Tulisan ini, saya hadiahkan khusus kepada teman-teman yang mengikuti SPMB, baik yang diterima ataupun yang gagal. Namun, tulisan ini lebih dikhususkan bagi yang gagal, padahal dirinya sangat pandai, sedangkan yang biasa-biasa saja justru malah diterima.
Sekitar delapan tahun lalu, ada sekelompok temen-temen SMU sangat unggulan membuat group berjumlah 10 orang. Kumpulan temen-temen sangat pandai tersebut, tentunya tetap ada yang paling pandai. Karena paling pandai diantara yang sangat pandai, maka dia ditunjuk sebagai tim leader spesialis masuk SPMB.
Ketika pengumuman SPMB ada di Koran dan internet, sebuah kejutan luar biasa yang sangat memukul tim leader spesialis masuk SPMB tersebut. Bagaimana tidak mengejutkan dan sekaligus menyedihkan, sepuluh siswa yang sangat pandai dan dirinya terpandai diantara yang sangat pandai justru tidak diterima SPMB. Sedangkan, temen-temennya yang sembilan orang diterima di Perguruan tinggi yang berlogo gajah duduk, yaitu ITB.
Sahabat saya yang terpandai diantara yang paling pandai, betul-betul kecewa dan malu, sebab dirinya justru yang sering membantu sembilan temen-temennya dalam menyelesaikan soal-soal persiapan SPMB. Disamping itu, beberapa kali hasil try out, dirinya menunjukkan nilai tertinggi dengan jarak sangat jauh bila dibanding dengan yang ranking dua, tiga, empat dan seterusnya.
Kegagalan dirinya, yang memang luar biasa pandainya itu, menyebabkan tidak mau keluar rumah selama tiga bulan penuh dan tidak berani pulang ke rumahnya yang berada di luar pulau jawa. Temen saya ini, sejak tamat SLTP, merantau khusus ke pulau jawa untuk mencari SMU favorit, sebagai persiapan masuk perguruan tinggi terfavorit juga.
Suatu ketika, sahabat ini mengirim SMS untuk konsultasi kepada saya dengan identitas sangat dirahasiakan. Namun ketika kami desak, dengan sedikit ancaman bahwa saya tidak mau melayani konsultasi dengan identitas dirahasiakan dan saya yakinkan bahwa rahasia dirinya akan tetap terjaga. Akhirnya, temen saya ini mau menunjukkan identitas diri dan sekaligus bersedia berjumpa, walaupun terlihat raut muka diri yang gelisah, sedih dan sekaligus marah atas kegagalan SPMB, padahal dirinya sangat luar biasa cerdasnya.
Setelah diskusi beberapa kali, akhirnya kami mengadakan kesepakatan membuat strategi baru menghadapi kegagalan SPMB dalam bentuk konpensasi positif jangka panjang. Temen saya ini, akhirnya mengikuti saran, yaitu mengambil perguruan tinggi Swasta di kota Bandung. Sebenarnya, agak keberatan juga, kuliah di perguruan tinggi swasta itu, namun setelah diterangkan strategi jangka panjangnya, dengan sedikit masih ragu-ragu, mau juga kuliah.
Strategi jangka panjangnya sangat sederhana, yaitu temen saya ini disarankan untuk mengambil kuliah dari perguruan tinggi swasta harus tepat waktu, yaitu empat tahun harus lulus. Setelah lulus, tidak usah langsung berkerja, namun melanjutkan S-2 pada perguruan tinggi yang dulu menyebabkan dirinya gagal.
Alhamdulillah, temen saya ini bisa lulus S-1 di perguruan tinggi Swasta tepat waktu yaitu empat tahun dengan indek prestasi 3.75 yaitu sangat memuaskan. Setelah itu, langsung mengambil S-2 di perguruan tinggi yang menyebabkan dirinya tidak diterima ketika SPMB dengan waktu tempuh perkuliahan dua setengah tahun, dengan indek prestasi 3.8 yaitu sangat memuaskan.
Sebuah kejutan yang sangat luar biasa, ketika dirinya mengikuti Wisuda S-2, bertemu dengan beberapa temen yang dulu masuk perguruan tinggi negeri favorit yang juga sedang mengikuti Wisuda. Hanya bedanya, temen saya ini wisuda S-2, sedangkan temen-temen yang lain sekitar enam orang mengikuti wisuda S-1, dan beberapa lainnya yang tiga orang tidak terlihat, karena memang belum selesai kuliah.
Sahabat cyberMQ,
Hidup ini, penuh dengan kejutan yang sangat tidak terduga. Oleh karena itu, nikmati saja kejutan-kejutan tak terduga itu. Kita bukan Allah Swt, maka biarlah diri kita diatur oleh Allah Swt. Tugas kita sangat sederhana, kalau lapang bersyukur dan kalau sempit bersabar. Marilah, diri kita ini, dilatih untuk menjadi gigih optimal agar bisa syukur optimal dan sabar optimal.
Semoga hadiah tulisan sederhana ini, menjadikan kita berani menghadapi tantangan hidup bersyukur ketika diterima SPMB dan bersyabar ketika gagal diterima SPMB, walupun diri kita super pandai diantara temen-temen kita yang sangat pandai!!!. Bagaimana pendapat sahabat ???
Masrukhul Amri: Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Daarut Tauhiid Bandung, sampai sekarang mengasuh acara MQ Enlightenment di 102.7 MQ FM. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional, MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. e-mail : amri@mq.co.id