Di pengujung bulan Juni ini, saya membawakan tema "proses pematangan mental untuk sukses," yang diawali dengan cerita menarik: KERANG DAN MUTIARA. Tema ini mengajak kita semua untuk tidak mudah putus asa ketika menghadapi penderitaan yang dialami. Penderitaan seperti kegagalan, ketidakmampuan menghadapi suatu masalah, hinaan, cedera atau cacat fisik, dan sebagainya, bisa kita lihat dari kaca mata positif.
Dengan melihat dari sisi positif kita bisa mengatakan, "Kegagalan adalah sukses yang tertunda." Kegagalan bukanlah penderitaan tetapi merupakan ujian untuk mempertebal mental kita. Karena itu, selalu ada harapan bagi orang yang berpikiran positif sehingga optimisme senantiasa menyertai mereka. Bagi orang optimis dan berpikiran positif, cacat fisik pun tak dianggapnya sebagai halangan untuk berbuat sesuatu. Mereka justru tertantang untuk membuktikan bahwa dengan cacat fisik itu bisa mengalahkan orang yang sempurna.
Pagi ini, ada dua orang penelepon yang dari segi fisik mereka menderita. Mereka berdua adalah tunanetra. Namun meski tak dikaruniai indera penglihatan hidup mereka dipenuhi rasa optimis. Mereka yakin di dalam dirinya ada butiran mutiara yang jika diasah terus-menerus tak hanya akan berkilau tetapi juga bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Buktinya, seorang tunanetra di Medan (sang penelepon) bisa menjadi pengusaha yang mampu memproduksi suatu alat bantu penerang listrik sementara di rumah ketika aliran listrik PLN padam. Dalam pemikiran orang kebanyakan, sulit membayangkan seorang tunanetra bisa melakukan itu.
Karena itu, mari terus berpikiran positif dan tak perlu berputus asa ketika penderitaan menghampiri kita. Ibarat di sekolah, penderitaan itu adalah ujian kita untuk naik ke kelas lebih tinggi, yaitu naik kelas kekelompok orang-orang yang luar biasa.