Yang penting Kucing

Amri Knowledge Entreprene | Kamis, 05 Juni 2008 14:09 WIB | 3.697 kali
Yang penting Kucing
Diantara kita tentu kenal dengan binatang kucing, dan juga tahu tentang istilah “membeli kucing dalam karung”. Mungkin inti makna membeli kucing dalam karung adalah jangan sampai kita membeli sesuatu, atau menginginkan sesuatu yang kita belum tahu dulu apa yang akan kita beli atau inginkan.

Tanggal 31 Mei 2008, saya sangat dikejutkan oleh istilah “yang penting kucing”. Kalimat ini muncul dari seseorang yang sudah tiga tahun ikut meringankan beban keluarga kami. Beliau mencuci, memandikan anak, memasak, menyetlika dan beberapa aktivitas dikeluarga kami.

Kisahnya sangat sederhana, yaitu suatu ketika dia menerima telepon salah sambung dari seorang laki-laki. Entah kena apa, setelah salah sambung itu, akhirnya mereka saling sms dan telepon. Hal ini terjadi sekitar dua minggu yang lalu. Dari hasil sms dan telepon, akhirnya mereka bersepakat untuk menikah.

Akhirnya pihak laki-laki ke rumah dan ditemani saudara saya untuk saling dipertemukan dengan kedua orang tuanya. Ketika pihak laki-laki ke rumah, usianya sekitar 33 tahun dan orang yang sudah tiga tahun ikut meringankan keluarga kami usianya menginjak 23 tahun.

Kami tidak membahas masalah pernikahannya, namun saya akan membahas masalah yang sangat mengejutkan. Ketika pihak laki-laki dan pihak orang yang bertempat tinggal di rumah kami memutuskan untuk menikah, adalah belum pernah saling bertemu, kecuali melalui sms dan telepon salah sambung itu.

Ketika kami bertanya, ”Mbak kenapa khok berani memutuskan menikah?” Apa tidak sebaiknya, ketemuan dulu, sekali saja, kalau cocok baru diputuskan hari pernikahannya”. Apakah tidak seperti membeli kucing dalam karung? Dengan polos, dia menjawab ”Nggak apa-apa pak, membeli kucing dalam karung, toh tetap kucing khan pak”. Ketika mendapat jawaban itu, saya sangat kaget, begitu luar biasa jawabannya. Hati saya menjawab betul juga yeach .... kucing dalam karung, toh yang penting kucing, bukan binatang lain, misalnya gajah, kerbau atau binatang-binatang lainnya.

Ini ilmu sangat luar biasa, mereka berdua berani melangkah tanpa takut membeli kucing dalam karung. Sebab tujuan mereka berdua adalah yang penting kucing dan bukan binatang lain. Niat keberanian untuk segera menikah tanpa banyak pertimbangan, ditambah niat suci untuk berumah tangga, ketika bertemu dan langsung cocok, kemudian menikah. Dan mereka memang, niatnya menikah, semoga dapat keberkahan Allah. Mereka tidak memberi ruang setan dalam hatinya, tentang takut tidak cocok. Mereka yakin, pasangannya menurut jenisnya sendiri, sesuai dengan pesan agama. Jadi, yang penting manusia, bukan gajah, kuda, kerbau atau berbagai jenis binatang lainnya.

Beda dengan kebanyakan diantara kita, terlalu banyak teori dan keilmuan, tapi miskin dalam segera bertindak. Dampaknya tidak berani segera melangkah, karena merasa belum kenal dekat. Sehingga banyak diantara kita, terlalu banyak mengenal calon pasangan dan sebagaian besar menjadi kebablasan.

Sahabat CyberMQ

Saya tidak tahu, mengapa sahabat yang sudah tiga tahun membantu meringankan keluarga kami ini, khok berani langsung memutuskan menikah, padahal belum kenal sama sekali. Setahu saya, dia belum membaca buku (1) Mohammad Fauzil Adhim, kupinang engkau dengan hamdalah; (2) Mohammad Fauzil Adhim, saatnya menikah; (3) Salim A. Fillah, nikmatnya pacaran setelah menikah; (4) Salim A. Fillah, bahagianya merayakan cinta dan aneka buku lainnya yang membahas tentang pernikahan.

Setahu saya, dia hanya pernah membaca Novel ayat-ayat cinta yang ada dirumah karangan Habiburahman El Shirazy yang filmnya sangat terkenal dan bahkan Mally Guslow terispirasi membuat lagu setelah membaca novel ayat-ayat cinta, kemudian lagunya bergema dimana-mana yang dilantunkan oleh Rossa. Dia juga membaca novel ketika cinta bertasbih juga karangan Habiburahman El Shirazy yang sekarang sedang dalam proses pembuatan film. Oh .. yeach ... lupa, dia juga membaca novel Laskar pelangi, sang pemimpi, dan edensor karangan Andrea Hirata.

Dari semua novel yang dibaca, sering mengeluhkan tidak paham semuanya, sebab maaf, pendidikannya juga tidak terlalu tinggi, hanya lulusan SD kampung. Mungkin yang paling paham hanya novel ayat-ayat cinta, sebab dibantu oleh filmnya. Tapi kami sekeluarga sangat angkat topi, dengan keberaniannya, memaknai ”kucing dalam karung”, dengan makna positif ”yang penting kucing”. Mereka berdua tidak lulus perguruan tinggi dan aneka kursus serta pelatihan pernikahan, namun mereka berdua lulus ”Marriage University”, yaitu universitas pernikahan. Bagi mereka, yang penting kucing, dan tidak pusing dengan kucing dalam karung.

Selamat menikah sahabatku, engkau adalah guru kehidupanku. Semoga juga menjadi guru-guru sahabatku yang lain. Sebab banyak orang terlalu kebanyakan membaca buku-buku tentang pernikahan, kursus pernikahan, namun ilmu yang dimiliki itu, justru mengunci keberaniannya untuk menikah. Sehingga mereka sering kerumah untuk konsultasi masalah pernikahan yang menyebabkan kami tidak akat topi, tapi angkat kaki, karena terlalu jenuh, ditanya sana-sini, berulang-ulang dan tidak segera bertindak.

Sahabat, hidup manusia penakut, selalu terjebak oleh mental negatif ”Kucing dalam karung”, namun manusia pemberani, berani berpikir dan bertindak berbeda, yaitu ”Yang penting kucing”. Berani hadapi tantangan, yang penting kuncing!!! Bagaimana pendapat sahabat???

Masrukhul Amri: Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Daarut Tauhiid Bandung, sampai sekarang mengasuh acara MQ Enlightenment di 102.7 MQ FM. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. Website http://amri.web.id e-mail : amri{at}mq{dot}



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Gagal Yang Sukses
Selasa, 10 Desember 2013 05:17 WIB
Dunia Semakin Sempit, Hati Harus Semakin Luas
Selasa, 12 November 2013 06:04 WIB
Maafkan Aku, Ayah dan Ibu.!
Senin, 20 Mei 2013 06:13 WIB
Kesalahan Pola Hati
Kamis, 27 Mei 2010 13:41 WIB