Buruh Pabrik Sabun menjadi Pengusaha Konveksi

Admin | Kamis, 17 Juli 2014 09:17 WIB | 5.692 kali
Buruh Pabrik Sabun menjadi Pengusaha Konveksi Kisah ini pernah diceritakan pula oleh Alihozi di dalam blog pribadinya yaitu http://Alihozi77.blogspot.com, bahwa pada era tahun 1960-an di sebuah kota kecil di Jawa Timur hiduplah seorang buruh pabrik sabun milik seorang pengusaha nonpribumi. Nama buruh itu oleh si pencerita dipanggil dengan nama Pak Lukman (nama samaran red). Sekalipun Pak Lukman hanyalah seorang buruh, namun gajinya sangat dibedakan hampir 3 kali lipat dengan buruh lainnya. Hal ini dikarenakan Pak Lukman memiliki kemampuan yang lebih dalam membuat cetakan sabun dengan sangat bagus.

Walaupun gaji yang diterima oleh Pak Lukman sudah lumayan, namun buruh tersebut pada suatu hari berpikir bahwa "kalau saya terus bekerja dengan orang lain, maka saya tidak akan kaya, apalagi anak saya berjumlah 11 orang. Karena itu saya harus keluar dari pabrik sabun ini untuk membuka usaha konveksi sendiri". Setelah berpikir demikian, Pak Lukman segera mengajukan untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya. Namun bosnya menghalanginya agar Pak Lukman tidak keluar. Malah dia berjanji gajinya akan dinaikkan lebih tinggi lagi. Tetapi karena tekadnya yang iidah bulat, Pak Lukman tetap memilih keluar dari pabrik sabun itu.

Pada awal Pak Lukman membuka usaha konveksi, keuntungannya masih sedikit dan masih jauh di bawah gajinya selama bekerja di pabrik sabun, sehingga ia selalu dibujuk oleh bosnya untuk kembali bekerja dengannya. Tetapi, Pak lukman menolak, dan ia tetap pada pendiriannya untuk terus melanjutkan usaha konveksinya. Dan benar saja, pada dekade tahun 1965-1970-an ia telah berhasil menjadi pengusaha konveksi yang sukses di kota Jawa Timur.

Semangat jiwa entrepreneur Pak Lukman ia teruskan kepada 11 anak-anaknya sampai ia meninggal dunia pada tahun 1980-an. Kepada anaknya ia berpesan untuk tidak  bekerja kepada orang lain, melainkan mencoba merintis usaha sendiri. Pada tahun 2000-an, anak-anaknya (walaupun tidak semua) telah berhasil menjadi pengusaha-pengusaha yang terkenal di Jawa Timur. Di antara mereka ada yang menjadi pengusaha konveksi, dan pengusaha salon kecantik-in muslimah.

Salah satu anak Pak Lukman yang paling tua saat ini sering memberikan ide, gagasan dan semangat kepada setiap pemuda muslim yang berdiskusi dengannya untuk selalu mengembangkan semangat berwirausaha, dan meninggalkan keinginan bekerja dengan orang lain. Hasilnya sudah terbukti, ada beberapa pemuda muslim yang sekarang sukses mengikuti sarannya untuk membuka usaha sendiri walaupun untuk itu harus menempuh perjuangan yang tidak mudah.

Menurut Alihozi, umat muslim yang penduduknya mayoritas di Indonesia haruslah segera meninggalkan pola pikir yang masih memiliki keinginan untuk bekerja dengan orang lain setelah lulus sekolahnya menuju pola pikir untuk membangun semangat jiwa entrepreneur pada diri sendiri.

Namun di luar sepengetahuan Alihozi, ternyata ada rahasia lain yang belum banyak terungkap mengenai keberhasilan pengusaha konveksi yang tidak lain adalah mantan buruh sabun itu. Sosok yang kita sebut Pak Lukman ini, ternyata merupakan sosok yang taat ibadah, dan juga pelaku rutin shalat Dhuha. Maka tidak heran jika banyak pengusaha Muslim Jawa Timur yang sukses dalam membangun usaha mereka. Jawa Timur adalah kota santri. Ribuan pesantren berdiri di sana-sini. Dan salah satu perilaku ibadah yang diajarkan oleh pesantren adalah shalat Dhuha.

Pak Lukman, sebagai penduduk Jawa Timur memahami betul tentang hal yang satu ini. Sejak dia menjadi buruh pabrik, sangat jarang dia tinggalkan kebiasaan melaksanakan shalat Dhuha. Sebelum berangkat bekerja, dia sempatkan untuk melaksanakan shalat Dhuha sebanyak dua rakaat. Begitulah setiap hari yang dilakukan oleh Pak Lukman sampai ia berhasil membangun usaha konveksinya.

Sumber: Buku Kisah-Kisah Ajaib Pengubah Hidup! karya Ustadz Amrin Ali Hasan


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Doa yang Paling Sering Diucapkan Rasulullah
Kamis, 24 November 2016 10:25 WIB
Jika Anda Begini, Istri Anda Bakal Demen
Kamis, 13 Oktober 2016 10:52 WIB
Tinggi Ilmu Namun Rendah Hati
Rabu, 28 September 2016 10:29 WIB
Empat Amalan Surga Dalam Satu Hari
Selasa, 20 September 2016 14:21 WIB