Kekayaan yang Terkunci

Amri Knowledge Entreprene | Kamis, 09 Maret 2006 14:19 WIB | 4.159 kali
Kekayaan yang Terkunci

Saya sering melihat orang memakai sepeda gunung selama bertahun-tahun, dan pikiran saya selalu mengatakan bahwa, "Buang-buang waktu saja bersepeda kayak tidak ada pekerjaan." Tahun 2003, saya pergi haji dan salah satu jamaah yang saya bimbing, punya hoby bersepeda gunung dan bahkan sering ke kantor naik sepeda. Ketika pulang haji, teman saya ini sering berkunjung ke rumah dan berceritera tentang manfaat bersepeda. Akhirnya saya kena virusnya dan beli sepeda yang akhirnya punya hoby bersepeda. Rupanya, selain sehat, banyak jaringan silaturahmi dan peluang bisnis. Ini berarti kekayaan saya  untuk sehat dan membangun jejaring selama ini terkunci
  
Suatu ketika ada teman baik meminjami sepeda DH “Down Hill” yaitu sepeda yang dikhususkan untuk turun gunung dengan harga yang belum terjangkau oleh saya karena memang sangat mahal. Ketika saya shalat dhuhur di Daarut Tauhiid dengan memakai sepeda itu, banyak teman-teman yang tertarik dan ingin mencoba sepeda itu. Namun, yang sangat menarik adalah setelah mereka mencoba sepeda yang harganya tiga kali lipat harga motor berkomentar; "Buat apa beli sepeda mahal-mahal paling hanya bikin capek mengayuhnya, mendingan beli motor”. Ini berarti kekayaan teman-teman saya untuk memiliki sepeda, apalagi sepeda bagus terkunci oleh pemikirannya sendiri.
  
Ketika saya kedatangan tamu teman-teman yang baru lulus dan di wisuda kesarjanaan, saya sarankan untuk mengambil S-2,  dari sepuluh tamu yang datang 9 orang berkomentar hampir sama intinya yaitu: “Buat apa mengambil S-2 lulus S-1 saja banyak yang menganggur, begitu juga yang lulus S-2”. Setelah beberapa tahun kemudian, saya bertemu kembali dengan mereka, sebab mereka bersilaturahmi lagi ke rumah. Anehnya, 9 orang tadi tetap menganggur dan tetap S-1. Sedangkan yang satu orang sudah hampir selesai S-2 dengan segala keterbatasannya, tapi sejak lulus S-1 sudah bekerja. Ini berarti, sembilan orang terkunci kekayaan prestasinya oleh pemikirannya sendiri dan hanya satu orang yang berani membuka gembok kuncinya untuk mendapatkan pekerjaan dan hampir lulus S-2, Alhamdulillah.
  
Kebetulan  saya sering keluar kota secara nonstop selama 15 hari untuk mengadakan pelatihan. Seperti biasa ada beberapa teman yang ingin ikut untuk menjadi asisten sesuai dengan keahlian masing-masing. Setelah pelatihan menginjak hari keempat, rata-rata para asisten mulai batuk, pilek dan panas dingin. Setelah diteliti secara sederhana, rupanya kekayaan kesehatannya terkunci oleh prilakunya sendiri, yaitu setelah empat hari bergaya seakan-akan sakit, maka sakitlah mereka.
  

Begitu juga ketika tol baru Cipularang Bandung-Jakarta mulai di buka, hampir setiap teman saya ke Jakarta melalui tol tersebut dan mulai meninggalkan kebiasaannya melewati Purwakarta tanpa tol, Puncak, dan jalur Sukabumi. Semenjak itu, pengalaman lamanya semakin terlupakan dan kekayaan pengalaman lewat Purwakarta, Puncak, dan Sukabumi menjadi tidak ada. Padahal kalau kita mau berangkat ke Jakarta melalui Puncak, sangat luar biasa indahnya, apalagi kendaraan sudah mulai sepi, sebab hampir setiap orang hanya memilih cepat dan meninggalkan keindahan Puncak. Padahal lewat Puncakpun juga bisa cepat, sebab sudah tidak macet. Mereka sudah kehilangan kekayaan indahnya pemandangan Puncak.
 
Sahabat CyberMQ,
 
Ribuan kekayaan kita banyak yang terkunci tanpa kita sadari.

Oleh karena itu, marilah kita buka kunci-kunci kekayaan dalam bentuk apapun, agar kehidupan kita berkelimpahan kekayaan. Berani hadapi tantangan berkelimpahan kekayaan???. Bagaimana pendapat sahabat !!!
 
Masrukhul Amri : Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Daarut Tauhiid Bandung, sampai sekarang mengasuh acara MQ Enlightenment di 102.7 MQ FM. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional, MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. e-mail : amri@mq.co.id


 
 
 
 
 



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Gagal Yang Sukses
Selasa, 10 Desember 2013 05:17 WIB
Dunia Semakin Sempit, Hati Harus Semakin Luas
Selasa, 12 November 2013 06:04 WIB
Maafkan Aku, Ayah dan Ibu.!
Senin, 20 Mei 2013 06:13 WIB
Kesalahan Pola Hati
Kamis, 27 Mei 2010 13:41 WIB