Percaya Cinta, Percaya Keajaiban

Senin, 03 Oktober 2011 12:56 WIB | 12.574 kali
Percaya Cinta, Percaya Keajaiban Seorang anggota keluarga dekat sempat bertanya kehe­ranan, kenapa orang yang setegar saya bisa menangis ketika ayah meninggal. Yang membuatnya tambah heran, karena saya adalah satu-satunya orang yang menangis menjelang penguburan. Anda pun boleh heran dengan saya. Ini memang bukan cerita sinetron yang mau mengundang rasa kasihan Anda. Melainkan, pengungkapan perasaan duka kehilangan seseorang yang lama menjadi sumber cinta saya. Berbeda dengan saya yang mengenyam pendidikan relatif tinggi, ayah hanya tamatan kelas tiga SD zaman Belanda. Untuk itu, bisa dimaklumi kalau ia tidak menggu­nakan bahasa verbal sebagai sarana pengungkapan cinta. Saya hampir setiap hari bernyanyi lagu every day I love you bersama anak-anak. Sedangkan ayah, ia tidak pernah meng­ucapkan satu pun kata cinta. Tidak juga pernah bernyanyi cinta khusus buat saya. Bahasa verbalnya lebih banyak diam. Apa lagi sekarang, ia diam selamanya!

Yang membuat saya menangis bukan bahasa verbalnya, melainkan bahasa hidupnya. Sebelum meninggal, ia me­ngumpulkan uang untuk seluruh biaya upacaranya. Seolah- olah tidak mengizinkan celah sedikit pun pada anaknya untuk ’membayar’ utang-utang kami. Atau seperti mengha­yati betul apa yang pernah ditulis Emma Goldman yang menulis: ’’Bila cinta mengharapkan bayaran, itu bukan cinta, melainkan sebuah transaksi". Ketika saya masih teramat kecil, di halaman rumah ia sering mengajak berjalan-jalan sambil menambahkan gelar ’sarjana hukum’ di belakang nama saya. Sepertinya sedang mencita-citakan anaknya untuk sekolah setinggi-tingginya. Dan menunjukkan pema­haman yang dalam, hanya dengan pendidikan kehidupan bisa ditransformasikan. Digabung menjadi satu, he has been the best father to me.

Lebih dari semua ini, cinta ayah juga sering menghadirkan keajaiban-keajaiban. Dengan penuh rasa syukur kepada Tuhan, dari zaman teramat miskin dulu sampai dengan sekarang, kami sekeluarga tidak pernah kelaparan, atau kekurangan uang yang membuat kami dililit utang.

Ketika merantau di Inggris, dengan beasiswa untuk se­orang dan dimakan untuk empat orang. Ada saja keajaiban yang membuat hidup jadi panjang. Demikian juga ketika ’nekat’ jadi pimpinan puncak perusahaan tanpa pengalaman memimpin yang memadai. Sudah lama banyak anak buah meramalkan, kalau di RUPS nasib saya akan tamat. Akan tetapi, dengan alasan-alasan yang tidak sepenuhnya bisa dimengerti, sampai sekarang pun saya masih duduk di kursi karier yang cukup tinggi. Demikian juga dengan pekerjaan sebagai pembicara publik. Hinaan, cercaan, ejekan memang pernah datang. Tetapi, entah dari mana datangnya ke­ajaiban, semua itu tidak pernah bisa mengerem kecepatan karier saya sebagai pembicara publik.

Dengan seluruh cerita ini, percaya ataupun tidak, saya meyakini sekali kalau cinta bisa menghadirkan keajaiban- keajaiban. Berikut adalah sebagian kecil contoh keajaiban- keajaiban yang bisa dihadirkan cinta.

Keajaiban pertama, cinta membuat orang jadi awet muda dan berumur panjang. Sebagaimana pernah dikutip majalah Reader Digest, salah satu ciri orang yang awet muda dan berumur panjang adalah memiliki setidak-tidaknya sese­orang untuk dicintai. Sebenarnya penemuan ini sangat logis. Sebab, dengan memiliki orang yang kita cintai, meniti karier dan napas kehidupan lainnya bisa dilakukan tanpa rasa capek yang mengganggu. Capek saya sering kali hilang, kalau membayangkan anak-anak lulus dari sekolah ternama di luar negeri. Atau membayangkan isteri menikmati sekali hidup bersama saya. Atau mengetahui bahwa ibu men­syukuri sekali pernah melahirkan anak seperti saya.

Keajaiban cinta yang kedua, bila Anda selalu mencari sesuatu yang baik dalam diri orang lain, Anda akan mene­mukan sisi terbaik dari diri Anda sendiri. Ini saya alami sendiri. Sebagai manusia biasa, saya juga pernah memenuhi hidup dengan pandangan-pandangan negatif tentang orang lain. Atau sedikit-sedikit menghakimi orang lain. Energi negatif tadi, mungkin tidak memakan orang yang saya benci. Tetapi saya rasakan sendiri, ia memakan badan saya sendiri. Namun, semua ini berubah secara radikal, sejalan dengan kemajuan untuk belajar melihat sisi positif orang lain. Entah dari mana datangnya keajaiban, kekaguman orang lain, rasa hormat orang lain, rasa percaya orang akan apa yang saya tulis dan bicarakan di depan umum, datang mengalir secara sangat mudah.

Keajaiban yang ketiga, cinta sering membuat yang tidak mungkin jadi mungkin. Sebagaimana pernah dituturkan se­orang Ibu dalam buku Chicken soup for the couple’s soul, tubuh ibu yang lemah tadi bisa menyelamatkan suaminya dari serangan beruang besar dan ganas. Tadinya ia takut melawan beruang tadi. Akan tetapi, karena suaminya adalah satu-satunya kekayaan yang paling berguna, maka dia lawan dengan penuh kemampuan. Entah dari mana datangnya keajaiban, beruang besar tadi lari ketakutan melihat per­lawanan wanita lemah tadi.

Anda bebas memilih, antara percaya atau tidak percaya. Yang jelas, pengalaman saya bersama ayah tercinta menun­jukkan, cinta menaburkan keajaiban di mana-mana. Teriring cinta buat ayah tercinta, Kahlil Gibran pernah menulis: ’’Kenangan adalah anugerah Tuhan yang tidak dapat dihan­curkan oleh maut".

Penulis: Gede Prama, Penerbit: PT Elex Media Komputindo



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Doa yang Paling Sering Diucapkan Rasulullah
Kamis, 24 November 2016 10:25 WIB
Jika Anda Begini, Istri Anda Bakal Demen
Kamis, 13 Oktober 2016 10:52 WIB
Tinggi Ilmu Namun Rendah Hati
Rabu, 28 September 2016 10:29 WIB
Empat Amalan Surga Dalam Satu Hari
Selasa, 20 September 2016 14:21 WIB