"Aku bersumpah demi Allah, akan maju ke medan perang baik suka maupun tidak, seluruh manusia telah siap bertempur, tapi kenapa sepertinya engkau, wahai jiwaku, menolak Surga, telah tiba kesempatan yang aku idamkan, bukankah engkau ini hanya setetes saja dari lautan."
MUNGKIN banyak yang belum mengetahui bahwa di antara para Sahabat Nabi Muhammad SAW terdapat beberapa orang penyair. bahkan, mereka adalah penyair-penyair yang hebat. Ya, ya. Profesi penyair acap kali dipandang sebelah mata. Bagi kebanyakan orang awam (apalagi di dunia yang serba materialistik dan hedonistik seperti saat ini), pekerjaan mereka sering kali diidentikkan sebagai pekerjaan yang membuang waktu dan tenaga. Para penyair dianggap hanya mengumbar kata-kata tanpa memikirkan praktik dan penerapannya. Padahal, tidak demikian itu kenyataannya.
Pada dasarnya Nabi SAW memang sangat mencintai keindahan, termasuk keindahan dalam kata-kata. Bahkan dalam sebuah perang melawan kaum Musyrikin, ketika Nabi SAW sedang berada di garda depan dan siap untuk meneriakkan aba-aba perang, seseorang tiba-tiba mendekati beliau dan berkata, "Ya Nabi, izinkanlah saya untuk membacakan syair sebelum berperang." Mendengar ucapan orang tersebut, Umar bin Khattab menjadi geram dan mencelanya: buat apa membaca syair dalam situasi seperti ini???!! Namun, Nabi SAW dengan sabar meredam amarah Umar sambil mengatakan,1"Wahai Umar, ketahuilah bahwa kata-kata dalam syair itu akan lebih dulu sampai kepada musuh di sana sebelum pedang kita sendiri." Akhirnya, Sahabat Nabi yang seorang penyair tersebut maju dan membacakan syairnya. Terbukti bahwa kata-kata yang diucapkannya berhasil menggugah dan membakar semangat kaum Muslimin sekaligus menciutkan nyali musuh.
Dialah Abdullah bin Rawahah
Abdullah bin Rawahah adalah salah seorang Sahabat Nabi SAW yang dikenal pandai membuat puisi. Syair-syair yang disusun dan diucapkannya selalu terdengar sangat indah. Rasulullah SAW pun sangat menyukai syair-syair yang dibuatnya. Dalam sebuah riwayat yang diceritakan oleh Zaid bin Arqam, yaitu seorang anak yatim yang diasuh oleh Abdullah, ketika ia melakukan perjalanan bersama Abdullah dengan menunggang seekor kuda, sepanjang perjalanan tersebut Abdullah bin Rawahah selalu mengucapkan syair-syairnya. Di antara bait syair yang diucapkannya adalah:
"Ketika aku siapkan bekal kepergianku untuk perang sejauh perjalanan 4 farsakh dari kota Hasa’ sementara kamu bersenang-senang di sela kecaman aku tak peduli tidak akan kembali kepada keluarga kaum Muslimin enggan dan meninggalkan aku di wilayah Syam padang yang panas aku tidak butuh nasab dan kerabat kepada Allah putus segala kerabat di sana aku tidak butuh putik kurma juga kurma yang berguguran."
Mendengar syair yang keluar dari mulut Abdullah tersebut Zaid pun kemudian menangis. Mendengar Zaid yang duduk di belakang menangis, Abdullah melempar krikil lalu berkata, "Celaka kamu, apa salahnya aku berdoa kepada Allah agar memberiku syahid, sementara kamu pulang ke kaumku dengan membawa kuda ini" Begitulah sosok abdullah bin Rawahah yang dalam berbagai kesempatan berbagi syair berhamburan keluar dari mulutnya dengan sangat indah.
Abdullah bin Rawahah adalah salah seorang dari Bani Kharaj. Dia termasuk orang-orang yang pertama masuk Islam dari golongan Anshar. Abdullah bin Rawahah menyatakan dirinya masuk Islam dan termasuk dalam rombongan 12 orang yang dibaiat di Aqabah, yang kemudian dikenal dengan peristiwa baiat Aqabah pertama yang terjadi sebelum hijrah Nabi SAW ke Madinah.
Diceritakan bahwa pada saat itu Nabi Muhammad SAW sedang -uduk di sebuah dataran tinggi Makkah dengan ditemani oleh samannya, yakni Abbas bin Abdul Muthalib, untuk menemui oeberapa orang utusan dari Madinah, yang kemudian dikenal rengan kaum Anshar. Kemudian, datanglah dua belas orang aengan sembunyi-sembunyi agar tidak terlihat oleh orang-orang vafir Quraisy. Kedatangan kedua belas orang tersebut tidak lain adalah untuk berbaiat (diambil sumpah setia) kepada Nabi SAW. Abdullah bin Rawahah termasuk di dalam rombongan tersebut. Melalui kedua belas orang kaum Anshar inilah kemudian terbuka peluang untuk menyebarkan Islam di kota Madinah; sehingga terbuka jalan untuk Rasulullah SAW melakukan hijrah dari Makkah menuju Madinah.
Pada saat terjadi peristiwa baiat Aqabah kedua yang melibatkan 73 orang kaum Anshar, Abdullah bin Rawahah pun kembali mengikutinya. Masuknya Abdullah bin Rawahah ke dalam Islam menambah kekuatan umat Islam pada waktu itu. Mengapa? Karena dia dikenal sebagai orang yang berani berjuang dalam membela agama Allah. Abdullah tidak pernah absen mengikuti berbagai peperangan pada masa Nabi SAW.
Setelah hijrahnya Rasulullah bersama para Sahabat ke Madinah, Abdullah bin Rawahah menjadi salah satu orang yang sangat gigih dalam membela agama dan Rasulnya. Dalam suatu cerita dikisahkan bahwa Abdullah adalah orang yang berani mengikuti segala gerak-gerik Abdullah bin Ubay, yaitu seorang pimpinan golongan orang Munafik yang dipersiapkan oleh orang- orang Madinah untuk menjadi Raja di Madinah sebelum hijrahnya Rasulullah SAW beserta kaum Muslimin lainnya. Abdullah bin Ubay adalah orang yang selalu berusaha untuk menjatuhkan Islam dengan berbagai cara. Akan tetapi, segala usaha kejinya tersebut selalu berakhir sia-sia berkat keberanian Abdullah bin Rawahah dalam mengikuti segala gerak-geriknya.