Al-Qadhi Abul Hasan Muhammad bin
Abdul Wahid Al-Hasyimi
menuturkan kisah dari gurunya yang
seorang pedagang. Ia berkata; Aku memiliki uang yang ada dalam tanggungan
sebagian para pejabat. Mereka seringkali menangguhkan dan mencegahku mengambil
hak-hakku. Setiap kali aku meminta sesuatu yang menjadi hak-hakku, mereka menghalang-menghalangiku,
bahkan menyuruh pelayan mereka menindasku.
Oleh karena itu, kami lantas
mengadukan hal itu kepada menteri, namun tidak digubris. Kemudian kami
mengadukannya kepada pejabat negara, tetapi juga tidak ada tanggapan yang
jelas, bahkan penolakan-penolakan yang aku dapatkan. Kami mulai putus asa dan
cemas. Saat aku sudah mulai kebingungan dan tidak tahu kepada siapa lagi aku
hendak mengadukan masalahku ini, tiba-tiba saja seseorang berkata kepadaku,
"Saudaraku, cobalah kamu menemui si fulan yang berprofesi sebagai seorang
penjahit di depan masjid sana."
"Apa
yang dapat dilakukan oleh penjahit itu terhadap orang- orang zalim ini,
sementara para pejabat negara saja tidak kuasa mengatasi masalahku ini?"
timpalku.
Orang
itu berkata lagi kepadaku, "Dia lebih ditakutinya dibanding semua orang
yang pernah kamu adukan masalahmu kepada mereka. Temuilah dia, barangkali di
sana kamu mendapatkan jalan terang."
Aku
langsung menemuinya tanpa menghiraukan profesinya. Setelah itu, aku ceritakan
kepadanya semua maksudku, tentang hartaku, dan apa saja yang menimpaku dari
perbuatan orang zalim ini. Dia lantas mengajakku menemui gubernur. Tatkala sang
gubernur melihatnya, dia langsung berdiri dan menghormatinya, kemudian bergegas
menyelesaikan hak-hakku yang ada padanya. Dia memberikan semua hakku secara
utuh tanpa ada satu pun yang ada padanya.
Namun, sebelumnya penjahit itu
berkata kepada gubernur, "Berikan kepada orang ini hak-haknya. Jika tidak,
aku akan mengumandangkan azan." Mendengar hal itu, raut muka gubernur
berubah dan langsung memberikan semua yang menjadi hakku.
Aku
takjub terhadap penjahit itu, bagaimana mungkin seorang gubernur mau mendengar
dan menuruti perkataannya? Setelah itu, aku menawarkan sedikit hartaku
kepadanya, namun ditolak. Dia justru mengatakan, "Andai saja aku
menginginkan semua ini, sudah tentu aku memiliki harta benda yang tidak
terhitung jumlahnya."
Aku lantas menanyakan kabarnya dan menuturkan rasa kekagumanku
kepadanya serta mendesaknya agar mau menceritakan sejarahnya. Dia lantas
bercerita, "Sebabnya adalah bahwa dulu kami bertetangga dengan seorang
putra mahkota berkebangsaan Turki dari salah satu keluarga kerajaan. Dia adalah
pemuda yang tampan. Suatu hari, dia berpapasan dengan gadis yang cantik. Gadis
itu baru saja keluar dari kamar mandi. Dia memakai pakaian yang mahal. Pemuda
itu mendekatinya dalam keadaan mabuk dan mengutarakan keinginannya kepada gadis
itu untuk dimasukkan ke dalam rumahnya. Gadis itu menolak dan berteriak dengan
nada yang keras. (Bersambung...)
Kisah-kisah tentang Keimanan dan Akhlak