterjang sang waktu. Emosi yang
dinaungi ketenangan juga demikian. Dia berfungsi jauh lebih dahsyat dari
sekadar menjadi mesin pendorong kemarahan. Dengan diam saja, emosi demikian
bisa mengubah banyak orang. Pikiran mungkin yang paling hebat
efeknya kalau berpelukan mesra dengan ketenangan. Ia bisa menembus semuanya.
Mungkin ada
yang berpikiran, semua ini hanya teori. Atau sekadar rangkaian kata-kata yang dirajut oleh seniman tanggung dan
gadungan seperti saya. Dan pengalaman saya bertutur lain. Dalam kejadian menghadapi pekerja yang marah dan mau mogok,
ketenangan sepertinya menyelesaikan semuanya—sekali lagi semuanya. Di depan
ratusan orang yang berilmu tinggi dan berpengalaman banyak, ketenangan telah
membungkus banyak kekurangan menjadi decak kagum orang lain. Terjangan badai dan gelombang politik perkantoran yang paling dahsyat
sekalipun, seperti tidak berdaya di depan ketenangan.
Tidak hanya di rumah jiwa ketenangan menjadi demikian bermanfaat. Di rumah
fisik pun, ketenangan menghadirkan wibawa dan karisma tersendiri.
Dirangkum menjadi satu, jadilah
ketenangan sejenis energi yang bisa mengubah banyak sekali
hal. Dari yang sifatnya fisik sampai yang bersifat kejiwaan. Dan oleh
karena itu, tidak bisa dihindari kalau banyak orang bertanya tentang bagaimana sebaiknya ketenangan
itu dihidupkan dan dibangkitkan.
Ketenangan memang bukan
sesuatu yang cukup dihapal dan diingat saja. Ia memerlukan latihan, disiplin dan mungkin
saja pengorbanan. Dalam bingkai berpikir seperti ini, pengalaman
berikut ini mungkin hanya bermanfaat sebagai pembanding saja—tidak lebih dan
tidak kurang. Terutama karena setiap orang memiliki
rumah (fisik maupun jiwa) yang unik dan berbeda.
Pertama, karena sebagian besar waktu dan kehidupan berputar
di rumah, sangat dan sangat penting sekali menciptakan
situasi (fisik maupun kejiwaan) yang bisa membuat rumah
jadi a heaven
of inspiration.
Tidak perlu menunggu sampai punya
rumah mewah. Rumah yang sekarang pun bisa ditata sebagai surganya inspirasi. Bukan fisik dan harga ukuran dan barometernya,
namun kuantitas dan kualitas rasa syukur. Sebagai bahan
perbandingan, secara fisik perlu sekali hadir tanaman hidup yang penuh dengan
limpahan kasih sayang penghuninya. Demikian juga dengan lingkungan kejiwaan penghuninya. Penting sekali
memenuhi rumah dengan
environment of loving.
Kedua, rumah memiliki waktu tenang yang berbeda. Di rumah
saya, pagi hari ketika matahari masih mengintip malu-malu, merupakan waktu di mana ketenangan hadir sebanyak udara segar pagi
hari. Anda boleh mengisinya dengan solat subuh bagi yang muslim, dan saya
mengisinya dengan loving
meditation. Sejenis meditasi, di mana semuanya dilakukan hanya
untuk mencintai—dari orang, alam
sampai dengan Tuhan.
Ketiga, jika waktu tenang tadi sudah ketemu, serta diisi
dengan kegiatan-kegiatan yang Anda yakini, banyak sekali gunanya
kalau mengulangi keadaan jiwa yang sama di saat- saat dibutuhkan—entah di
kantor, di jalan raya. Semakin tinggi frekuensi latihan kedua dilakukan,
semakin mudah picturing model ketiga ini diperoleh.
Di tingkatan yang lebih tinggi, akan
banyak sekali manfaatnya, kalau kegiatan kedua
di atas dilakukan di sembarang waktu. Entah di
kantor, bandara, jalan raya, rumah, dan di mana saja asal ada
keinginan dan keikhlasan untuk melakukannya. Akan tetapi, jangan lupa ini semua
hanya pembanding bagi Anda, bukannya rangkaian hal yang mesti dilakukan secara
persis sama. Sebab, Anda adalah Anda, dan saya adalah saya. Dan dalam satu hal
kita sama: tenang membuat semuanya jadi terang.
Penulis:
Gede Prama, Penerbit: PT Elex Media Komputindo