Cerita itu tidak membahas panjang lebar mengenai standar profesionalisme suatu profesi. Yang ingin saya sampaikan adalah etika yang menyertai suatu profesi. Saya merasa, masalah terbesar yang dihadapi kita sekarang bukan kurangnya kaum profesional yang melayani kebutuhan orang banyak, melainkan banyak di antaranya yang dengan mudah melanggar etika.
Kasus korupsi yang bertahun-tahun menjadi pusat perhatian kita, merupakan satu bukti bahwa betapa etika sering dilanggar hanya untuk memenuhi hasrat pribadi seseorang atau sekelompok orang. Mereka yang sudah kaya dari pendapatan profesinya, merasa tidak puas. Lalu saat peluang korupsi lewat di hadapannya, ia tergoda dan terjadilah korupsi itu.
Etika tak hanya menyangkut uang. Kita juga sering menemukan kasus di mana anggota suatu forum musyawarah yang telah membahas masalah tiba-tiba mengemukakan pendapat pribadinya yang tidak sesuai dengan keputusan forum itu pada media massa. Ia ingin menunjukkan pada kelompok atau konstituennya bahwa ia tetap teguh pada pendapat konsitituennya yang diwakilinya meskipun bertentangan dengan suara terbanyak pada forum itu.Padahal sudah menjadi pengetahuan umum kalau keputusan suatu musyawarah diambil secara mufakat. Tak boleh anggotanya membocorkan prosesnya dan memberitahukan pada masyarakat luas siapa-siapa saja yang menentang dalam forum itu. Namun etika membocorkan ini masih sering dijumpai yang kerap kali membuat guncangan pada tatanan sosial kita.
Sahabat yang Luar Biasa!
Sebagai seorang profesional di bidang apa pun kita harus mampu melakukan tugas dan pekerjaan sesuai dengan lingkup profesionalisme kita. Namun profesionalisme saja tidak cukup. Kita juga harus bertanggung jawab secara etika dan moral. Jika tidak tegas dalam mengontrol atau mengendalikan godaan pikiran negatif, kita akan mudah terjurumus dalam pelanggaran-pelanggaran yang dapat mendatangkan akibat fatal bagi karir dan masa depan kita.
Salam sukses luar biasa!