Perlawanan Abu Ghayyats

Selasa, 22 Mei 2012 07:10 WIB | 5.442 kali
Perlawanan Abu Ghayyats Tokoh kita ini dikenal dengan nama Abu Ghayyats, seorang sufi yang memilih tinggal di pinggiran kota, menjauh dari keramaian. Tepatnya ia berteduh disebuah rumah sederhana yang dekat dengan pekuburan Bukhara. Kesederhananaan Abu Ghayyats tidak menghalanginya untuk terus mengibarkan bendera amar maruf nahi mun`kar.

Suatu ketika lewatlah serombongan anak-anak pejabat setempat yang dipimpin oleh Nashir putra Amir. Dalam rombongan itu terdapat biduan yang menyanyi dan berjoget. Di mata Abu Ghayyats, perilaku mereka ada satu bentuk kemungkaran. Abu Ghayyats mengambil tongkatnya lalu mengobrak-abrik gerombolan itu. Nashir terkena pukulan tongkat Abu Ghayyats.

Nashir mengadu kepada orang tuanya. Abu Ghayyats dipanggil menghadap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Abu Ghayyats memenuhi undangan, ia sama sekali tidak takut, sebab yang dilakukannya benar.

"Hai Abu Ghayyats, tidak tahukah kamu bahwa siapa saja yang membangkang terhadap penguasa, dia akan diberi makan siang di penjara?" hardik Amir.

"Tidak tahukah kamu bahwa siapa saja yang membangkang terhadap Allah, dia akan makan malam di dalam neraka?" balas Abu Ghayyats.

"Kalau begitu, siapa yang memberi wewenang melakukan amar maruf nahi mun`kar di sini?" tanya Amir.

"Yang menyuruhku adalah Dia adalah Yang telah mengangkatmu ke tampuk kekuasaan ini," jawab Abu Ghayyats.

"Yang mengangkatku adalah Khalifah," kata Amir.

"Kalau begitu, yang mengangkatku adalah Tuhannya Khalifah," jawab Abu Ghayyats.

"Abu Ghayyats, bukankah aku hanya mengangkatmu melakukan amar maruf nahi mun`kar di daerah Samarkand saja," kata Amir.

"Aku sudah mencopot diriku dari bertugas di sana," jawab Abu Ghayyats.

Amir mulai kesal. Selalu saja Abu Ghayyats menyangkal dan membalas perkataanya." Aneh kamu, engkau melakukan dakwah di tempat yang tidak diperintahkan kepada dan menolak melakukannya di tempat kamu diperintahkan?" kata Amir lagi.

"Sesungguhnya jika engkau yang mengangkatku, maka suatu ketika kamu akan mencopotku akan tetapi bila Yang mengangkatku adalah Rabbku, maka tidak akan ada seorangpun yang dapat mencopotku," tegas Abu Ghayyats.

"Baiklah, sekarang mintalah apa keperluanmu!"

"Yang aku perlukan adalah kembali lagi ke masa muda," kata Abu Ghayyats.

"Wah, itu bukan wewenangku, mintalah yang lain" kata Amir.

"Kalau begitu, tulislah surat kepada Malaikat Malik, penjaga neraka, agar tidak menyiksaku kelak."

"Itu juga bukan wewenangku, mintalah yang lainnya!" kata Amir.

"Tulislah surat kepada malaikat Ridwan penjaga surga, agar memasukkanku kelak ke dalam surga!" jawab Abu Ghayyats.

Amir menggelengkan kepala.

"Kalau begitu, keperluanku hanya kepada Allah Yang merupakan Pemilik semua keperluan dan kebutuhan, Yang tidaklah aku meminta kepada-Nya suatu keperluan melainkan pasti Dia akan mengabulkannya," jawab Abu Ghayyats.

Sumber: Buku Mutiara-Mutiara Hati, Penulis Hadi S. Khuly, Penerbit Gava Media



Yuk Bagikan :

Baca Juga

Pengobatan Dengan Air Liur dan Tanah
Selasa, 27 September 2016 16:52 WIB
Kisah Mengharukan Anak Yang Membawa Hidayah
Selasa, 12 Januari 2016 11:25 WIB
Merengkuh Hidayah Menuai Ma`unah
Jum'at, 04 September 2015 14:45 WIB