Merdeka yang Terjajah

Amri Knowledge Entreprene | Jum'at, 11 Agustus 2006 10:46 WIB | 4.407 kali
Merdeka yang Terjajah

Alhamdulillah, bangsa yang kita sayangi ini akan merayakan ulang tahun kemerdekaannya yang ke-61.
 
Ada banyak hal yang mengganjal kehidupan dalam kondisi kemerdekaan ini, yaitu merdeka yang terjajah.
 
Merdeka yang terjajah, sangat berbahaya, dan lebih berbahaya lagi, merdeka yang terjajah oleh dirinya sendiri.
 
Salah satu bentuk merdeka yang terjajah oleh dirinya sendiri adalah merayakan kemerdekaan dengan meminta sumbangan di jalan-jalan tanpa ada imbalan jasa terhadap yang menyumbang. Dan uang hasil sumbangan tidak diproduktifkan ketika memperingati hari kemerdekaan.
 
Mari kita sama-sama merenung diri dan juga mengintropeksi diri. Pada bulan agustus ini, begitu ramai di jalan-jalan bangsa kita ini, akan diadakan kegiatan memperingati hari kemerdekaan. Namun, ketika bangsa yang kita cintai ini mau jujur, hampir semua kegiatan terpondasi oleh mental meminta-minta sumbangan belas kasihan tanpa kita ini memberi nilai imbal jasa kepada pemberi sumbangan. Kiita meminta sumbangan dengan uang tertentu di jalan-jalan yang sering mengurangi kenyamanan perjalanan. 
 
Sebenarnya, tidak terlalu salah untuk meminta sumbangan. Hanya saja, marilah kita meminta sumbangan dengan cara saling memberi imbalan jasa, walaupun belum optimal.
 
Misalnya, kita menyediakan produk tertentu, kemudian kita jual dengan harga tertentu yang wajar dan diinformasikan ke pembeli bahwa keuntungan dari penjualan barang itu untuk memperingati hari kemerdekaan bangsa ini dengan cara yang produktif.

Jadi, pihak panitia kemerdekaan menawarkan produk tertentu, yang mungkin saja sedikit lebih mahal dibanding di pasaran, namun pembeli diberi tahu bahwa hasil penjualan ini akan digunakan untuk kegiatan kemerdekaan yang dikemas secara produktif.

Aktivitas seperti ini, diharapkan akan mampu melatih anak bangsa ini menjadi anak bangsa yang punya harga diri, bukan anak bangsa yang selalu ingin diberi belas kasihan. Apalagi hasil belas kasihannya digunakan untuk hal-hal yang sangat kurang produktif.

Sahabat CyberMQ,

Kalau diantara kita, sebagai anak bangsa, mau bersungguh-sungguh untuk menjadi anak bangsa yang mempunyai nilai konstribusi produktif kepada bangsa yang merdeka ini, Insya Allah bangsa kita akan menjadi bangsa yang dihargai oleh bangsa lain, karena semua anak bangsa memang layak untuk dihargai.

Nikmatilah hidup tetap terjajah, kalau kita tidak pernah berani “Memproklamasikan Diri”, menjadi bangsa mandiri dan punya harga diri. Berani hadapi tantangan? Bagaimana pendapat sahabat !!!

Masrukhul Amri:
Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Daarut Tauhiid Bandung, sampai sekarang mengasuh acara MQ Enlightenment di 102.7 MQ FM. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional, MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. e-mail : amri@mq.co.id
 



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Gagal Yang Sukses
Selasa, 10 Desember 2013 05:17 WIB
Dunia Semakin Sempit, Hati Harus Semakin Luas
Selasa, 12 November 2013 06:04 WIB
Maafkan Aku, Ayah dan Ibu.!
Senin, 20 Mei 2013 06:13 WIB
Kesalahan Pola Hati
Kamis, 27 Mei 2010 13:41 WIB