Ada sebuah keluhan yang hampir selalu muncul di setiap
pembicaran tentang stres. Tanpa mengenal kondisi dan situ- asi, ada banyak
orang yang mengeluhkan peran orang lain. Dari tuduhan orang lain itu tidak mau mengerti, cenderung menipu, jahat, tidak mau
membantu, bikin kesal, sampai dengan tuduhan orang lain sebagai biang stres. Ada bahkan yang menyebutkan bahwa
dirinya jarang sekali bertemu orang baik.
Izinkan saya membagi eksperimen saya dalam kehidupan.
Hampir setiap minggu saya terbang. Sekretaris saya hapal betul, kalau sebelum
melakukan confirm terhadap tiket, ia harus menemukan tempat duduk agak di
depan dan di lorong. Sering sekali setiap check in di bandara,
saya menginformasikan bahwa sekretaris saya sudah book tempat duduk di depan dan lorong. Dan sering kali juga tidak keba- gian tempat yang saya inginkan. Tidak
jarang hati ini dibuat kesal. Sempat mengira kekeliruan ada di sekretaris.
Namun, akhir-akhir ini saya melakukan perubahan pendekatan saat melakukan check in. Tidak lagi menyebutkan bahwa sekretaris sudah book tempat duduk, namun dengan ekspresi penuh senyuman saya
berkata begini: ’Saya akan senang sekali
kalau dapat tempat duduk di depan dan di lorong’. Sebagai
hasilnya, belum pernah sekalipun saya dikecewakan.
Apa yang mau diilustrasikan cerita ini sebenarnya seder- hana, kalau kita mau mengubah pendekatan kita kepada orang lain, banyak orang dengan sangat suka rela membagi kebaikan
dengan kita. Modalnya pun tidak terlalu mahal: senyum, keyakinan bahwa orang lain baik, dan memperlakukan mereka sebagaimana kita ingin
diperlakukan orang. Saya juga memetik banyak sekali manfaat dari cara ini. |
Bahkan orang yang tadinya sangat tidak bersahabat pun bisa berubah menjadi baik
dengan pendekatan ini.
Ada harga yang harus dibayar tentunya. Gengsi dan harga diri
hanya sebagian saja dari kekuatan yang mesti dikelola dalam hal ini. Belum lagi
emosi, marah dan sejenisnya.
Seorang guru meditasi pernah bertutur sebuah cara yang berhasil menurunkan
gengsi saya secara sangat drastis. Di tempat Anda duduk sekarang ini, cobalah
tutup mata seben- j tar.
Ajaklah sang pikiran melompat ke belakang seratus I tahun, enam ratus dan
bahkan dua ribu tahun. Kemudian, lompatkan lagi pikiran ke seribu tahun ke
depan. Gambar- kan secara jelas, kehidupan di tempat ini pada tahun-tahun tadi.
Dalam perjalanan waktu tadi, kemudian lihat diri Anda yang sedang duduk.
Bukankah diri ini tidak lebih dari se-i butir pasir di tengah samudera? Setetes
air di lautan yang sangat luas? Pertanyaannya kemudian, layakkah membesar-
besarkan diri dengan gengsi dan harga diri di tengah-tengah kekerdilan macam
ini?
Lama, sempat saya dibuat merenung oleh latihan
kecil ini. Sempat juga tidak percaya. Namun, dalam pemahaman yang lebih dalam,
dia banyak menyelamatkan diri ini dari perang- kap gengsi dan harga diri. Dulu,
ada perasaan kurang enak kalau naik pesawat kelas ekonomi. Sekarang, ia bukan
lagi menjadi halangan berarti. Dulu, ada kebutuhan agar dika- gumi orang lain setelah menulis. Sekarang, dia tidak lagi menjadi
syarat dan motivasi menulis. Dulu, ada perasaan tersinggung kalau ada
pertanyaan orang dalam seminar
yang memojokkan. Sekarang, dia malah
menjadi sahabat kedewasaan dan kesabaran.
Setelah gengsi dan harga diri, sarana berikutnya agar
menemukan sebanyak mungkin kebaikan adalah senyum. Inilah sarana murah namun
sangat meriah hasilnya. Baik mencakup materi maupun nonmateri. Pariwisata Bali,
Singapore Airline hanyalah sebagian kecil contoh, bagaimana senyum
bisa menghasilkan sejumlah kedahsyatan. Di tingkatan individu, senyum tidak
saja mengubah wajah seseorang menjadi lebih menarik, tetapi juga menciptakan
magnet yang bisa menarik kebaikan orang lain.
Saya punya seorang rekan yang memiliki mimik muka selalu
senyum. Lebih-lebih ditambah dengan lesung pipit kecil di pipinya. Didorong
oleh keingintahuan akan dampak senyum, saya bertanya tentang jumlah sahabat
yang dia miliki. Ternyata dia memiliki sahabat di mana-mana. Dalam banyak kejadian,
dia bahkan dibantu banyak orang secara sangat suka rela.
Di Amerika ada seorang tua yang berhasil mengubah tidak
sedikit anak sangat nakal menjadi manusia biasa dan sebagian lagi menjadi anak
baik. Tidak sedikit anak-anak pembunuh yang berhasil diubahnya. Ketika ditanya
rahasia- nya, dia mengatakan tidak punya rahasia. Kalaupun ada rahasia, rahasia
tadi ditulis besar-besar di gerbang depan rumahnya yang bertuliskan: there is no such thing as bad
kids. Tidak ada anak yang pada dasarnya nakal.
Nah, inilah sarana terakhir-setelah
menundukkan gengsi dan menebar senyum-dalam usaha menemukan kebaikan di
mana-mana: meyakini bahwa orang lain itu baik. Kalau pembunuh
saja bisa diubah dengan cara ini, apa lagi orang biasa.
Saya masih teringat betul
komentar rekan-rekan ketik saya dan isteri menikah di umur muda. Tidak sedikit
yar.i meramalkan kami akan cerai tiga bulan kemudian-terutama karena saya
memiliki banyak kekurangan. Sekarang setelah puteri kami yang tertua sebentar
lagi berumur tujui belas tahun, tidak jarang isteri saya menelepon dari tempat
yang sangat jauh hanya untuk berucap singkat: dad
I low you! Kalau Anda tanya rahasianya, tentu saja semuanyi sudah saya ungkapkan
dalam tulisan pendek ini.
Penulis: Gede Prama, Penerbit: PT Elex Media Komputindo