Tupai Melompat
pada Kamis, 15 Januari 2009 19:09 WIB
Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Inilah kalimat yang sering kita dengar semenjak kita sekolah di TK dulu, itupun yang pernah sekolah TK, kalau saya baru mendengar kalimat itu ketika SD dulu, sebab tidak pernah mengenal sekolah TK. Maklum di kampung, saat itu tidak ada TK. Secara pribadi, saya lebih memilih sejatuh-jatuhnya tupai, akhirnya melompat juga.
Kalimat pertama, ada indikasi berpikir negatif, betapapun pandainya kita dalam hal apapun, akhirnya jatuh juga. Jadi, seakan-akan diakhir sebuah aktivitas, kita akan terjatuh juga. Atau, bagaimanapun hebatnya kita akhirnya jatuh juga.
Kalimat kedua, ada indikasi berpikir positif, bahwa betapapun kita pernah terjatuh dalam kehidupan, akhirnya tetap berani melompat juga.
Dua kalimat ini, kalau masuk dalam alam pola hati kita, akhirnya menjadi pola pikir kita, kemudian menjadi pola kata-kata kita, pola perilaku-perilaku kita, pola kebiasaan-kebiasaan kita, dan terakhir menjadi pola karakter kita. Lama-lama, jadilah siapa diri kita. Yaitu diri yang akhirnya jatuh juga atau diri yang lebih memilih tetap melompat, walaupun sering jatuh.
Kalau kita memilih sebuah kehidupan yang terinspirasi oleh “Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga”, maka kita akan menjadi orang pasif yang disebabkan oleh apapun kehebatan kita dan juga kehebatan orang lain, akan kita lihat dari sudut, akhirnya jatuh juga.
Sedangkan, kalau kita memilih sebuah kehidupan yang terinspirasi oleh “Sejatuh-jatuhnya tupai, akhirnya melompat juga”, maka kita akan menjadi orang aktif, yang disebabkan oleh apapun kondisi kejatuhan kita, akhirnya harus tetap melompat dan melompat.
Karakter pertama, menghasilkan orang pasif atau menjadi pengamat pasif dan mengajak orang untuk menjadi pasif. Karakter kedua, menghasilkan orang aktif atau menjadi pengamat aktif dan mengajak orang untuk menjadi aktif.
Sahabat CyberMQ
Hidup adalah pilihan, termasuk juga pilihan dalam memberi konsumsi pola hati yang berdampak ke pola pikir, pola perilaku, pola ucap, pola kebiasaan, pola karakter dan akhirnya menjadilah siapa diri kita. Yaitu diri yang memilih akhirnya terjatuh atau diri yang memilih tetap melompat walaupun sering jatuh.
Ayo … siapa yang berani mengaplikasikan “Sejatuh-jatuhnya tupai, akhirnya melompat juga”, atau lebih senang memilih “Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga”. Berani menghadapi tantangan tetap melompat walaupun sering jatuh, atau senang memilih jatuh, menikmati kejatuhan dan tidak mau melompat???. Bagaimana pendapat sahabat!!!. Masrukhul Amri: Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. Website http://amri.web.id http:/masamri.multiply.com e-mail : amri{at}mq{dot}