Namanya suka warna, maka warna keindahan disana sangat bervariatif dan menyenangkan, walaupun disana-sini, sudah banyak dirusak oleh orang-orang yang kaya harta namun miskin hati nurani, dan juga miskin harta ditambah miskin hati nurani. Sehingga, keindahan alam yang diciptakan sang Maha Pencipta, dengan tidak punya rasa malu kita sering merusaknya.
Ok … saya tidak membahas masalah itu lebih panjang lagi, sebab tidak akan ada habisnya, kecuali kita semua punya kekayaan hati untuk menjaga kekayaan keindahan yang sudah diberikan oleh sang Pencipta di daerah sekitar Gunung Tangkuban Parahu dan Gunung Burangrang.
Pada tanggal 10 Januari 2008 kita baru 10 hari memasuki tahun baru Masehi, dan pada tanggal itu, kita memasuki tahun baru Hijriah 14 29, dua tahun yang berbeda ini, punya kemaknaan yang sama yaitu hari dan tahun selalu berubah dan berubah menjadi semakin banyak, tapi umur kita semakin berkurang.
Seperti biasa, kalau hari libur, apalagi libur panjang, kalau istilah pemerintahan adalah cuti bersama. Saya sering mendapat pesanan melalui sms, telepon, fax, atau email dan chating, yang intinya adalah temen-temen dari pelosok Nusantara ingin berlibur di Bandung dan mengisi sebagian waktunya untuk bersepeda.
Sebagai sahabat, tentunya saya sangat senang sekali, disamping bisa menjalin silaturahmi, juga bisa dijadikan ajang jejaring bisnis dengan modal murah meriah dan sehat lagi.
Pukul 07.30 WIB, seperti biasa, temen-temen sudah berkumpul di Gasibu Bandung, tapi saya tidak ikut kesana, sebab sebagian teman mau meluncur kedaerah kami yaitu sekitar Jl. Setiabudi. Karena menunggu banyak teman, akhirnya agak sedikit telat, namun rombongan masih terjaga stamina semangatnya.
Rombongan, setelah sarapan pagi di “Foot Spot” Daarut Tauhiid, kami membawanya ke Pondok Hijau, Setiabudi Regensi, Parompong, Kavaleri pasukan berkuda, Villa Merah, Pabrik Teh, perkebunan teh Suka Warna, menyisir perbukitan Tangkuban Parahau, Turunan Jaya Giri, makan siang agak kesorean di Ayam Bakar Brebes, Turunan Cijengkol sambil hujan deras sekali, dan pulang masing-masing.
Umur peserta sangat bervariatif antara 19 tahun sampai 63 tahun, jenis sepeda mulai harga 1 juta sampai 55 juta bahkan ada yang sepedahnya dijual saja nggak laku, karena sangat jelek, pekerjaannya mulai seorang pembisnis, investor, penerjun payung, pelatih golf, eksekutif, karyawan supervisor, karyawan biasa, mahasiswa, pensiunan dan bahkan ada yang baru di PHK dari pekerjaan. Semua jenis variasi itu, berkumpul tanpa ada kesombongan dan keminderan, semuanya senang-senang saja. Inilah ciri bersepeda, tidak berbicara status apapun.
Karena pesertanya sangat bervariatif, maka waktu tempuh menjadi sangat panjang, tapi menyenangkan, kemudian kami berpisah, saya sampai rumah pukul 17.00 dengan pakaian basah kuyup penuh semangat, mungkin yang lain sampai pukul 19.00 WIB, sebab perjalanan ada yang masih jauh dan kondisi hujan lebat.
Sahabat CyberMQ
Bicara peluang bisnis dan pencerahan hidup, insyaAllah sangat banyak. Apa saja itu? Rahasia dong he..he… kecuali kalau temen-temen mau bersepeda bareng, baru dapat bocoran, atau bahkan belum dapat bocoranpun, temen-temen sudah mendapat pencerahan dan peluang bisnis sendiri.
Rahmat Sang Pencipta yang Maha Kaya dan Maha Kuasa, menyediakan peluang jejaring bisnis dan pencerahan yang bertebaran dimana-mana. Permasalahannya adalah apakah kita selalu punya semangat stamina silaturahmi atau tidak. Itu saja kuncinya.
Berani menghadapi semangat stamina bersepeda agar sehat rekening fisik, rekening hati, dan tentunya rekening keuangan kita, atau kita miskin semangat stamina kesehatan rekening fisik, rekening hati, dan rekening keuangan!!! Bagaimana pendapat sahabat ???