Sumpah serapah terus keluar dari apa yang dibicarakannya, nama-nama binatang selalu disebut seakan-akan kantin seperti taman safari yang penuh beraneka ragam satwa. Siapa pun yang mendengar sebenarnya risih dan ingin menutup kedua telinga namun dia tidak pernah risih dengan apa yang dilakukannya.
Setelah semua anak pergi dan tinggalah kami berdua, pelan- pelan aku mengatakan ``Dek... apa sehari-hari sudah terbiasa seperti itu, selalu ada sumpah serapah atau nama-nama binatang` kataku sambil menepuk pundaknya. ``Emang kenapa mas? Ada yang salah...?`` dia menjawab seakan menunggu jawaban balasan dariku. ``Mas hanya merasa ada beberapa yang tidak nyaman dengan itu sehingga mereka memutuskan untuk pergi meninggal kanmu, padahal ceritamu lucu.``
Aku menghentikan langkah dan menoleh ke arahnya,``kita tidak nkan pernah tahu kebenaran dari apa yang kita sampaikan sebelum kita menanyakan kembali kepada orang-orang yang mendcngarkan kita.``
Hari pertama, semuanya berlalu sama seperti hari kemarin, semakin sering sumpah serapah dikeluarkan semakin banyak teman-teman yang meninggalkannya meski banyak pula yang tertawa. Selepas pertemuan dia kembali menemuiku. ``Apakah adik merasakannya,`` tanyaku. Dia pun mengangguk, ``banyak yang menghindariku sekararig mas, tapi kalau aku berubah aku tidak menjadi diriku apa adanya dan tidak tahu bagaimana caranya.``
``Dik, kita tidak akan mengubah diri kita, kita hanya mencoba dengan cara yang lain tanpa harus mengubah diri kita, kalau orang-orang merasa asing sampaikan saja, ad a yang hams kuubah. Coba ganti umpatan itu dengan seulas senyum yang kau bisa.``
Hari kedua, ketiga, dan keempat sama seperti biasa dan dia nyaris putus asa semakin banyak yang menghindarinya bahkan kali ini kata-kata kotor belum terucap teman-temannya sudah pada pergi, hingga di hari kelima kami melihat per- ubahannya.
Dia banyak cerita sehingga membuat orang lain tertawa namun ketika teman-temannya memancing kata-kata kotor untuk keluar, dia hanya tersenyum dan mengangguk. Perbedaan yang ekstrem itu membuat yang lain bertanya-tanya, dan menanyakan kepadanya, ``kamu aneh hari ini...?`` Dia hanya tersenyum dan mengatakan, ``ada yang harus aku ubah.``
Semakin hari semakin terlihat perkembangannya, si adik (aku menyebutnya demikian) lebih banyak tersenyum, tetap ramah dan riang tapi sangat menahan kata-kata kotor untuk keluar. Lambat laun banyak yang mendengar perubahannya, dia menemukan kembali teman-teman yang selama ini menghindarinya. Dia melakukan perubahan sebagaimana yang dia bisa, hingga suatu saat ada yang menanyakan ``kenapa berubah`` dan dia kembali menjawab ``setiap orang selalu punya kesempatan untuk menjadi lebih baik, dan ada yang harus kuubah detik ini atau tidak ada ivaktu lagi untuk mengubahnya`` teman-temannya tersenyum dan menepuk pundaknya seraya mengatakan, ``kamu nggak sendirian, kita juga pengen berubah.``
Semakin banyak persahabatan, semakin banyak sahabat- sahabat yang diperolehya, pengalamannya mengubah um- patan menjadi senyum kesadaran, digunakannya untuk mengarahkan adik-adik kelasnya yang terbiasa mengumpat.
Saat ini jika kita mencarinya di komunitasnya, maka teman- temannya akan mengarahkan Anda pada sosok yang ramah, rendah hati, santun namun menarik karena canda tawa yang khas yang selalu melekat pada dirinya. Dialah si Adik ketika aku mengenangnya aku selalu yakin ``selalu ada kesempatan untuk menjadi lebih baik``.
Pengertian dari Sumpah Serapah
Sumpah serapah memiliki pengertian yang berbeda dengan macam-macam sumpah yang lainnya..
Pada umumnya, sumpah adalah kata-kata, atau janji, yang diucapkan seseorang disertai dengan penyertaan sesuatu untuk menguatkan kata-katanya tersebut.. Seseorang biasanya bersumpah jika dia akan terikat dengan apa yang akan dilakukannya, seperti ketika menerima jabatan, kontrak, bersaksi dipengadilan dan lain-lain.. Atau bisa dikatakan sebuah sumpah lebih mengarah kepada diri pribadi agar kata-kata yang diucapkan dapat dipercaya atau diterima orang lain..
Bagaimana dengan sumpah serapah?
Sumpah serapah adalah ucapan yang dikeluarkan seseorang kepada orang lain untuk membalas perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh orang tersebut.. Sumpah serapah dapat diartikan sebagai kutukan atau do’a jelek yang diberikan seseorang.. Umumnya, sumpah serapah keluar ketika seseorang mengalami sakit hati atau terlalu dikecewakan..
Sumpah serapah biasanya keluar saat seseorang dalam kondisi emosional yang tidak stabil.. Ketika seseorang mengalami kesakitan yang luar biasa, dan ditambah dengan emosi yang tak tertahankan, maka sumpah serapah atau kutukan akan mengalir begitu saja.. Seperti ketika seorang ibu disakiti anaknya yang durhaka, seseorang yang dikhianati oleh pasangannya, teman yang dikhianati temannya, atau seseorang yang dizhalimi oleh orang lain.. Setelah mengeluarkan sumpah serapah ini, biasanya orang tidak akan perduli lagi terhadap apa yang dikatakannya..
Sekarang muncul pertanyaan baru, bagaimana jika sumpah serapah anda dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa?
Bagi sebagian anda yang pernah melakukan sumpah serapah dan belum dikabulkan.. Mungkin anda akan merasa senang karena apa yang anda katakan telah menjadi kenyataan dan anda puas karena perbuatan orang tersebut telah dibalas sesuai dengan keinginan anda.. Ketika seseorang masih dalam keadaan emosi, maka penderitaan orang lain kadang menjadi kesenangan tersendiri bagi dirinya..
Namun, bagi orang yang telah mengalami, dan termasuk saya sendiri, hal ini akan terasa sangat menyakitkan.. Sumpah serapah yang keluar saat kita berada dalam kondisi emosi terkadang bukanlah seseuatu yang sesuai dengan yang diinginkan oleh hati nurani kita.. Ketika dalam kondisi emosi memuncak, akal seseorang cenderung tidak bisa berjalan dengan baik dan hati nurani menjadi tidak bisa berbicara.. Tapi ketika semua reda kembali, melihat orang lain menderita karena perbuatan kita bukanlah sesuatu yang menyenangkan..
Terutama untuk sumpah serapah yang dikeluarkan karena pengkhianatan yang dilakukan oleh seseorang kepada kita.. Mungkin orang itu melakukan kesalahan yang lebih sedikit daripada kebaikan yang dia lakukan.. Namun, sudah menjadi sifat manusia, lebih banyak mengingat kekurangan orang lain daripada kelebihannya.. Dan ketika sumpah serapah kita terkabul, dan fikiran kita kembali normal, akan muncul perasaan menyesal dan rasa bersalah..
Jadi..
Bagaimanapun kondisi emosional anda, sebaiknya berusahalah untuk menahan diri untuk tidak melakukan sumpah serapah.. Tidak selalu salah untuk marah sebagai luapan emosi, tapi hindarilah untuk mengutuk orang lain.. Karena semua bisa jadi berbalik menghantui perasaan anda sendiri..