Tahun 1986 kami mulai menginjakkan kaki di kota Bandung, ketika itu udara masih sangat sejuk dan kabut hampir setiap hari menjadi sahabat kehidupan. Para penjual bunga setiap pagi dan sore melewati tempat tinggal kami. Begitu juga minuman penghangat dan jajanan penghangat juga selalu ada.
Pada saat itu, kami punya dua tokoh idola, yaitu idola yang harus dijadikan rujukkan dalam menghadapi kehidupan dan idola yang harus segera ditinggalkan karena bisa merusak semangat kehidupan.
Idola pertama, adalah seorang perantau dengan pakai celana pendek, karena punyanya hanya itu, tamatan SD dengan kemampuan bahasa Indonesia sangat jelek karena memang dari kampung yang saat itu lebih banyak menggunakan bahasa daerah
Idola kedua, adalah seorang perantau dengan pendidikan SLTA yang akan kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di Bandung, bajunya banyak dan bagus-bagus serta bahasa Indonesianya juga sangat lancar.
Kedua tokoh idola saya itu, sebenarnya masih ada hubungan kekerabatan, hanya mereka dari keluarga yang jauh berbeda tingkat ekonominya. Namun dua-duanya berkeinginan merantau ke Bandung.
Sejak pertama kali bertemu, karena memang mereka berdua tetangga kamar kost, ada dua hal sosok idola saya ini yang sangat berbeda.
Idola pertama, dengan segala kekurangannya beliau berani bekerja mengangkut sampah dan biasanya jam 02.00 WIB dinihari sudah mulai berangkat dan jam 06.30 WIB semua kegiatan sudah selesai. Gaji dari mengangkut sampah tidak seberapa. Hanya saja, beliau rajin memilah-milah antara sampah yang harus langsung dibuang dengan sampah yang masih bisa dikumpulkan kemudian dijual. Misalnya botol dan beberapa benda dari bahan besi maupun plastik.
Idola kedua, dengan segala kelebihannya beliau sangat rajin belajar dan membaca aneka buku juga dimulai dari jam 02.00 WIB dinihari sampai jam 06.30 WIB, kemudian dilanjutkan dengan pergi ke kampus. Alhamdulillah mendapat indek prestasi sangat luar biasa serta bisa lulus tepat waktu.
Sepuluh tahun lebih, kami sudah tidak bertemu dengan tokoh kedua idola tersebut karena kami harus mencari rizki ke beberapa pulau yang ada di Indonesia.
Beberapa bulan yang lalu kami secara tidak sengaja bertemu dengan kedua tokoh tersebut walaupun dalam waktu yang tidak bersamaan, namun hanya beda hari saja.
Ada satu hal yang sangat mengejutkan kami, yaitu tokoh pertama tidak terjajah oleh pemikirannya sendiri, sehingga terlihat hidupnya tidak harus selalu dipikirkan tapi lebih banyak dijalani saja kenyataan yang ada. Sekarang, ekonominya sangat mapan, banyak membantu orang dan aneka kegiatan sosial lainnya.
Sedangkan tokoh kedua, memang berpendidikan tinggi dengan indek prestasi sangat luar biasa, namun tidak ada perubahan hidup yang luar biasa, sebab hidupnya terlihat hanya dipikirkan saja, namun tidak dijalaninya.
Sahabat CyberMQ,
Tokoh idola pertama saya memang tidak lulus Universitas Kampus, namun beliau lulus Universitas Kehidupan (The Life University). Sedangkan tokoh yang kedua lulus Universitas Kampus dengan indek prestasi yang luar biasa, namun tidak lulus Universitas Kehidupan (The Life University).
Berani hadapi tantangan lulus Universitas Kehidupan dengan Ijazah berbentuk karya nyata? Syukur kalau juga lulus Universitas Kampus. Bagaimana pendapat anda !!!
Masrukhul Amri : Seorang Knowledge Entrepreneur-pengusaha gagasan, bertempat tinggal di hp. 0812-2329518, Aktivitas sehari-hari sebagai Konsultan Manajemen Stratejik-Alternatif dan Director The Life University; Reengineering Mindsets - Unlocking Potential Power, TIM Daarut Tauhiid Bandung, sampai sekarang mengasuh acara MQ Enlightenment di 102.7 MQ FM. Spesialis konsultasi alternatif di beberapa perusahaan nasional dan multi nasional, MBA-Main Bersama Amri di CyberMQ dan dosen tamu di beberapa perguruan tinggi di Bandung dan luar Bandung. Mottonya adalah mari sama-sama belajar menjadi yang terbaik. e-mail : amri@manajemenqolbu.com