Begitu juga seorang tukang, kalau dia berani membuat terobosan hidup bisa menjadi kepala tukang, mandor, bahkan pemborong. Namun ada juga yang seumur-umur dia tetap menjadi tukang, sedangkan rumahnya sendiri tetep acak-acakan tak karuan. Persis seperti tukang jahit, bisa membuat jahitan bagus untuk orang lain dan lupa menjahit baju bagus untuk dirinya sendiri. Faktor penyebabnya tentu banyak, namun salah satu yang paling penting adalah kemauan untuk berubah .. berubah ... sekali lagi berubah menjadi lebih baik.
Kesempatan ini, saya tidak membahas masalah proses perubahan dan kecepatannya untuk berubah. Namun, akan membahas masalah seni menjadi laden tukang.
Ada seseorang yang sedang membangun rumah, tidak terlalu luas, dan rumahnya dekat dengan saluran air, serta posisi tanah agak miring. Sehingga temen saya ini, membuat rencana ada ruang dibawah tanah. Hal ini dilakukan, agar tidak terlalu banyak menguruk tanah, disamping juga menambah keindahan tersendiri menurut pemiliknya.
Pemilik rumah ini, ikut berbaur dengan para tukang dan laden tukang. Bahkan, beberapa kali juga ikut memposisikan diri sebagai tukang. Karena posisioningnya menjadi laden tukang, berarti juga harus ikut mengangkat batu, mengaduk, mengangkat adukan dan bahkan ikut juga diparit yang becek untuk mengantar batu dan adukan.
Banyak temen-temennya yang berkomentar, ketika mengetahui pemilik rumahnya ikut menjadi laden tukang. Secara garis besar, kalau dirangkum dari berbagai komentar itu adalah ”Ngapain ikut terjun langsung, menjadi laden tukang, kaya nggak ada kerjaan saja”. Dengan enteng pemilik rumah ini berkata pada beberapa orang yang kebetulan layak untuk diajak diskusi dan berbagai pengalaman. Pemilik rumah ini mengatakan, secara garis besar adalah:” Bukan masalah jadi laden tukang, agar bisa menghemat biaya. Namun dengan menjadi laden tukang, akan banyak ilmu lapangan yang bisa dipelajari. Terutama tentang bangunan dan prilaku mereka”.
Pemilik rumah ini, bahkan mengatakan pada temen-temennya:”Banyak diantara kita, yang jarang terjun langsung dilapangan, sehingga tidak banyak mendapatkan pencerahan ilmu lapangan”.
Sahabat CyberMQ
Kisah sederhana tadi, memang sangat sederhana, namun kisah sederhana yang diserap ilmunya dengan sinergi yang sangat bagus akan menghasilkan kedasyatan perubahan kehidupan.
Kisah laden tukang, yang sebenarnya dia adalah pemilik rumah itu, terinspirasi oleh aktivitas dirinya sebagai konsultan di beberapa perusahaan berstandar internasional. Ketika dia menjadi konsultan, sering mendapat keluhan dari pemilik perusahaan, terutama kalau sedang membangun cerobong asap batubara dan pemasangan mesin-mesin tertentu. Kalau pemilik perusahaan mengambil pekerja dari daerah lingkungan perusahaan atau daerah lain, memang akomodasi bisa murah, tapi total secara keseluruhan selesainya lebih lama dan lebih mahal. Sebab mereka kurang kerja keras dan para insinyur atau yang merasa menjadi insinyur, padahal juga nggak ngerti, tidak pernah terjun langsung.
Kemudian, pemilik perusahaan itu, menambahkan, kalau saya mengambil tenaga-tenaga dari daerah tertentu, terutama negara tertentu, mereka lebih disiplin, cepat dan para insyiyurnya terjun langsung. Sehingga, kalau ada sedikit kesalahan bisa diketahui, sebab mereka ikut terjun langsung. Bahkan ketika sedang ngecor bangunan atau mengangkut batu dan memasang mesin.
Berani menghadapi tantangan untuk terjun langsung dilapangan agar segera menyedot aneka pencerahan pengalaman !!!! Atau hanya pandai diatas kertas, itupun kertasnya sobek lagi he .. he..he... Bagaimana pendapat sahabat ???