Jarak antara kita dan kesuksesan kehidupan harus dipupuk dengan jembatan pengembangan, yaitu pembentangan kekuatan yang ada pada diri kita. Jembatan jangan dirusak secara sengaja oleh kemalasan, keminderan dan ketakutan untuk menyeberang.
Kemalasan, sering mempersempit dan merapuhkan pembentangan kekuatan.
Kita sering malas untuk bangun satu jam lebih cepat dari manusia pada umumnya. Padahal, kalau kita mau bangun satu jam lebih cepat dari manusia pada umumnya, banyak hal produktif yang bisa kita kerjakan. Kalau sehari satu jam lebih awal, berarti dalam sebulan ada tiga puluh jam. Waktu tiga puluh jam itu, sudah bisa untuk menyelesaikan banyak hal dalam kehidupan kita. Tentunya, masih banyak kemalasan-kemalasan lainnya …….
Keminderan, sering mempersempit dan merapuhkan pembentangan kekuatan.
Kita sering minder untuk banyak hal yang sebenarnya sangat tidak rasional. Kita minder, gara-gara badannya pendek, padahal badan yang pendek justru mengurangi resiko “kepala” terbentur benda-benda lingkungan, seperti kalau Obama presiden AS kepala terbentur pintu pesawat. Kita minder, gara-gara badan terlalu jangkung, padahal justru dengan badan jangkung itu, banyak hal yang bisa diketahui dibanding orang lain. Kita juga minder, karena pendidikannya rendah, padahal dengan pendidikan rendah yang punya kesadaran, justru lebih mudah menerima ilmu, daripada pendidikan tinggi yang gelasnya penuh, sehingga sukar diisi ilmu baru sebab merasa ilmu yang dimiliki sudah penuh. Begitu juga yang pendidikannya tinggi menjadi minder gara-gara mendapatkan pekerjaan yang tidak sesuai dan atasannya justru berpendidikan lebih rendah. Padahal, dengan pendidikan tinggi dan mendapat pekerjaan tidak sesuai dengan tingginya pendidikan, bisa dijadikan alat lompat pembelajaran kalau suatu ketika mempunyai anggota tim yang semakin hari semakin banyak.
Ketakutan, sering mempersempit dan merapuhkan pembentangan kekuatan
Kita sering merasa takut pada hal-hal yang sebenarnya belum tentu terjadi dan bahkan tidak pernah terjadi. Kalau misalnya terjadipun, selama disikapi dengan cara yang produktif, kejadian itu bisa dijadikan alat lompat yang semakin produktif. Orang mau menikah, takut jadi janda atau duda, pertanyaannya adalah seberapa banyak orang yang setelah menikah menjadi janda atau duda? Tentu sangat sedikit. Kalau misalnya ada yang menjadi janda atau duda, sebenarnya juga tidak apa-apa, sebab menjadi janda atau duda, menunjukkan bahwa kita sudah pernah menikah. Bagaimana kalau yang belum menikah, juga tidak perlu takut, sebab tidak akan pernah menjadi janda atau duda, gampang khan.
Sekarang juga banyak diantara kita yang takut kalau diberhentikan dari perusahaan, sedangkan anak-anak masih kecil, ada cicilan motor, rumah, mobil atau pengeluaran-pengeluaran lainnya. Padahal, juga belum banyak, sampai detik ini, yang dikeluarkan. Kalau misalnya sampai terjadi pemberhentian dari pekerjaan, mungkin Allah menghendaki kita untuk menikmati rizki dari hasil usaha sendiri, istilah kerennya adalah pengusaha he..he…
Sahabat CyberMQ
Mari memperkokoh jembatan penyeberangan kita, agar kesuksesan-kesuksesan hidup bisa kita nikmati dari detik perdetik jejak langkah kita. Tentunya kesuksesan hidup sangatlah luas, salah satunya hati kita selalu tenteram dalam menghadapi aneka persoalan kehidupan dan terjauh dari rasa malas, minder dan takut untuk melangkah.
Berani menghadapi tantangan untuk memperkokoh jembatan penyeberangan atau malah memilih tertimpa oleh jembatan yang kita buat itu!!!. Bagaimana pendapat sahabat ???