Motivasi itu, ibarat kereta dorong yang sudah beranjak sebelum didorong. Jadi orang yang termotivasi, hidupnya selalu bergerak and bergerak terus.
Setahun terakhir ini, saya mendapat kesempatan untuk dialog pencerahan di beberapa perusahaan nasional maupun internasional bahkan secara khusus sering dialog dengan beberapa pimpinan perusahaan tersebut. Terutama yang berkaitan dengan “The Spiritual Motivation”, yaitu motivasi yang dilandasi spiritual.
Sebelum membahas tentang “The Spiritual Motivation”, mari kita lihat beberapa bahan bakar motivasi; yaitu The intelegence Motivation, The Emosional Motivation, dan The Spiritual Motivation.
Pertama, The Intelegence Motivation (IM)
Motivasi yang menggunakan bahan bakar kecerdasan intelegensi. Bicara masalah intelegensi berarti didalamnya ada orang yang berintelegensi idiot, imbisil, debil, lambat belajar, normal, superior, verry superior dan ginius. Prilaku bahan bakar motivasi intelegensi, berkecenderungan untuk matematis. Aplikasi lapangannya adalah, sering memisahkan antara kehidupan bisnis dan kehidupan lainnya dengan agama.
Kedua, The Emosional Motivation (EM),
Motivasi yang menggunakan bahan bakar kecerdasan emosi. Bicara masalah kecerdasan emosi berarti didalamnya ada kemampuan memotivasi diri, kemampuan mengetahui kelebihan dan kekurangan diri, kemampuan sosialisasi, dan kemampuan beremphati. Prilaku bahan bakar motivasi emosi, berkecenderungan untuk kreatif. Aplikasi lapangannya adalah, sering mencampur adukkan antara kehidupan bisnis dan kehidupan lainnya dengan agama. Jadi gerak kehidupannya adalah, berbuat baik jalan dan berbuat jahat juga jalan. Bahkan untuk berbuat baik, caranya sering jahat dan kejahatannya sering dibungkus dengan prilaku kebaikan.
Ketiga, The Spiritual Motivation (SM),
Yaitu motivasi yang menggunakan bahan bakar kecerdasan spiritual. Bicara masalah kecerdasan spiritual berarti didalamnya ada kemampuan mengambil hikmah dalam setiap kejadian. Prilaku bahan bakar motivasi spiritual, berkecenderungan punya kemampuan mengambil hikmah dengan pendekatan sabar dan syukur. Aplikasi lapangannya adalah kehidupan bisnis dan kehidupan lainnya berjalan dengan penuh ilmu hikmah.
Apabila kita hanya mengandalkan bahan bakar motivasi intelegensi, kehidupan kita hanya pada tingkatan kerja keras dan kerja cerdas saja. Sedangkan hidup mengandalkan bahan bakar motivasi emosi, kehidupan kita hanya pada level kerja kualitas dan tuntas saja. Namun hidup mengandalkan bahan bakar motivasi spiritual, kehidupan kita sudah bisa memasuki zona kerja ikhlas. Kerja ikhlas berarti, diri kita mau bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja kualitas, bekerja tuntas dan akhirnya punya jiwa ikhlas terhadap apapun bentuk hasilnya dan bisa mengambil pelajaran dari setiap hasil yang didapat.
Sahabat CyberMQ
Bahan renungan kita semua adalah apakah motivasi kita hanya menggunakan bahan bakar Kecerdasan Intelegensi (IQ), atau sudah ditambah bahan bakar Kecerdasan Emosi (EQ), dan bahkan sudah pada level bahan bakar Kecerdasan Spiritual (SQ).
Berani hadapi tantangan untuk selalu mengoreksi bahan bakar motivasi kita agar bisa sampai pada tingkatan bahan bakar spiritual, sehingga punya ilmu hikmah yang luar biasa !!! Atau lebih memilih kelihatan termotivasi dan bahkan menjadi sukses dari hasil motivasi itu, namun tetap dalam keresahan kehidupan. Bagaimana pendapat sahabat ???