Tenang Membuat Semuanya Terang

Senin, 21 November 2011 00:00 WIB | 14.779 kali
Tenang Membuat Semuanya Terang Sejumlah rekan yang sempat mampir di rumah, sempati menyebutkan kalau rumah kami tenang dan alami. Beberapa wartawan bahkan berkomentar, kalau rumah kami terlalu sederhana untuk ukuran saya. Berkaitan dengan rumah, saya memang tidak terlalu terpengaruh oleh komentar orang lain. Apa pun sebutan orang, saya dan puteri saya menyebut rumah kami sebagai a mother of inspiration.

Lokasinya di pinggir kali yang airnya senantiasa mengalir, pintu dan jendela kebanyakan sengaja dibuka, tanah yang hanya kurang dari sepertiganya digunakan untuk bangunan pohon-pohon besar dan kecil, ruang baca dan home office di belakang, semuanya ditata dalam bingkai mother of inspiration.

Tidak sedikit orang yang bertanya tentang filosofi di balik semua ini. Dan dalam satu kata, semua ini dilakukan untuk satu hal: ketenangan. Ini semua dilakukan tentu bukannya tanpa alasan. Ada fundamen filosofis yang tersembunyi dibelakangnya. Coba perhatikan secara lebih saksama. Adakah perbedaan antara mata, telinga, emosi dan pikiran yang tenang dengan yang tidak tenang? Pengalaman saya bertutur, perbedaannya sangat dan sangat jauh sekali. Mata, telinga, emosi dan pikiran sebagai sebagian reourcesh kita, bekerja secara sangat berbeda, antara ada dan tidak ada ketenangan.

Ketika ketenangan mengunjungi kita, semuanya terlihat lebih terang—tanpa perlu menyilaukan. Mata yang ditemani oleh ketenangan, bisa melihat jauh melebihi batas-batas yang pernah didefinisikan dokter mata. Bahkan karakter sekalipun, bisa dilihat oleh mata seperti ini. Telinga yang berpelukan dengan ketenangan lain lagi. Setiap bentuk perbedaan suara, ditangkap sebagai sinyal-sinyal tanda dan makna. Bahkan, pada tahapan tertentu, telinga yang tenang bisa mendengar suara yang telah lama diterjang sang waktu. Emosi yang dinaungi ketenangan juga demikian. Dia berfungsi jauh lebih dahsyat dari sekadar menjadi mesin pendorong kemarahan. Dengan diam saja, emosi demikian bisa mengubah banyak orang. Pikiran mungkin yang paling hebat efeknya kalau berpelukan mesra dengan ketenangan. Ia bisa menembus semuanya.

Mungkin ada yang berpikiran, semua ini hanya teori. Atau sekadar rangkaian kata-kata yang dirajut oleh seniman tanggung dan gadungan seperti saya. Dan pengalaman saya bertutur lain. Dalam kejadian menghadapi pekerja yang marah dan mau mogok, ketenangan sepertinya menyele­saikan semuanya—sekali lagi semuanya. Di depan ratusan orang yang berilmu tinggi dan berpengalaman banyak, kete­nangan telah membungkus banyak kekurangan menjadi decak kagum orang lain. Terjangan badai dan gelombang politik perkantoran yang paling dahsyat sekalipun, seperti tidak berdaya di depan ketenangan. Tidak hanya di rumah jiwa ketenangan menjadi demikian bermanfaat. Di rumah fisik pun, ketenangan menghadirkan wibawa dan karisma tersendiri.

Dirangkum menjadi satu, jadilah ketenangan sejenis energi yang bisa mengubah banyak sekali hal. Dari yang sifatnya fisik sampai yang bersifat kejiwaan. Dan oleh karena itu, tidak bisa dihindari kalau banyak orang bertanya tentang  bagaimana sebaiknya ketenangan itu dihidupkan dan dibangkitkan.

Ketenangan memang bukan sesuatu yang cukup dihapal dan diingat saja. Ia memerlukan latihan, disiplin dan mungkin saja pengorbanan. Dalam bingkai berpikir seperti ini, pengalaman berikut ini mungkin hanya bermanfaat sebagai pembanding saja—tidak lebih dan tidak kurang. Terutama karena setiap orang memiliki rumah (fisik maupun jiwa) yang unik dan berbeda.

Pertama, karena sebagian besar waktu dan kehidupan berputar di rumah, sangat dan sangat penting sekali menciptakan situasi (fisik maupun kejiwaan) yang bisa membuat rumah jadi a heaven of inspiration. Tidak perlu menunggu sampai punya rumah mewah. Rumah yang sekarang pun bisa ditata sebagai surganya inspirasi. Bukan fisik dan harga ukuran dan barometernya, namun kuantitas dan kualitas rasa syukur. Sebagai bahan perbandingan, secara fisik perlu sekali hadir tanaman hidup yang penuh dengan limpahan kasih sayang penghuninya. Demikian juga dengan lingkung­an kejiwaan penghuninya. Penting sekali memenuhi rumah dengan environment of loving.

Kedua, rumah memiliki waktu tenang yang berbeda. Di rumah saya, pagi hari ketika matahari masih mengintip malu-malu, merupakan waktu di mana ketenangan hadir sebanyak udara segar pagi hari. Anda boleh mengisinya dengan solat subuh bagi yang muslim, dan saya mengisinya dengan loving meditation. Sejenis meditasi, di mana semua­nya dilakukan hanya untuk mencintai—dari orang, alam sampai dengan Tuhan. Ketiga, jika waktu tenang tadi sudah ketemu, serta diisi dengan kegiatan-kegiatan yang Anda yakini, banyak sekali gunanya kalau mengulangi keadaan jiwa yang sama di saat- saat dibutuhkan—entah di kantor, di jalan raya. Semakin tinggi frekuensi latihan kedua dilakukan, semakin mudah picturing model ketiga ini diperoleh.

Di tingkatan yang lebih tinggi, akan banyak sekali manfaatnya, kalau kegiatan kedua di atas dilakukan di sembarang waktu. Entah di kantor, bandara, jalan raya, rumah, dan di mana saja asal ada keinginan dan keikhlasan untuk melakukannya. Akan tetapi, jangan lupa ini semua hanya pembanding bagi Anda, bukannya rangkaian hal yang mesti dilakukan secara persis sama. Sebab, Anda adalah Anda, dan saya adalah saya. Dan dalam satu hal kita sama: tenang membuat semuanya jadi terang.

Penulis: Gede Prama, Penerbit: PT Elex Media Komputindo

 



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Doa yang Paling Sering Diucapkan Rasulullah
Kamis, 24 November 2016 10:25 WIB
Jika Anda Begini, Istri Anda Bakal Demen
Kamis, 13 Oktober 2016 10:52 WIB
Tinggi Ilmu Namun Rendah Hati
Rabu, 28 September 2016 10:29 WIB
Empat Amalan Surga Dalam Satu Hari
Selasa, 20 September 2016 14:21 WIB