Namun bagi si penakut, risiko adalah hantu yang selalu dihindari. Apapun yang akan dilakukannya selalu takut akan konsekuensi negatifnya. Akibatnya ia jadi orang yang pasif,rendah diri, dan merasa jadi orang yang paling tak beruntung di dunia. Tak sedikit bahkan yang dilanda stres berkepanjangan karena selalu kehilangan akal untuk meraih segala impiannya.
Pagi tadi dalam talkshow di jaringan radio Sonora, saya membawakan satu kisah ilustratif yang menarik mengenai sang penakut. Saya membawakan cerita dengan analogi Kelinci Si Penakut.Kelinci ini meratapi nasibnya yang senantiasa selalu dibayangi mara bahaya. Karena begitu penakutnya, telinga panjang yang jadi kelebihannya pun justru menjadi pemicu ketakutannya yang makin tinggi karena sekecil apapun suara yang ia dengar selalu merasa jadi ancaman hidupnya.
Teman-teman netter yang luar biasa!
Rasa takut yang berlebihan itu tak rasional. Akibat terlalu ketakutan, kelebihan yang kita miliki pun akan terasa jadi kekurangan karena kita selalu memandangnya dari sisi pesimis.
Oleh karena itu mari kita lihat sekeliling, banyak yang jauh tidak beruntung dibanding kita namun mereka masih bisa hidup tegar, optimis menjalani hidupnya, tawakal saat menghadapi cobaan dan ketidakberuntungan. Di samping itu mereka aktif memperbaiki nasibnya, karena mereka yakin tidak ada yang bisa mengubah nasibnya selain dirinya sendiri.
Begitupun dengan kita. Nasib kita, hanya kita yang bisa menentukan. Mari kita ubah cara pandang kita, singsingkan rasa pesimis, pancangkan rasa optimis. Gali potensi kita. Kita pasti punya jalan untuk sukses karena sukses adalah hak kita. Namun tentu saja sukses tidak datang dengan cuma-cuma. Sukses harus diperjuangkan. Lewat keberanian itulah sukses bisa diraih!
Salam sukses, luar biasa!!