Laskar Pelangi Bag. 3

Kamis, 15 Januari 2009 18:47 WIB | 4.178 kali
Laskar Pelangi Bag. 3

Pada halaman 475 novel laskar pelangi, Ikal membahas tentang nasib, usaha dan takdir bagaikan tiga bukit biru sama-samar yang memeluk manusia dalam lena. Mereka yang gagal tak jarang menyalahkan aturan main Tuhan, melalui takdir-Nya, memang mengharuskan mereka miskin.

Bukit-bukit itu membentuk konspirasi rahasia masa depan dan definisi yang sulit dipahami sebagaian orang. Seseorang yang telah berusaha menunggu takdir akan mengubah nasibnya. Sebaliknya, seseorang yang enggan membanting tulang menerima saja nasibnya yang menurutnya takkan berubah karena semua telah ditakdirkan.

Inilah lingkaran iblis yang umumnya melanda para pemalas. Tapi yang pasti, pengalaman selalu menunjukkan bahwa hidup dengan usaha adalah mata yang ditutup untuk  memilih buah-buahan dalam keranjang. Buah apapun yang didapat kita tetap mendapat buah. Sedangkan hidup tanpa usaha adalah mata yang ditutup untuk mencari kucing hitam didalam kamar gelap dan kucingnya tidak ada.

Kasus ini bisa dilihat pada tokoh laskar pelangi yang bernama Mahar. Ia hanya berijasah SMA. Mereka adalah orang sangat genius seperti Lintang dan mungkin seperti temen-temen kita yang lain. Kejeniusannya, dinisbikan secara paksa oleh tanggungjawab pada keluarga.

Mahar tak bisa meninggalkan rumah untuk berkiprah di lingkungan yang lebih mendukung bakatnya sejak ibunya sakit-sakitan karena tua. Sebagai anak tunggal, ia harus merawat ibunya siang malam karena ayahnya telah meninggal.

 

 

Mahar sempat menganggur dan setiap hari, tanpa berusaha, menunggu takdir menyapanya. Ia mengharapkan surat panggilan dari Pemda untuk tenaga honorer. Ketika itu ia berpikir kalau takdir menginginkannya menjadi seorang guru kesenian maka ia tak perlu melamar. Ternyata cara berpikir seperti itu tak berhasil.

Maka ia berusaha menulis artikel-artikel kebudayaan melayu. Artikelnya menarik para petinggi, lalu ia dipercaya membuat dokumentasi permainan anak tradisonal. Dokumen itu berkembang ke bidang-bidang lain seperti kesenian dan bahasa yang membuka kesempatan riset kebudayaan yang luas dan memungkinkannya menulis beberapa buku.

Jika dulu ia tak menulis artikel maka ia takkan pernah menulis buku. Melalui buku-buku itu ia ditakdirkan menjadi seorang nara sumber budaya. Kasus mahar ini, nasib adalah setiap gerakan-gerakan konsisten usahanya dan takdir adalah ujung titik-titik itu. Sekarang Mahar sibuk mengajar dan mengorganisasi berbagai kegiatan budaya.

Sahabat CyberMQ

Tentu saja pekerjaan-pekerjaan itu tak mampu menyokong nafkah ia dan ibunya, maka honor kecil tapi rutin juga Mahar peroleh dari orang-orang pesisir yang meminta bantuannya melatih beruk memetik buah kelapa. Ia sangat ahli dalam bidang ini. Dalam tiga minggu seekor beruk sudah bisa mengguncang-guncang kelapa untuk membedakan mana kelapa yang harus dipetik.

Itulah kisah Mahar kawan, jadi mari kita koreksi cara berpikir kita selama ini, Jangan-jangan, hidup semakin tua dan tenaga semakin berkurang, hasil karya juga tidak pernah ada. Setelah itu, kita menyalahkan takdir.

Berani hadapi tantangan membuat gerakan-gerakan usaha secara konsisten, agar kita bisa menikmati ujung-ujung titik takdir. Atau hidup akan ditelan takdir!!!. Bagaimana pendapat sahabat???.

Masrukhul Amri: Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. Website http://amri.web.id http:/masamri.multiply.com e-mail : amri{at}mq{dot}



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Gagal Yang Sukses
Selasa, 10 Desember 2013 05:17 WIB
Dunia Semakin Sempit, Hati Harus Semakin Luas
Selasa, 12 November 2013 06:04 WIB
Maafkan Aku, Ayah dan Ibu.!
Senin, 20 Mei 2013 06:13 WIB
Kesalahan Pola Hati
Kamis, 27 Mei 2010 13:41 WIB