Tadi malam sekitar pukul 20.00 WIB, tanggal 7 Agustus 2008, sepulang dari daerah Cibaligo Jihanjuang Cimahi, ketika mengendarai kendaraan ditempat yang sepi, ada seseorang yang sedang berjalan kaki sambil membawa kantong keresek. Sebenarnya, tidak ada yang begitu menarik dari situasi itu, namun entah kena apa, setelah sekitar dua puluh meter, saya mendahuluinya, tiba-tiba hati ingin memberhentikan kendaraan dan menyapa orang yang sedang berjalan sendirian, sambil menawarkan jasa agar menumpang dikendaraan saya. Orang tersebut kaget dan sangat kebingungan, sambil mengatakan: ”Saya tidak punya uang”.
Kemudian, kami katakan lagi:”Ayo pak naik, bapak mau kemana?”. Orang tersebut tetap beberapa kali mengatakan:”Maaf, saya nggak punya uang”., dia mengulangi lagi: ”Bener pak, saya nggak punya uang:”. Kemudian, kami katakan lagi, ayo naik, bareng saya, nggak usah bayar, bapak mau kemana?”. Ketika tangannya saya pegang, baru mereka mau naik, dengan tetap berwajah bingung. Hanya, sudah tidak sempat lagi, mengatakan:”Saya tidak punya uang”.
Diperjalanan, kami ngobrol ringan, sana sini. Obrolan awal-awal, belum begitu nyambung, kelihatannya beliau masih bingung, kalau nanti ditarik bayaran. Kemudian kami ngobrol tentang tujuan mau kemana, putranya berapa, dan sekarang tempat tinggal dimana. Rupanya orang ini, seorang kuli bangunan yang baru dua minggu di Bandung. Mau menjenguk anaknya sambil membawa singkong di kantong keresek untuk oleh-oleh anak perempuannya yang sudah dua tahun merantau ke Bandung kerja apa saja.
Beliau cerita, bahwa anak perempuannya tamatan SMA, sudah dua tahun di Bandung kerja apa saja dan sekarang sedang melamar sebagai Satpam di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Kemudian, beliau juga cerita, bahwa kerja sudah dua minggu belum mendapat gaji, sebab majikan tempat dia bekerja, kelihatannya juga belum ada dana. Kemudian saya tanya lagi, kenapa tidak pindah kerja saja pak?. Beliau menjawab: Cari kerja susah, dan saya punya keyakinan bahwa nanti kalau majikan sudah ada uang semoga akan dibayar.
Setelah ngobrol beberapa lama, akhirnya kami sudah sampai tujuan. Beliau turun, untuk menemui anaknya yang sudah dua tahun merantau dan saya juga menuju ke rumah untuk menemui anak dan istri.
Sahabat CyberMQ
Kisah sederhana ini, memang terlihat biasa saja. Namun sebenarnya, banyak hikmah yang sangat dahsyat bagi kita yang berani belajar dari kehidupan. Misalnya, pertama beliau harus mengantar singkong ke anak perempuannya dengan rencana harus berjalan kaki sekitar empat kilo meter, karena memang tidak punya uang; kedua kami mendapat sahabat pencerah kehidupan, tanpa harus mengurangi bensin dan daya waktu perjalanan; ketiga hidup ini memang beraneka ragam, setengah jam sebelum bertemu orang tersebut kami berjumpa dengan orang-orang yang sangat berkecukupan uang dengan sifat syukurnya, kemudian berjumpa juga dengan seorang kuli bangunan yang sudah dua minggu belum mendapatkan gaji juga tetap dengan sifat optimis rasa syukurnya. Rasanya malu, kalau hidup kita selalu dengan keluhan dan keluhan yang menyebalkan diri sendiri dan juga lingkungan.
Berani menghadapi kenyamanan hidup, dengan cara tetap melangkah dan melangkah. Tentu, langkah dengan penuh rasa syukur, apapun kondisinya !!! Bagaimana pendapat sahabat.