Cycling for the Soul

Kamis, 02 April 2009 09:27 WIB | 5.107 kali
Cycling for the Soul Cycling for the soul yang dimaksud dalam tulisan ini adalah bagaimana bersepeda itu bisa dijadikan untuk obat menyejuk jiwa. Sebenarnya, judul itu akan saya jadikan judul buku-buku pencerahan berikutnya, setelah buku 99 Seni hidup produktif dan buku hidup untuk hidup. Kesempatan ini, akan membahas studi kasus tentang cycling for the soul terhadap aplikasi empat tipe manusia dalam kaitannya dengan posisioning kekayaan harta dan posisioning kekayaan hati.

 

Berbicara tentang posisioning kekayaan harta dan posisioning kekayaan hati, dibagi menjadi empat kwadran yaitu: (1) Kekayaan harta dan kekayaan hati; (2) Kekayaan harta dan kemiskinan hati; (3) Kemiskin harta dan kekayaan hati, serta (4) Kemiskinan harta dan kemiskinan hati.

Pertama, kekayaan harta dan kekayaan hati

Aplikasi dalam cycling for the soul, yaitu bersepeda untuk penyejut jiwa. Cirinya adalah dirinya kaya dan hatinya juga kaya, sehingga mudah berbagi, hidupnya selalu berkelimpahan.

 

 

Beberapa kali kami memandu bersepeda, diperjalanan ada yang menyapa sesama pesepeda, dan biasanya ada beberapa orang yang ingin ikut atau minta tolong untuk dicarikan jalur baru. Pernah, suatu hari ada seseorang yang ingin ikut rombongan kami, seperti biasa kalau ada yang ikut akan diberi gambaran tentang kondisi perjalanan yang akan dilalui. Orang ini, tetap ingin ikut, walaupun sudah diberi gambaran tentang sulitnya perjalanan. Beliau sangat kaya raya, walaupun tidak menampakkan kekayaanya. Ditengah hutan, beliau kelaparan dan tidak membawa bekal yang mencukupi, sebab persiapan dari rumah memang bukan untuk bersepeda jauh. Seperti biasa, kegiatan bersepeda, selalu saling berbagi, walaupun sekedar nasi, sambal dan goreng ikan asin.

Karena beliau kelaparan, saya lihat sangat lahap makan pemberian dari beberapa bekal teman lain. Setelah selesai perjalan di sore hari, beliau mengajak semua rombongan  untuk masuk restoran mewah. Beberapa teman, agak ragu, sebab tidak semua pesepeda, orang berkecukupan, namun beliau bilang; “Semua kami yang menanggung”. Bahkan sejak itu, beliau selalu rajin membelikan beberapa peralatan sepeda ke berapa temen yang dilihatnya sudah tidak layak. Setelah kami bertandan kerumahnya, rupanya beliau memang sangat kaya raya dan kaya hati kepada siapapun. Suatu ketika saya Tanya tentang pengalaman makan nasi ditengah hutan, dengan lauk ekor ikan asin yang kecil, dengan meneteskan air mata beliau bilang:”Itu pengalaman makanan paling enak, selama hidup saya”. Kemudian beliau melanjutkan:”Waktu itu, ditas saya ada cek jutaan dan uang cast juga jutaan, tapi tidak ada artinya”. 

Kedua, Kekayaan harta dan kemiskinan hati,

Aplikasi dalam cycling for the soul, yaitu bersepeda untuk penyejut jiwa. Cirinya adalah dirinya kaya namun inginnya selalu diberi, hidupnya selalu merasa kekurangan, walaupun harta berlimpah.

Pada suatu malam, saya mendapat telepon seseorang, intinya minta tolong menemani survey keesokan harinya, sebab beliau akan membawa rombongan. Sebenarnya, bukan jadwal kami bersepeda, sebab dua hari sebelumnya sudah memandu rombongan lain dan dua hari berikutnya juga diminta memandu rombongan lain. Karena ini survey jalur, maka sayapun dengan senang hati bersedia untuk mengantar. Maka jalur yang kami tempuh adalah mengayuh ke Kawah Ratu, Kawah Tangkuban Parahu, Pakadul, Down Hill Cikole satu, Down Hill Cikole dua, Jaya Giri dua, Lembang, Survey Tempat makan, Bosca, Eldorado, Pondok Hijau dan seterusnya sampai kami berpisah.

Ini adalah survey jalur paling komplit yang pernah saya lakukan dan disetiap perjalanan kami mengambil gambar untuk laporan survey. Namun ada satu hal yang paling mengejutkan adalah selama perjalanan yang harus meluangkan waktu sejak kami berangkat dari rumah jam 06.00 sampai jam 16.15 WIB tidak makan sama sekali. Hanya sekali minum ketika turunan jaya giri dua yaitu satu gelas teh manis dan dua roti, sedang temen yang minta diantar survey juga minum satu gelas teh manis dan dua coklat.

Namun ketika mau membayar, karena uang kami tidak ada yang receh, kebetulan yang receh tertinggal, dan malu sekaligus takut menyulitkan pemilik warung kecil itu, maka dengan terpaksa saya minta tolong beliau untuk membayar. Karena kami sedikit memahami ilmu prilaku manusia, saya amati, untuk membayar hanya dua ribu lima ratus rupiah saja, kelihatan keberatan. Bahkan ketika survey rumah makan, tidak makan padahal jam makan siang sudah sedikit telat, saya sampai malu hati. Sebenarnya memang, tidak ada aturan tertulis, untuk menanggung konsumsi perjalanan terhadap pengantar survey, namun secara etika, seseorang sudah meluangkan waktu dari pagi sampai pukul 16.15 WIB tanpa disuply makanan, merupakan ketidak wajaran yang paling tidak wajar. Padahal orang yang minta tolong ini secara ekonomi sangat berkecukupan dan bahkan pendidikannya saja S-2 dibidang bisnis. 

Ketiga, kemiskinan harta dan kekayaan hati

Aplikasi dalam cycling for the soul, yaitu bersepeda untuk penyejuk jiwa, cirinya adalah dirinya tidak kaya harta namun selalu ingin berbagi, walaupun tidak selalu harta dalam bentuk uang, tapi harta pengetahuan, tenaga dan lain sebagainya.

Berkali-kali diperjalanan bersepeda, kami berjumpa dengan pesepeda lainnya dan biasanya ada yang ingin ikut perjalanan yang mereka belum pernah tahu jalan itu, atau mereka memang ingin mencari jalan baru untuk survey membawa rombongan. Kelompok ini, memang tidak kaya secara materi, namun harga dirinya luar biasa mengagumkan. Karena sadar bahwa dirinya tidak banyak uang dan agar bisa menghemat, biasanya membawa bekal, agar diperjalanan tidak mengeluarkan uang lagi.

Bahkan pernah suatu ketika, seseorang minta ditemani untuk jalur baru, ketika makan siang beliau mengeluarkan nasi bungkus dengan lauk seadanya, kemudian berbagi makanan itu. Beliau juga ringan tangan, kalau ada temen-temennya yang tidak kuat tanjakan atau takut turunan. Bahkan ketika ada yang rusak diperjalanan, beliau sangat sigap membantunya sampai selesai. Ketika ada yang jatuh dan terluka atau terkilir, beliau langsung turun tangan membantunya. Suatu ketika, kami berjumpa lagi dengan orang ini, luar biasa, beliau membawa dua pisang khusus untuk oleh-oleh sambil mengatakan ini pisang hasil tanam sendiri di belakang rumah.

Keempat, Kemiskinan harta kemiskinan hati

Aplikasi dalam cycling for the soul, yaitu bersepeda untuk penyejuk jiwa, cirinya adalah sudah miskin dan selalu memiskinkan dirinya dengan cara ingin selalu diberi tanpa mau memberi bahkan memberikan tenaganya saja tidak mau. Sudah miskin, semakin miskin, dan memiskinkan orang lain.

Pernah punya pengalaman sangat menyebalkan, tetep ngotot pingin ikut sambil tanpa perbekalan sehingga membebani teman-teman lainnya. Kalau dikasih tahu cara menghadapi tanjakan, sadel harus ditinggikan agar lebih ringan dan kalau turunan tajam sadel diturunkan agar tidak terjungkal selalu saja membantah. Sehingga tanjakan tidak kuat sambil ngomel-ngomel dan kalau turunan sering terjungkal dan juga ngomel-ngomel. Sehingga perjalanan yang seharus biasa ditempuh setengah hari, hanya gara-gara satu orang ini perjalanan harus ditempuh sampai pukul lima sore.

Sebenarnya, tidak ada masalah tetep ingin ikut,  walaupun tidak kuat tanjakan dan takut turunan, Cuma masalahnya adalah jangan menggerutu terus dan tidak membawa bekal sama sekali.

Sahabat CyberMQ

Hidup adalah pilihan, tentunya kita ingin menjadi orang yang kaya harta dan kaya hati, agar hidup bermanfaat bagi banyak orang. Namun kalau tetep tidak bisa kaya harta dan kaya hati, minimal kita harus punya harga diri dan berusaha sungguh-sungguh untuk mengambil posisi ketiga yaitu tidak terlalu kaya harta namun tetap kaya hati. Sebab posisioning kita yang kebetulan tidak terlalu kaya harta walaupun sudah bekerja sungguh-sungguh dan tetap berusaha kaya hati, biasanya  setiap perlu selalu ada dari sumber yang tidak pernah diduga.

Jangan sampai hidup kita mengambil posisi kaya harta namun miskin hati, sebab posisi ini biasanya harta semakin berlimpah dan permasalahan hidup juga semakin banyak, namanya kaya yang disempitkan, sehingga menjadi tidak tentram. Begitupun, kita harus sungguh-sungguh menghidarkan diri menjadi orang-orang yang miskin harta dan miskin hati. Sudah hartanya berkekurangan, kehidupannya disempitkan oleh prilakunya sendiri. Kalau ini, namanya sudah jatuh tertimpa tangga, tangganya ada paku karatan. Sehingga mati kena racun paku dan kepala benjol. Namanya mati nggak keren. Sengsara harta dan sengsara hati.

Berani mengambil hikmah hidup Cycling for the soul !!! Bagaimana pendapat sahabat ???



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Gagal Yang Sukses
Selasa, 10 Desember 2013 05:17 WIB
Dunia Semakin Sempit, Hati Harus Semakin Luas
Selasa, 12 November 2013 06:04 WIB
Maafkan Aku, Ayah dan Ibu.!
Senin, 20 Mei 2013 06:13 WIB
Kesalahan Pola Hati
Kamis, 27 Mei 2010 13:41 WIB