Kutu Buku dan Bukunya Kutuan

Amri Knowledge Entreprene | Kamis, 13 Juli 2006 08:06 WIB | 4.560 kali
Kutu Buku dan Bukunya Kutuan

Pertama, orang yang bacaannya antara satu sampai sepuluh buku, prilakunya adalah merasa dirinya pandai dan orang lain bodoh. Kedua, orang yang bacaannya antara sebelas sampai seribu buku, prilakunya adalah merasa dirinya pandai dan orang lain juga pandai. Ketiga, orang yang bacaannya diatas seribu, prilakunya adalah merasa dirinya bodoh dan orang lain pandai.

Jadi, kalau kita selama ini merasa diri pandai, mari kita segera mengoreksi diri, jangan-jangan memang bacaan kita hanya sedikit dan itupun bacaan-bacaan yang sebenarnya tidak perlu dibaca.

Berbicara tentang kutu buku atau bahkan bukunya kutuan, terjadi pada ketiga level diatas, yaitu (1) Bacaannya bisa antara satu sampai sepuluh, sebelas sampai seribu, atau di atas seribu, hanya kita mengalami pemahaman yang salah terhadap buku yang kita baca itu. (2) Bacaanya bisa antara satu sampai sepuluh, sebelas sampai seribu, atau di atas seribu, namun kita membaca buku-buku yang salah. Namun, buku-buku yang salah, jumlahnya sangat sedikit dan kadang-kadang hanya karena perbedaan persepsi saja.

Kalau kita membaca buku antara satu sampai sepuluh, sebelas sampai seribu, atau di atas seribu dengan pemahaman yang sangat bagus saja, belum tentu kita akan mendapat pencerahan, kalau bacaan buku yang banyak itu, sifatnya hanya vertikal yaitu pendalaman buku yang sejenis saja. Misalnya, marketing saja, keuangan saja, pertanian saja dan lain sebagainya.

Harusnya bagi kita adalah bacaannya lebih dari seribu dan sifat buku bacaannya adalah lateral yaitu pendalaman buku yang tidak sejenis. Misalnya kombinasi antara marketing, keuangan, pertanian, pengembangan kepribadian, mesin dan lain sebagainya.


Sahabat CyberMQ,

Suatu ketika ada seseorang yang bukunya sangat banyak dan berbagai jenis disiplin ilmu. Pada suatu hari, ada beberapa teman dan saudaranya yang berkunjung ke rumah. Ketika melihat buku yang banyak itu, mereka berkomentar: "Buat apa, beli buku banyak-banyak kalau tidak dibaca semua." Tuan rumah itu, hanya diam saja. Namun suatu ketika temen saya ini berkunjung ke orang-orang yang berkomentar tadi. Ketika melihat kamarnya sangat banyak, temen saya ini berkomentar: "Buat apa, buat kamar banyak-banyak, kalau tidak ditiduri semua."

Sebenarnya pemilik buku yang banyak ini tidak salah kalau belum dibaca semua. Sebab, kadang-kadang kitapun membaca buku sesuai dengan kebutuhan pada saat itu dan bahkan buku itu bisa dijadikan jamuan bacaan apabila ada tamu. Begitupun, pemilik kamar yang banyak itu tidak salah kalau kamarnya tidak ditiduri semua setiap malam. Sebab, kadang-kadang kitapun menggunakan kamar itu sesuai dengan kebutuhan saat itu dan bahkan kamar itu bisa dijadikan sebagai fasilitas jamuan istirahat para tamu.

Berani hadapi tantangan membaca buku di atas seribu dengan gaya lateral yaitu banyak dan tidak terjebak satu jenis buku bacaan? Atau buku kita masih di bawah seribu dan itupun hanya sejenis sehingga kita punya penyakit kutu buku yang akhirnya bukunya kutuan, yaitu buku-buku yang kita baca, malah menghambat kemajuan kita, karena tidak sesuai dengan futuristik zaman. Bagaimana pendapat sahabat !!!

Masrukhul Amri: Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Daarut Tauhiid Bandung, sampai sekarang mengasuh acara MQ Enlightenment di 102.7 MQ FM. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional, MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. e-mail : amri@mq.co.id



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Gagal Yang Sukses
Selasa, 10 Desember 2013 05:17 WIB
Dunia Semakin Sempit, Hati Harus Semakin Luas
Selasa, 12 November 2013 06:04 WIB
Maafkan Aku, Ayah dan Ibu.!
Senin, 20 Mei 2013 06:13 WIB
Kesalahan Pola Hati
Kamis, 27 Mei 2010 13:41 WIB