Mudahnya Menghancurkan Dunia

Amri Knowledge Entreprene | Kamis, 22 Februari 2007 09:31 WIB | 5.079 kali
Mudahnya Menghancurkan Dunia

Rasulullah saw bersabda: Dunia ini ibarat kebun yang dihiasi dengan empat ornamen: (1) Ilmunya para ulama; (2) Keadilan para pemimpin; (3) Kemurahan orang-orang kaya; (4) Doanya orang-orang fakir.

Pertama, ilmunya para ulama

Kalau kita menginginkan masyarakat, bangsa dan dunia ingin segera hancur, cara pertama adalah kalau kita jadi ulama, jadilah ulama yang banyak ilmu, namun ilmunya bikin bingung ummat.

Kedua, keadilan para pemimpin

Begitu juga kalau kita ingin masyarakat, bangsa dan dunia ingin segera hancur, cara kedua adalah kalau kita jadi pemimpin, jadilah pemimpin yang tidak adil. Yaitu pemimpin yang membuat hukum dan peraturan justru dikemas untuk menyelematkan diri dan menghancurkan orang lain, bukan untuk menegakkan keadilan.

Ketiga, kemurahan orang-orang kaya

Kalau kita menginnginkan masyarakat, bangsa dan dunia ingin segera hancur, cara ketiga adalah kalau kita kebetulan berkelimpahan rizki karena kegigihan dan rahmat dari Allah swt, jadilah hartawan yang kikir dan merasa bahwa itu semua menjadi hak miliknya. Kikir kepada yang fakir dan bahkan meremehkan orang fakir.

Keempat, doa orang-orang fakir.

Kalau kita jadi fakir, ujian terberat adalah meningkatkan kesabaran atas kefakirannya. Ketika kita, fakir harta, kemudian melihat banyak ulama yang ilmunya tidak teramalkan optimal, melihat pemimpin tidak adil dan ditambah kekikiran orang-orang kaya, maka kefakiran harta kita akan mempengaruhi kefakiran hati kita. Kalau hati kita sudah fakir, salah satu penyakit yang tumbuh subur adalah, tergoda ingin berdoa yang jelek. Terutama ditujukan kepada para ulama, pemimpin, orang-orang kaya dan bahkan berdoa jelek kepada dirinya sendiri.

Sahabat CyberMQ

Secara jujur, kita pasti ingin menjadi ulama yang diperhitungkan karena bisa mengikuti perkembangan zaman, sehingga bisa menjadi pemimpin yang adil, kemudian punya kekayaan berlimpah, ditambah juga kemampuan dengan ikhlas untuk menyalurkan hartanya kepada fakir miskin.

Namun, kalau itu semua tidak bisa kita dapatkan, walaupun kita sudah bersungguh-sungguh untuk meraihnya, minimal kita bisa mengoptimalkan posisi kita saat ini. Kalau jadi ulama, mari menjadi ulama penuh berkah dan tidak membikin bingung ummat. Kalau jadi pemimpin, ini merupakan kesempatan menegakkan keadilan dengan rambu-rambu dan peraturan yang benar dan produktif. Kalau jadi orang kaya, hiasi dunia ini dengan kedermawanan, sebab dengan kedermawanan itu, kekayaan kita akan berkelimpahan keberkahan. Begitu juga, kalau jadi orang fakir, jangan sampai kefakiran kita menghacurkan kesabaran kita, sebab hancurnya kesabaran karena kefakiran, berkecenderungan untuk mendoakan kejelekan kepada para ulama, pemimpim dan para hartawan.

Mari kita tingkatkan harga diri kita sebagai ulama agar ilmunya bermanfaat, harga diri kita sebagai pemimpin agar adil, harga diri kita sebagai hartawan agar mau berkelimpahan keberkahan karena banyak sedekah, dan harga diri kita sebagai orang fakir yang tidak mudah tersinggung, sehingga tidak berkecenderungan mendoakan jelek kepada orang lain.

Berani hadapi tantangan menghiasi dunia ini, sesuai dengan porsi kita saat ini dan mendoakan orang lain agar mengoptimalkan potensi posinya!!! Bagaimana pendapat sahabat???

Masrukhul Amri: Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Daarut Tauhiid Bandung, sampai sekarang mengasuh acara MQ Enlightenment di 102.7 MQ FM. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional, MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. e-mail : amri{at}mq{dot} co{dot}id



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Gagal Yang Sukses
Selasa, 10 Desember 2013 05:17 WIB
Dunia Semakin Sempit, Hati Harus Semakin Luas
Selasa, 12 November 2013 06:04 WIB
Maafkan Aku, Ayah dan Ibu.!
Senin, 20 Mei 2013 06:13 WIB
Kesalahan Pola Hati
Kamis, 27 Mei 2010 13:41 WIB