Kelihatannya sangat sederhana, apa hubungannya antara pakaian dengan prilaku kita sehari-hari, namun yang jelas, pakaian ada pengaruh sangat signifikan terhadap gaya kita dalam berprilaku.
Ketika saya beserta istri, sholat subuh di Masjid Daarut Tauhiid, biasanya istri langsung memakai pakaian seperangkat sholat dari rumah, dengan alasan agar lebih praktis, juga membantu mengurangi rasa dingin. Sedangkan saya, kalau shalat subuh lebih senang pakai sarung dan baju koko agak tebal, disamping untuk mengurangi rasa dingin dan praktis, juga bisa untuk mengenang ketika masa kecil dulu di pesantren. Sedangkan shalat-shalat lainnya, lebih sering memakai pakaian yang disesuaikan dengan kondisi saai itu.
Setelah sholat subuh, biasanya saya langsung membuka internet untuk mengecek email dan mencari berita-berita baru. Pada saat itu, sekitar pukul 05.15 WIB, langsung tukar pakaian dari baju koko dan sarung, menjadi baju sepeda dan celana olah raga. Sebab, biasanya antara jam 06.00-07.00 kami berangkat bersepeda ke Lembang (Daerah Pegunungan di Bandung Utara) dan pulang antara pukul 08.00-09.30 WIB. Kecuali kalau pagi-pagi ada acara atau sedang keluar kota, aktivitas rutin itu, terpaksa ditunda.
Dua kebiasaan yang berbeda, yaitu subuh ke masjid, memakai sarung dan baju koko sedangkan istri memakai seperangkat alat shalat, biasanya cara berjalan, pola pikir dan lain sebagainya akan berbeda dibanding ketika saya pulang dari shalat subuh kemudian memakai baju sepeda dan celana olah raga.
Begitu juga, ketika kami mengisi acara dengan beberapa eksekutif, baik di Bandung, Jakarta, maupun luar jawa, kemudian baju resmi berdasi, celana katun, dan memakai jas, ganyanya akan berbeda bila dibanding ketika mengisi pelatihan out bond, dengan menggunakan PDL-Pakaian Dinas Lapangan yang disertai dengan sepatu lapangan, apalagi memakai sepatu laras seperti tentara.
Ketika saya masuk beberapa bank, dengan hari yang berbeda, biasanya gaya pelayanan, senyum dan lain sebagainya, para karyawan bank pada hari Senin, Selasa, Rabu, dan Kamis, akan berbeda bila saya datang pada hari Jumat. Sebab beberapa bank, membuat peraturan baru, yaitu setiap hari Jumat pakai kaos berkerah dan celana jean. Itupun, juga tidak jauh berbeda, ketika saya masuk kantor Telkom.
Kisah-kisah sederhana tadi, sebenarnya bisa juga ditransfer ke aktivitas lainnya, terutama yang berkaitan dengan pakaian. Misalnya, ketika angkatan laut yang ada di Surabaya sedang memakai pakaian putih-putih, biasanya jauh berbeda gayanya dibanding ketika sedang memakai pakaian seragam tempur atau doreng.
Ketika sebuah TK (Taman Kanak-Kanak) pada hari Sabtu, diberi kesempatan oleh pihak sekolah untuk memakai pakaian bebas, biasanya oleh orang tuanya, diberi pakaian yang bagus dan banyak juga yang memakai pakaian pesta. Ketika itu, hampir 90 % anak-anak TK itu, tidak bisa bermain bebas, apalagi bermain lumpur atau prosotan. Namun, ketika kami mengusulkan kepada pihak sekolah tertentu, yaitu hari Sabtu anak didik diajurkan memakai pakaian bebas, lebih ditekankan bebas namun yang jelek, maka anak-anak di sekolahan lebih ceria, lebih bebas, lebih pemberani untuk main prosotan, lumpur, loncat-loncat dan lain sebagainya.
Kalau masalah pakaian ini, dijadikan sebagai bahan ispirasi bagi sahabat-sahabat kita di IPDN-Institut Pemerintahan Dalam Negeri yang kahir-akhir ini lebih terkenal dengan kekerasannya, sehingga banyak yang meninggal. Maka, banyak usulan-usulan terhadap pembenahan IPDN tersebut. Salah satunya adalah pemotongan satu generasi, rombak kurikulum, ganti namanya dan lain sebagainya.
Kalau saya boleh mengusulkan, semoga bisa menjadi salah satu bahan pencerahan, maka sebaiknya seragam IPDN itu diganti total. Kemudian ada pertanyaan:”Apa hubungannya antara seragam dengan kekerasan?”. Maka jawabannya sangat sederhana yaitu:”Hubungannya sangat erat”, mirip dengan pengalaman-pengalaman diatas tadi.
Ketika para mahasiswa di IPDN dengan seragam PDL-Pakaian Dinas Lapangan dan PDH-Pakaian Dinas Harian, hasil pengamatan kami bertahun-tahun, kelihatannya kurang tepat. Contoh sederhana saja, ketika mereka memakai pakaian PDH-Pakian Dinas Harian yang berwarna coklat kemudian bentuknya seperti pakaian PDH angkatan laut maupun PDH Angkatan Darat. Apalagi ketika memakai PDL-Pakaian Dinas Lapangan.
Seragam ini, mempengaruhi secara spikologis, seakan-akan mereka seperti tentara atau seakan-akan mereka pejabat. Padahal, mereka sebenarnya masih seorang mahasiswa seperti kampus-kampus lainnya. Kalau memang mereka tentara atau polisi, secara psikologis memakai seragam seperti itu secara psikologis siap siap, namun mereka adalah orang sipil, jadi tidak siap.
Sahabat CyberMQ
Kalau tidak percaya, hubungan antara pakaian dan gaya kita secara psikologis, silahkan sekali-kali sahabat memakai sarung dan baju koko, celana jean dan baju koko, celana jean dan kaos oblong, celana jean dan batik, celana olah raga dan kaos, baju sepeda dan helm sepeda atau kombinasi-kombinasi pakaian apa saja. Secara psikologis, gaya kita akan berbeda.
Ini bukan berarti pakaian jenis tertentu lebih bagus dibanding pakaian lainnya, ini masalah pakaian dan gaya psikologis kita dalam kehidupan. Intinya, pakaian cocok untuk hari-hari tertentu, belum tentu cocok untuk hari-hari lainnya, atau pakaian cocok untuk lembaga tertentu, belum tentu cocok untuk lembaga lainnya.
Secara pribadi, pakaian seragam mahasiswa IPDN tidak cocok untuk mereka, sebab mereka bukan tentara dan juga bukan seorang pejabat. Kalau tidak siap, secara psikologis, dirinya akan bergaya seperti tentara atau bergaya seperti pejabat.
Sahabat, berani hadapi berubah pakaian dalam bekerja, keseharian, dan aktivitas lainnya secara tepat, semoga kita semakin kreatif dan produktif. Secara jujur, tulisan ini, saya buat pukul 14.30 WIB di Virtual Office kami dan sedang memakai pakaian kaos sepeda dan celana olah dan secara psikologis, seakan-akan saya akan berolah raga agar fisik semakain sehat. Doakan, kalau tidak hujan, setelah shalat Asyar akan bersepeda.
Berani hadapi tantangan, selamat mencoba??? Bagaimana pendapat sahabat !!!
Masrukhul Amri: Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Daarut Tauhiid Bandung, sampai sekarang mengasuh acara MQ Enlightenment di 102.7 MQ FM. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. e-mail : amri{at}mq{dot} co{dot}id