Nenek tua renta ini bukanlah orang terkenal, la adalah orang biasa yang hidup di tengah-tengah masyarakat petani. Tetapi, nenek yang lebih dikenal dengan keramahannya, kelembutan jiwanya, serta istiqamah dalam membaca al-Qur`an, mulai pagi, siang, sore, dan malam ini memang memantik inspirasi. la adalah orang yang tegar dan selalu berupaya bertahan hidup, meskipun kondisi perekonomian kadang menjepitnya. Namun, dengan al-Qur`an yang disandingnya, membuat hatinya lebih luwes, tenteram, dan tertata.
Marjiya—begitulah nenek itu dipanggil. Sebuah nama pendek yang diberikan ibunya—selalu berusaha untuk membangun kehidupannya, meskipun harus menembus gelapnya hujan, walaupun harus bangun setiap pagi buta untuk mempersiapkan bekal suaminya sebelum pergi ke sawah. la melakukannya dengan penuh kesabaran,
nrimo ing pandum. la menerima bila suaminya tak memberikan uang belanja dan ia bersama-sama anak-anak di rumah harus berlauk lembayung. Kenyataan hidup tetap tak membuatnya surut dalam rutinitas al-Qur`an. Justru pengalaman hidup itu menjadi motivasi terbesar dirinya untuk memperkuat semangat khatam al-Qur`an.
"Suatu waktu, ia berkata kepadaku,"Saya hanya berdoa kepada Allah Swt. semoga anak-anak saya menjadi anak shalih atau shalihah dan mereka bisa ngaji al-Qur"an," Tutur Ngadijo, tetangga dekat Marjiya. Tetangga di sekitar rumahnya memang pada kagum. Betapa tidak, setiap jam 2 malam, di saat orang lain terlelap dalam tidur mereka, ia bangun dan ngaji al-Qur`an. Bila di tengah malam itu ada orang yang lewat di belakang rumahnya, pastilah orang itu akan mendengar lantunan al-Qur`an. Meskipun sakit merambat tubuhnya, jika masih bisa dipaksakan, ia tidak akan meninggalkan ibadah rutinnya ini.
***
Kamis malam. Sehabis Maghrib, sang nenek berbaring dalam derita penyakitnya yang telah diidapnya selama dua tahun terakhir, la tak dapat berbicara normal. Kebetulan malam itu adalah malam lebaran, yakni tanggai 1 Syawwal. Anak perempuannya menghampirinya setelah buka puasa terakhir, anak perempuan itu melihat sang ibu kesusahan bernapas. Kemudian, anak perempuannya meminta cucu Marjiya untuk memberi tahu ayahnya yang sedang shalat Maghrib di mushala. Begitu diberi tahu, sang menantu segera datang.
Sang menantu itu menengarai bahwa mertuanya mengalami sakaratul maut. Kemudian, ia membersihkan mulut dan wajahnya dengan kain, la meminta membimbing kalimat
thayyibah dan alhamdulillah sang nenek meskipun tidak bisa ngomong, bisa mengucapkannya dengan baik.Tak lama kemudian, adzan Isya` berkumandang. Anak perempuan, menantu, cucu, dan orang-orang yang ada di dekatnya melihat kain surban berwarna putih dan seberkas cahaya berkelebat bagai kilat di depan muka Marjiya. Ditambah bau wangi yang menyodok hidung mereka. Lalu keringat terurai di keningnya, pertanda Marjiya sudah pergi menuju Allah Swt.
Keesokan harinya, Marjiya dikebumikan. Semua orang yang ada di lingkungan sekitarnya sedih, anak perempuan, menantu, cucu, dan sanak familinya, la dikebumikan di samping pesarean suaminya. Setelah semua usai, berkem¬bang kisah tentang kebaikannya semasa hidup. Dan, yang membuat semua keluarga dan tetangga kaget ketika terdengar suara ngaji al-Qur`an dari dalam kuburan Marjiya. Orang-orang di kampung itu penasaran. Menurut putrinya, suara itu memang suara ibunya. Tapi, ia juga tidak tahu mengapa semua itu bisa terjadi. Ya, tentu saja tak lain dan tak bukan karena Marjiwa istiqamah membaca al-Qur`an.
Malam berikutnya, cucu perempuannya bermimpi sang nenek, la melihat seolah-olah sang nenek berada di tempat yang tinggi dan bercahaya, la sedang duduk di sebuah kursi yang bagus, berhiaskan kuning emas, dan di tangannya memegang al-Qur`an. Sang nenek itu berkata kepada cucunya, "Ternyata memang benar perintah guruku, al-Qur`an telah menolongku."
Setelah mendengar ucapan itu, tiba-tiba cucunya ter-peranjat dan terbangun dari tidurnya. Karena merasa takut, ia membangunkan ibunya dan bercerita jika neneknya berada di tempatyang nyaman.
Disadur dari Kisah-kisah Ajaib Pengubah Hidup!, Karya Ustdz Amrin Ali Hasan