Sang Raja yang Gila Harta

adminaba | Rabu, 10 Oktober 2012 05:43 WIB | 7.301 kali
Sang Raja yang Gila Harta
Hiduplah seorang raja yang memimpin sebuah kerajaan yang luas dan makmur. Seluruh rakyat patuh dan tunduk kepadanya. Walaupun Raja sering menarik pajak dan upeti dari rakyat, tak ada satu orang pun yang berani menolak. Raja dengan leluasa terus mengumpulkan kekayaan dari pajak dan upeti rakyatnya. Kekayaan yang semakin melimpah, membuat Raja menjadi sombong dan angkuh. Dia merasa bisa memiliki segalanya. Dia membangun istana mewah dengan lapisan emas di mana-mana. Raja juga membeli kuda-kuda terbaik dari seluruh negeri. Pakaian dan perhiasan yang dipakai Raja adalah yang terbaik dan termewah. Tak ketinggalan, perabotan dan hiasan dinding istana semuanya terbuat dari emas dan perak.

Pada suatu hari, Raja hendak bepergian ke suatu tempat. Raja memintai dipilihkan kereta kuda terbaik yang ada di istana. Pengawal lalu menyiapkan kereta kuda terbaik itu.

"Pengawal, mengapa kausiapkan kereta kuda yang ini?" ranya Raja kurang puas.
"Maaf, Baginda. Ini adalah kereta kuda terbaik yang ada di istana," jawab pengawal ketakutan.
"Tidak! Aku tidak mau yang ini! Aku mau kereta kuda tercepat yang ada di istana!" pinta Raja kemudian.
Pengawal tergopoh-gopoh menyiapkan kereta kuda tercepat. Kemudian, ia membawanya ke hadapan Raja.
"Huh, kenapa kau bawa kereta jelek ini ke hadapanku? Mana kereta kudaku yang paling mahal?" Raja masih kurang puas.

Untuk ketiga kalinya, pengawal itu kembali ke tempat penyimpanan kereta kuda. Ia memilihkan kereta kuda termahal yang dimiliki Raja. Lalu, ia kembali membawanya ke depan Raja. Akan tetapi, Raja masih tidak puas. Pengawal yang menyediakan kereta kuda masih harus beberapa kali bolak-balik untuk memilihkan kereta kuda yang tepat bagi Raja. Sampai akhirnya, Raja marah dan memilih sendiri kereta kudanya. Pilihan Raja ternyata jatuh pada kereta kuda pertama yang disiapkan pengawal tadi.

Kejadian tersebut kembali terulang, ketika Raja memilih jubah yang akan dipakainya. Raja minta dipilihkan jubah terbaiknya. Namun, ketika pelayan membawanya ke hadapan Raja, Raja kurang puas dan minta dipilihkan jubah warna emas.

"Tidak. Jubah warna emas ini sudah terlalu kusam. Ambilkan jubahku yang paling wangi!" titah sang Raja.
Pelayan kembali dengan jubah yang paling wangi. Namun, Raja menyuruhnya kembali dengan jubah yang paling banyak hiasannya. Begitu terus, sampai akhirnya sang Raja kelelahan dan memilih baju pertama yang disiapkan pelayan tadi.

Akhirnya, sang Raja berangkat seorang diri. Ia mengendarai kereta kuda dan memakai jubah yang dipilihnya sampai kelelahan. Hingga tiba di pojok jalan yang sepi, kereta kuda sang Raja dihadang seseorang yang berpakaian lusuh.

"Hei pengemis, berani-beraninya kau menghalangi
jalanku. Tak tahukah kau, kalau aku ini Rajamu?" bentak Raja.
Orang yang berpakaian lusuh lalu mendekati kereta kuda sang Riya dan berbicara kepadanya.
"Turunlah kau, aku ada keperluan yang sangat penting denganmu, sekarang juga!" suaranya yang tegas dan halus membuat Raja sedikit bergidik.

"Keperluan apa yang kaumaksud? Lebih baik, sekarang kau menyingkir dari hadapanku karena aku sedang terburu-buru," Raja bersikeras mengusir orang asing itu dan bersiap menarik kekang kuda untuk memacunya kembali berlari.

"Berhenti dan turun dari keretamu!" nada suara orang asing itu kini lebih tegas dan bernada perintah.
Raja akhirnya turun menghampiri orang asing yang tidak sopan itu. Raja berniat memberi pelajaran kepadanya karena berani menentang Raja.
"Aku adalah Malaikat Maut yang diutus Allah Swt. untuk mengambil nyawamu sekarang juga dan kau tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauanku!"

Mendengar kata-kata orang asing itu, sang Raja jatuh terduduk karena seluruh persendiannya lemas seketika. Tubuhnya berkeringat dingin dan wajahnya pucat pasi. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa, Raja pun berkata, "Berikan aku sedikit waktu untuk kembali ke kerajaanku. Aku akan menyelesaikan urusan kekuasaan dan warisan kepada anak istriku."

"Sesungguhnya ajal tidak bisa dimajukan atau ditunda, ajalmu adalah sekarang," tegas Malaikat Maut.
Maka, sang Raja pun meninggal saat itu juga. Ia meninggal dalam keadaan yang menyedihkan karena tidak ada persiapan amal akibat terlalu sibuk mengurusi harta kekayaan dan kekuasaannya.

"Hanya ada tiga hal yang dibawa manusia ketika meninggal, yaitu sedekah, ilmu yang bermanfaat untuk orang lain, dan anak salih yang berdoa untuknya. Sementara harta dan kekuasaan tidak termasuk di dalamnya. "


Yuk Bagikan :

Baca Juga

Doa yang Paling Sering Diucapkan Rasulullah
Kamis, 24 November 2016 10:25 WIB
Jika Anda Begini, Istri Anda Bakal Demen
Kamis, 13 Oktober 2016 10:52 WIB
Tinggi Ilmu Namun Rendah Hati
Rabu, 28 September 2016 10:29 WIB
Empat Amalan Surga Dalam Satu Hari
Selasa, 20 September 2016 14:21 WIB